25 radar bogor

Ru’yat-Zaenul Tantang Petahana

YAKIN MENANG: Bakal calon wali kota Bogor Achmad Ru’yat (kanan) dan bakal calon wakil wali kota Bogor Zaenul Mutaqin (kiri) yakin bisa mengalahkan petahana Bima Arya di Pilwalkot Bogor 2018.
YAKIN MENANG: Bakal calon wali kota Bogor Achmad Ru’yat (kanan) dan bakal calon wakil wali kota Bogor Zaenul Mutaqin (kiri) yakin bisa mengalahkan petahana Bima Arya di Pilwalkot Bogor 2018.

BOGOR–Pentolan Partai Per­­satuan Pembangunan (PPP) Kota Bogor, Zaenul Mutaqin, tak mau dianggap remeh. Zaenul yang juga sempat menjadi korban PHP (pemberi harapan palsu) petahana, Bima Arya, kini lantang menyatakan ”perang’’.

Tak main-main, Zaenul memboyong figur yang dulu sempat nyaris mengalahkan Bima Arya di Pilwalkot Bogor 2013, yakni politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Achmad Ru’yat.

”Perjuangan dan ikhtiar DPC PPP Kota Bogor menghadapi pilwalkot sudah final. DPC PPP akhirnya resmi mengusung pasangan Achmad Ru’yat dari PKS sebagai calon wali kota dan saya sebagai calon wakil wali kota,” ungkap Zaenul kepada Radar Bogor kemarin (1/1).

Usungan terhadap keduanya berdasarkan musyawarah kerja cabang (Muskercab) DPC PPP Kota Bogor, Minggu (31/12/2017), di gedung PPIB, Jalan Pajajaran, Kota Bogor. Ada dua agenda utama dalam Muskercab, yakni menetapkan Ketua DPC PPP Kota Bogor Zaenul Mutaqin yang akan berpasangan dengan Achmad Ru’yat dari PKS, serta persiapan menghadapi Pemilu Legislatif 2019.

Lanjut Zaenul, hasil Muskercab akan segera dilaporkan kepada DPW PPP Jawa Barat, yang kemudian DPW merekomendasikan ke DPP untuk diterbitkannya SK rekomendasi DPP. Terkait koalisi, PPP sudah sepakat berkoalisi dengan PKS. Diharapkan, partai-partai lainnya yang sudah berkomunikasi intensif juga dapat bergabung dalam koalisi ini.

“Kami memilih pak Achmad Ru’yat sebagai calon wali kota merupakan proses panjang dengan berbagai pertimbangan dan perhitungan serta kalkulasi yang matang. Saya juga banyak belajar tentang kepemimpinan dari beliau,” ujar Zaenul.

Adik kandung Rachmat Yasin itu menjelaskan bahwa dirinya tidak terlalu berambisi untuk maju menjadi calon wali kota. Ia lebih memilih menjadi pendamping bagi Achmad Ru’yat. “Bagi saya, pak Ru’yat lebih layak dan saya siap mendampingi beliau yang sudah berpengalaman dan matang dalam memimpin,” jelas anggota DPRD Kota Bogor ini.

Dalam pilwalkot nanti, koalisi PPP dan PKS menargetkan kemenangan mutlak. Sejumlah parpol yang sudah intensif berkomunikasi, di antaranya, Gerindra, Golkar, PKB, dan PBB.

Khusus Gerindra, memang sudah lama menjalin koalisi partai dengan PKS. Koalisi PKS dan PPP juga akan segera melaksanakan deklarasi pasangan Achmad Ru’yat dan Zaenul Mutaqin dalam waktu dekat.

“Insyaallah, deklarasi akan dilaksanakan dalam waktu dekat. Kami akan bekerja keras untuk memenangkan pilwalkot nanti,” tandasnya.

Dikonfirmasi soal ini, Achmad Ru’yat belum mau berkomentar panjang. Ru’yat hanya mengatakan bahwa semua akan ada waktunya. ”Tenang saja,’’ ucapnya singkat.

Wakil Sekjen DPP PPP, Andi Surya Wijaya menambahkan, koalisi PPP dan PKS mengulang kembali gabungan koalisi Pilwalkot 2013 lalu. Diusungnya Achmad Ru’yat dan Zaenul Mutaqin merupakan kalkulasi yang cukup baik dari yang ada saat ini. Melihat berbagai aspek kondisi saat ini, Andi Surya yakin kedua figur tersebut sangat berpeluang besar memenangkan pilwalkot nanti.

”Kebersamaan PPP dan PKS mengulang kembali koalisi di Pilwalkot Bogor. Ini pasangan terbaik saat ini dan siap menghadapi pasangan mana pun, termasuk calon petahana,’’ kata Andi Surya.

Lantas, bagaimana tanggapan sang petahana Bima Arya terkait koalisi ini? Bima mengaku bersyukur dan memandang hal ini sebagai kondisi demokrasi yang sehat. Menurut dia, semakin banyak pilihan bagi masyarakat maka akan semakin baik bagi alam demokrasi Kota Bogor. ”Alhamdulillah. Semakin banyak pilihan, semakin bagus bagi warga Bogor. Ini pendidikan politik yang baik,’’ cetusnya.

Sementara itu, pengamat politik Yusfitriadi menilai koalisi PPP dan PKS sangat sulit terjadi. Walaupun dalam dunia politik tidak ada yang mustahil, tetap saja harus ada pijakan logika atau rasionalitas politik yang komprehensif.

”Dengan melibatkan dialektika politik makro dan mezzo (tingkat komunitas, red), maka saya melihat tidak terlalu kuat relasi antara PPP dan PKS dalam sebuah poros koalisi politik, baik di pusat maupun di tingkat lokal,’’ cetusnya.

Seandainya pun terjadi koalisi tersebut, Yusfitriadi melihat tidak begitu kuat untuk melawan petahana. Musababnya, sosok Achmad Ru’yat yang pernah menjabat sebagai wakil wali kota Bogor, tidak mengesankan hal yang prestisius ketika menjabat, juga pernah tersangkut kasus hukum. ”Kecuali mungkin sosok yang diusung PKS adalah sosok baru yang progresif,’’ kata dia.

Selain itu, sosok Zaenul dinilainya tidak cukup kuat di basis akar. Yusfitriadi menyebut bahkan Zaenul cenderung elitis dan tidak mempunyai sikap kepribadian yang cukup menarik di masyarakat. ”Apalagi ketika tidak mampu meyakinkan partai lain untuk berkoalisi, maka semakin tidak akan kuat melawan petahana,’’ tukasnya.(ric/ded/c)