25 radar bogor

Pimpinan KPK Restui Bima-Dedie

Bima Arya dan Dedie A Rachim
Bima Arya dan Dedie A Rachim

BOGOR–Bima Arya akhirnya blak-blakan soal calon pendampingnya di Pilwalkot Bogor 2018. Seperti diberitakan Radar Bogor kemarin, sosok di luar partai politik yang diboyong Bima tersebut, tak lain ialah Direktur Pembinaan Jaringan dan Kerjasama Antarkomisi dan Instansi (PJKAKI) pada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Dedie A Rachim.

Bima menganggap Dedie sebagai sosok yang profesional dan berintegritas. Menurutnya, sosok seperti itu yang dibutuhkan warga Bogor untuk melanjutkan reformasi birokrasi. ”Allah memberi petunjuk dengan menguatkan hati saya memilih sosok Kang Dedie Rachim. Ini hasil istikarah,’’ ujarnya.

Bima melihat Dedie sebagai putra terbaik Kota Bogor yang berkiprah di kancah nasional untuk mewujudkan reformasi birokrasi di Indonesia. ”Bersama sama saya mewujudkan pemerintahan yang bersih, mengabdi dan melayani,’’ kata Bima.

Sementara itu, Ketua KPK Agus Agus Rahardjo memberi restu anak buahnya terjun ke dunia politik di Kota Hujan. Kepada Radar Bogor, Agus mendukung Dedie di Pilwalkot Bogor, dengan harapan kehadirannya bisa membantu mewujudkan pemerintahan yang efektif dan bersih serta bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN). ”Dan dalam waktu yang tidak terlalu lama (perubahan di Kota Bogor),’’ ungkapnya melalui pesan WhatsApp.

Menurut Agus, Dedie adalah sosok yang sarat prestasi. Tanpa kinerja yang gemilang, Dedie tak mungkin bisa dipromosikan menjadi direktur di komisi antirasuah. Terlebih, Dedie pernah menjabat di dua tempat yang berbeda di KPK, yakni Direktur Gratifikasi dan Direktur PJKAKI. ”Pasti kompetensinya sangat bagus,’’ kata Agus.

Senada, Wakil Ketua KPK, Laode Muhammad Syarif mendukung penuh pencalonan sejawatnya itu di Pilwalkot Bogor. Ia menilai Dedie sebagai harapan baru bagi warga Bogor. ”KPK berharap dengan bergabungnya pak Dedie tata kelola pemerintahan Bogor akan lebih baik ke depan,’’ ujarnya kepada pewarta.

Laode menerangkan, seluruh komisioner sudah menyetujui pengunduran diri Dedie. Bahkan, semua administrasi pejabat alumnus Institut Teknologi Bandung (ITB) tersebut telah rampung kemarin. ”Sebenarnya kami mengetahui baru kemarin (28/12, red), dia mengajukan surat pengunduran diri, dan kami pimpinan menyetujui untuk itu,” terangnya.

Keputusan kontroversial Dedie itu merupakan sejarah baru di lingkungan pejabat tinggi KPK. Sebab, selama ini belum ada pejabat atau mantan pejabat komisi antirasuah yang terjun ke politik praktis seperti Dedie. ”Insyaallah, langkah yang diambil sudah sesuai prosedur. Mudah-mudahan tidak ada sampai negatif,’’ kata Dedie kemarin (29/12).

Dedie mengajukan surat pengunduran diri pada Rabu (27/12). Surat itu pun sudah diterima dan disetujui seluruh komisioner kemarin. Pria yang juga pemilik Restoran Mira Sari di kompleks ruko VIV No 88A, Jalan Pajajaran, Bantarjati, Kota Bogor, itu menyatakan, keputusan mundur tersebut lantaran dirinya diminta oleh Bima. Dia memastikan sejatinya tidak ada niat untuk terjun ke dunia politik. ”Saya juga nonpartisan, jadi, pak Bima meminta saya semata-mata karena pengalaman karier,” ujarnya.

Di bagian lain, suasana politik Kota Hujan malah semakin mendidih setelah terungkapnya duet Bima-Dedie. Pasalnya, duet Bima-Dedie disebut-sebut bakal menggunakan perahu Partai Demokrat atas restu sang Ketua Umum, Susilo Bambang Yudhoyono. Soal itu, Ketua DPC Demokrat Kota Bogor, Usmar Hariman ”naik pitam’’.

”Gak boleh obok-obok rumah tangga partai lain, urus partai sendiri!’’ cetus Usmar kepada Radar Bogor.

Usmar menyayangkan sikap Bima Arya yang seolah-olah mengklaim Partai Demokrat akan mendukung sang petahana di Pilwalkot Bogor 2018. Hal itu ditunjukkan Bima dengan mengunggah foto bersama putra mahkota Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono. Usmar menegaskan, hingga kemarin belum ada sikap politik dari DPP maupun DPD Demokrat Jawa Barat.

”(Petahana) diusung partai apa? (jika Demokrat) belum ada. Memang ketua partainya siapa?’’ kata Usmar.

Meski begitu, Usmar membenarkan jika ada upaya Bima Arya melobi para elite Partai Demokrat untuk memberikan perahu, meski tanpa kader Demokrat di pilkada. Soal ini, Usmar menganggap Bima Arya tidak memahami mekanisme partai yang sedang berproses.

”Seperti bukan orang timur aja, maen atas! Katanya doktor politik, tapi gak punya etika politik,’’ kesalnya.

Meski elite Partai Demokrat sedang dilobi petahana, Usmar mengaku tidak ambil pusing, lantaran yang memiliki kewenangan untuk rekomendasi, tetap di DPC Kota Bogor. Ia meyakini Demokrat akan mengeluarkan rekomendasi pasangan calon dan koalisi sebelum berakhirnya tahun 2017. ”Saya sampai hari ini masih sangat optimistis (Demokrat tidak ke Bima) karena belum ada secarik kertas pun dari DPP. Dia (Bima Arya) kan bukan orang Demokrat. Masak membahas partai orang lain? Aneh. Seperti tidak punya etika politik saja. Masak partai orang lain diobok-obok sedangkan di partai sendiri saja lagi kisruh,’’ ucapnya.(fik/ric/ded/d)