25 radar bogor

Petani Puncak Terkendala Lahan

KENDALA: Petani di kawasan Puncak mengeluhkan persoalan lahan.
KENDALA: Petani di kawasan Puncak mengeluhkan persoalan lahan.

CISARUA–Kualitas sayur-mayur di kawasan Puncak tak kalah dengan Cipanas dan Lembang. Namun, para petani masih menghadapi kendala minimnya lahan pertanian.

Kepala UPT Pertanian wilayah Ciawi pada Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Kabupaten Bogor, Teguh Irianto menjelaskan, seluruh jenis sayuran memiliki prospek usaha yang bagus.

Selain daerahnya dekat dengan ibu kota, pangsa pasarnya juga lebih mudah. ”Dari sisi kualitas, sayuran dari Puncak tidak kalah dengan wilayah penghasil sayur-mayur lainnya,” ujarnya kepada Radar Bogor.

Lanjut Teguh, kendala yang kini dihadapi para petani yakni dari segi kontinuitas panen. Di mana, minimnya lahan dan kepemilikan lahan jadi penyebab utamanya.

”Karena lahan pertanian kecil.Dari sekitar 3.000 meter persegi, hanya ada 1.500, itu pun paling besar. Kendala kami kepemilikan lahan,” jelasnya.

Berbagai upaya juga telah ditempuh pemerintah. Misalnya dengan upaya lahan garapan HGU. Namun tetap terkendala lantaran proses birokrasinya dinilai mempersulit petani. Sebab, perizinan harus langsung dari direksi pusat.

Di sisi lain, HGU wilayah tidak bisa merekomendasi walaupun bersifat kerja sama pinjam pakai. ”Harus dari pusat langsung. Kalaupun mau dikerjasamakan, prosedurnya yang agak susah,” imbuhnya.

Minimnya lahan tanam di kawasan Puncak juga diakui Ukar, warga Citeko. Petani wortel ini hanya memiliki lahan seluas 2.700 meter persegi. Hasil panen, kata dia, dilempar ke pasar induk. Sedangkan sisanya dijual ke masyarakat langsung. ”Paling satu ton kalau lagi bagus. Itu juga sudah pakai timpang sari (menanam dua jenis tanaman bergantian, red),” akunya.(don/c)