25 radar bogor

Dapat Uang Kontrakan Rp750 Ribu Sebulan

(Meldrik/ Radar Bogor) MENUMPUK: Para pelajar membantu membereskan bantuan dari masyarakat, kemarin.

MENUMPUK: Para pelajar membantu membereskan bantuan dari masyarakat, kemarin. ((Meldrik/ Radar Bogor)

BOGOR–Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor akan banyak mengeluarkan dana bantuan bagi korban kebakaran di Kelurahan Gudang, Kecamatan Bogor Tengah. Selain memberi tempat pengungsian dan bantuan logistik, pemkot juga diminta menyediakan dana untuk mengontrak bagi para korban selepas dari pengungsian.

Asisten Pemerintahan Kota Bogor, Hanafi mengatakan, masing-masing kepala keluarga (KK) akan diberikan dana kontrakan sebesar Rp750 ribu per bulan selepas dari pengungsian di SDN Empang 2 Kota Bogor. Anggarannya, kata Hanafi, memakan biaya sekitar Rp500 juta.

“Kami beri biaya kontrak rumah minimal tiga bulan, maksimalnya lima bulan,” katanya kepada Radar Bogor di lokasi pengungsian, kemarin (27/12).

Hanafi menjelaskan, dari 76 KK, 271 jiwa, dan 50 rumah, setelah diverifikasi kini jumlahnya menjadi 62 KK, 219 jiwa, serta 33 rumah yang terdampak bencana kebakaran pada 25 Desember lalu itu.

Pihaknya juga menyiapkan alternatif dalam memberikan biaya kontrakan pada setiap KK. Alternatif tersebut yakni menempatkannya di rusun milik Pemkot Bogor. Menurutnya, ada sekitar 180 unit di Rusun Cibuluh yang bisa ditempati para pengungsi.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bogor, Ganjar Gunawan menga­takan, sesuai aturan kebencanaan, tanggap darurat berlaku selama tujuh hari. Terhitung sejak kebakaran pada Minggu (25/12) hingga Minggu (31/12). “Setelah tujuh hari, nanti akan diputuskan selesai atau kami perpanjang,” kata Ganjar.

Hingga kemarin (27/12), bantuan logistik terus berdatangan. Bantuan pakaian layak pakai bahkan sudah mulai overload. Bantuan berasal dari masyarakat dan disalurkan ke posko sudah mencukupi.

“Selain pakaian dalam yang kemarin sangat dibutuhkan, kebutuhan anak–anak maupun popok bayi, seperangkat alat salat juga sudah ada,” ujar Lurah Gudang Hery Eryadi saat ditemui di posko pengungsian, kemarin.

Tak hanya itu, ada pula bantuan dari Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Bogor kepada para pengungsi yang memiliki anak–anak masih bersekolah. Bantuan akan didistribusikan langsung oleh disdik.

Kemarin (27/12), Disdik mem­buka Posko Layanan Pendidikan di lokasi pengungsian.

Kepala Dinas Pendidikan Kota Bogor, Fakhrudin alias Fahmi menjelaskan bahwa posko tersebut memberikan pelayanan terkait kebutuhan para pelajar korban kebakaran.

“Kami ingin memberikan pelayanan informasi terkait pendidikan. Pertama, pasti ada dokumen ijazah atau rapor yang terbakar, bagaimana mereka mendapatkan pengganti itu,” jelasnya kepada Radar Bogor.

Caranya, dengan menyertakan surat keterangan telah terkena musibah kebakaran dari kepo­lisian. Kemudian surat tersebut diberikan kepada pihak sekolah. “Kepolisian juga sudah membuka posko itu,” terangnya.

Khusus bagi korban yang bersekolah di salah satu sekolah di Kota Bogor, kemarin Fahmi sudah menginstruksikan untuk hadir di Posko Pendidikan untuk jemput bola. Artinya, korban tidak perlu jauh-jauh mendatangi lokasi sekolah.

“Jadi, bukan yang ke sana warganya,” kata Fahmi. Nantinya pihak sekolah akan memberikan surat keterangan pengganti ijazah ataupun rapor yang ditandatangani oleh kepala sekolahnya masing-masing.

Seperti diketahui, ada sebanyak 20 siswa SD, 16 siswa SMP, serta 3 siswa SMA yang menjadi korban kebakaran Kelurahan Gudang. Fahmi mengaku, pihaknya segera mengupayakan bantuan dari segi akomodasi siswa untuk siswa tetap bisa bersekolah. “Anak-anak itu akan kami perhatikan kelengkapan sekolahnya,” imbuhnya.

Di sisi lain, tak seperti hari sebelumnya, tempat pengungsian korban kebakaran terlihat banyak ditempeli spanduk ormas. Namun, spanduk-spanduk tersebut segera dicabut Wali Kota Bogor Bima Arya saat berkunjung ke lokasi.

Menurut Bima, larangan pemasangan spanduk tersebut sudah dilontarkannya saat awal berkunjung ke pengungsian. Maka, tidak ada alasan jika masih ada spanduk ormas yang terpampang di area tersebut. “Tidak ada atribut. Kalau mau bantu silakan aja langsung,” jelasnya kepada Radar Bogor, kemarin.

Bukan tanpa alasan, menurutnya, pemasangan itu akan mengganggu koordinasi antara petugas sosial ketika mulai banyak ormas yang ikut memampang spanduk. Sehingga, jika ada yang mau menyalurkan bantuan bisa langsung melalui Pemkot Bogor.

“Semuanya satu pintu. Pemerintah yang menyalurkan semua. Ada Dinas Sosial yang menampung semua bantuan, baik tunai maupun barang,” terangnya.

Tapi, setelah ia melakukan pengecekan, rupanya persediaan logistik malah berlebih. Barang seperti pakaian sudah melebihi kebutuhan yang diharapkan. Untuk itu, Bima mengimbau masyarakat yang hendak membantu, terlebih dahulu menanyakan apa saja yang belum mencukupi di tempat pengungsian.

“Kami mengatur di sini agar semua yang membantu terkoordinir dengan baik, tidak justru menimbulkan persoalan koordinasi di lapangan,” kata Bima.

Hal senada diungkapkan Ketua Tim Penggerak PKK Kota Bogor, Yane Ardian. Menurut dia, setiap korban bencana kebutuhannya berbeda–beda. “Kita harus tanya kepada mereka apa yang menjadi kebutuhannya yang sangat harus terpenuhi saat ini,” ujarnya.

Salah satunya dengan membantu menghilangkan kesedihan ataupun trauma pada anak dengan mengajaknya bermain dan menceritakan hal-hal yang menyenangkan.

Praktisi Dongeng Kang Didin bahkan mendatangi lokasi untuk menghibur anak-anak korban kebakaran. “Anak-anak harus dibantu untuk melupakan kejadian yang traumatis itu. Kita ceritakan hal yang menyenangkan dan tidak bersinggungan dengan kejadian yang baru saja mereka alami,” ujar Kang Didin di Posko Ramah Anak.

Kegiatan yang bekerja sama dengan Perpustakaan Kota Bogor itu juga salah satu upaya untuk menghibur anak-anak korban kebakaran dengan buku dan dongeng yang diselipkan dengan permainan.

”Apa pun yang terjadi, namanya anak-anak, mereka harus senang. Jangan bilang ke mereka, ’yang sabar ya’, tapi ajak saja mereka bermain, senang-senang. Jangan juga libatkan mereka dengan urusan lain yang berkaitan dengan bencana yang sedang terjadi,” jelasnya.

Dia menerangkan bahwa anak-anak korban bencana tidak boleh dibiarkan menyendiri. Mereka harus terus ditemani dan diajak bergembira. Hal itu dapat dilakukan dengan adanya Posko Ramah Anak. Posko ini akan menjadi pusat program pencegahan trauma kepada anak-anak korban bencana kebakaran.

”Bantuan yang masuk sudah sangat banyak. Makanya, kami berinisiatif agar bantuan dari berbagai komunitas ini tidak kumpul di satu hari saja. Tapi dijadwalkan, sehingga setiap harinya ada hiburan bagi anak-anak korban kebakaran,” tambah Kang Didin.

Ke depan, kata dia, akan banyak pendongeng lain dari luar Bogor yang akan mengisi dongeng selama program ini berlanjut. ”Kami akan terus mengundang semua elemen untuk program anak-anak,” pungkasnya.

Sementara itu, kebakaran yang terjadi di Kampung Gudang tak menghanguskan musala di lokasi. Musala yang sudah puluhan tahun usianya itu masih berdiri kokoh. Atap dan bangunannya tidak tersentuh api. Padahal, rumah warga di sisi kiri dan kanan sudah rata tanah. Beberapa warga tampak membersihkan musala, sebab bagian atapnya tampak kotor terkena reruntuhan bangunan warga yang terbakar.(fik/cr2/ran/d)