25 radar bogor

Berkenalan dengan Komunitas Jabodetabek Menggendong

SHARING: Para admin Jabodetabek Menggendong saat kopdar di Kebun Raya.
SHARING: Para admin Jabodetabek Menggendong saat kopdar di Kebun Raya.

Berdirinya Komunitas Jabodetabek Menggendong dilatarbelakangi kepedulian mereka terhadap kegiatan menggendong yang selama ini mulai ditinggalkan sebagian kaum ibu. Padahal, menggendong merupakan kebutuhan bayi dan memiliki banyak manfaat. Misalnya, mempererat ikatan emosional antara ibu dan anak, mendukung perkembangan sosio-emosional bayi, sehingga bayi lebih tenang dan jarang menangis, melatih kemampuan bahasa dan lain-lain.

”Sebagai seorang ibu, kita wajib memenuhi kebutuhan anak dan harus menyadari bahwa kedekatan ibu dan anak sangat penting. Kita juga ingin menyadarkan para orang tua bahwa menggendong itu penting, jangan sampai dilupakan,” tutur admin Jabodetabek Menggendong Anty Gunadi.

Pada 29 Oktober 2017, dibentuk Komunitas Jabodetabek Menggendong. Komunitas ini merupakan organisasi non-profit yang termasuk bagian Nusantara Menggendong. Saat ini untuk wilayah Bogor sudah memiliki 150 anggota aktif kopdar satu bulan sekali dan aktif berkomunikasi melalui grup WhatsApp. ”Untuk menjadi anggota tidak ada persyaratan tertentu, komunitas ini terbuka untuk semua orang tua yang ingin belajar lebih dalam mengenai menggendong,” ujar Anty.

Visi dari komunitas ini adalah meningkatkan kualitas hidup anak Indonesia melalui wadah masyarakat yang mendukung dan mempromosikan kegiatan menggendong yang aman dan nyaman.

Misinya adalah mempromosikan aktivitas menggendong kepada seluruh masyarakat melalui kegiatan edukasi dan advokasi ke semua kalangan, khususnya orang tua dengan menggunakan gendongan yang aman dan nyaman, baik secara tradisional maupun modern. ”Mendukung interaksi positif penuh cinta antara orang tua dengan buah hati melalui kegiatan mengendong, melestarikan budaya menggendong dari generasi ke generasi, menggunakan warisan kain nusantara dan lain-lain,” terangnya.

Komunitas Jabodetabek Menggendong mengaku, tantangan paling berat adalah mengubah stigma buruk terhadap menggendong. Komunitas ini ingin mematahkan mitos-mitos mengenai menggendong, salah satunya adalah mitos mengenai jika anak yang sering digendong akan bau tangan, padahal bukan seperti itu tapi merupakan kebutuhan.

”Jangan takut, bau tangan itu hanya mitos, bayi itu memang sudah kebutuhannya untuk dekat sama ibu jadi bukan bau tangan tetapi bayi butuh kita. Sebagai ibu harus memberikan kebutuhan bayi itu yang paling utama,” tuturnya.

Selain itu mereka juga ingin memperlihatkan bahwa posisi dan teknik menggendong juga harus diperhatikan. Biasanya, dalam kegiatan komunitas selalu diberikan materi mengenai menggendong yang aman, nyaman, dan benar.

”Bayi memangis itu hal yang wajar, bayi selalu ingin dekat dan didekap ibu, jantung ibu adalah musik paling indah buat bayi dan dapat membuat bayi tenang. Ibu harus sadar dan memenuhi kebutuhannya,” tuturnya.

Anty menuturkan, selain memperhatikan posisi dan teknik menggendong juga perlu lebih selektif dalam memilih alat untuk menggendong, saat ini sudah banyak yang menjual berbagai macam model dan warna, tetapi dalam memilih harus lebih teliti. ”Saat ini yang dijual banyak gendongan yang aman dan tidak aman, dalam komunitas akan lebih diberitahu mengenai apa saja yang aman dan tidak. Jadi, kita sebagai orang tua lebih selektif dan tidak sembarangan memilih,” tuturnya.(cr6/c)