25 radar bogor

Aset Perbankan Syariah Tumbuh 11,09 Persen

LAYANAN: Seorang nasabah saat melakukan transaksi di bank syariah. Di Jawa Barat, perbankan syariah tercatat melambat.
LAYANAN: Seorang nasabah saat melakukan transaksi di bank syariah. Di Jawa Barat, perbankan syariah tercatat melambat.

JAKARTA–Kinerja industri keuangan syariah pada 2018 bisa tumbuh lebih positif. Banyaknya peluang pasar yang belum tergarap membuat pasar keuangan syariah masih terbuka lebar. Selain itu, peluang pertumbuhan perbankan syariah bisa lebih baik ketika penurunan suku bunga bank konvensional tahun depan diperkirakan terbatas.

Berdasar data OJK, aset perbankan syariah dan industri keuangan nonbank (IKNB) syariah tumbuh membaik. Begitu juga kinerja industri pasar modal syariah yang terus bergairah. Hingga November 2017, aset perbankan syariah tumbuh 11,09 persen dan aset IKNB syariah tumbuh 11,19 persen. Di luar itu, sukuk korporasi dan reksa dana syariah masing-masing meningkat 34,18 persen dan 65,33 persen.

Wakil Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Nurhaida menyatakan, peluang IKNB syariah untuk tumbuh tahun depan terbuka lebar. OJK telah memfasilitasi pembentukan lembaga keuangan mikro syariah (LKMS) Bank Wakaf di banyak pesantren.

Skema Bank Wakaf adalah pembiayaan tanpa agunan dengan margin setara 3 persen. Potensi dari pesantren yang memiliki banyak santri dan pengajar bisa membuat bisnis keuangan syariah melalui IKNB syariah dimulai sejak dini.

Sementara itu, peluang melalui asuransi syariah juga masih besar. Sebab, pengetahuan masyarakat mengenai ke­ua­ngan syariah belum seperti keuangan konvensional yang dikenal sejak lama.

Presiden Direktur PT Asuransi Jiwa Syariah Jasa Mitra Abadi Tbk (JMAS) Ibrahim me­ngungkapkan, potensi bisnis dari asuransi jiwa individu masih terbuka lebar.

’’Kami dapat lisensi untuk individu itu baru tiga bulan yang lalu. Jadi, saat ini belum besar. Tahun depan bisa ditingkatkan,’’ ujarnya.

JMAS yang juga emiten baru di bursa menargetkan raihan premi tahun depan hingga Rp120 miliar. Pada November 2017, total premi JMAS tercatat Rp49 miliar.

Perseroan saat ini masih berfokus pada pelatihan agen asuransi syariah. Tujuannya, produk asuransi untuk individu lebih mudah dipasarkan. Sebab, penetrasi pasar asuransi jiwa lebih personal ketimbang asuransi kumpulan.

’’Kami memang masih banyak berbisnis di kumpulan. Potensi 2018 untuk asuransi yang individu masih besar. Untuk itu, kami sudah persiapkan dengan perekrutan dan pelatihan agen,’’ tuturnya.

Di sisi lain, Ekonom Syariah SEBI School of Islamic Economics Aziz Setiawan mengatakan, ke depan, pembiayaan infrastruktur akan menjadi salah satu pilihan untuk ekspansi pembiayaan yang paling memungkinkan dan layak. Sebab, kata dia, kompetensi bank syariah masih baru dalam pembiayaan infrastruktur. ”Pilihan melalui sindikasi pembiayaan paling realistis,” ujarnya.

Nantinya pola sindikasi pembiayaan infrastruktur bank syariah kata dia akan semakin banyak. Terlebih secara tren ekonomi menunjukkan permin­taan (demand) pada sektor itu sangat baik.(rin/c5/sof)