25 radar bogor

Para Ibu sang Penakluk, Urus 17 Harimau, hingga Taklukkan Himalaya

PENAKLUK: Suci Sri Utami Sutjipto (atas) saat di pegunungan Himalaya dan Tati Hartati (kanan) bersama harimau Sumatera.
PENAKLUK: Suci Sri Utami Sutjipto (atas) saat di pegunungan Himalaya dan Tati Hartati (kanan) bersama harimau Sumatera.

Menjadi ibu, bukan berarti tak ada lagi kesempatan karier dan prestasi. Seperti kisah para ibu yang memiliki profesi di luar kebiasaan kaum hawa umumnya, berikut ini. Ada yang mampu menaklukkan Gunung Himalaya hingga menaklukkan hewan buas seperti harimau.

Gurat–gurat kering bekas luka cakar menyebar di tangan dan wajah Tati Hartati (33). Tapi itu bukan bekas kekerasan sang suami, melainkan sentuhan sayang dari Anjani, satu dari 17 ”anak angkatnya’’, harimau Sumatera di Taman Safari Indonesia (TSI). Maklum, Tati adalah keeper harimau di lahan wisata konservasi di selatan Kabupaten Bogor itu.

Saat memberi makan pun, Tati memperlakukan harimau-harimau itu layaknya ibu yang menyuapi anaknya. Tati memperlakukan mereka dengan penuh kasih. Itu mengapa, hingga kini hanya Tati yang mampu bertahan menjadi keeper harimau hingga belasan tahun.

”Dulu pernah cuti saat hamil anak saya Garcya. Saya takut mereka (harimau-harimau TSI, red) akan lupa ketika saya balik lagi bekerja. Ternyata mereka ingat. Anjani malah meluk saya,’’ tuturnya.

Kini, Tati juga berbagi kebahagiaan itu bersama buah hatinya Garcya. Tati bahkan bisa berbangga, karena sang anak juga menjadi penyayang satwa.

Suci Sri Utami Sutjipto sang Penakluk Himalaya

Menjadi ibu, bukan halangan bagi staf Humas PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor, Suci Sri Utami Sutjipto untuk menjalani hobinya naik gunung. Sesekali, Suci mengajak buah hatinya untuk mengenal alam. ”Desember kemarin saya ke Himalaya. Ren­cana­nya Februari ke Merapi. Terus Maret atau April mau ke Everest,’’ tuturnya kepada Radar Bogor.

Tapi tentunya, saat pendakian ekstrem, Suci tak mengajak buah hatinya, M Zavier Athar Syah (5). Paling jauh, Zavier baru menginjakkan kaki di Gunung Merapi. Itu pun hanya sekadar melihat keindahan alam tanpa harus mendaki.

”Aku penginnya anak lebih kenal sama alam. Karena kita semua akan kembali ke alam. Jadi memang itu kegiatan positif untuk membangun karakter dia dalam mengajarkan kesederhanaan dan mensyukuri nikmatnya,’’ kata dia.

Dari berbagai petualangannya, yang paling berkesan bagi wanita kelahiran Tasikmalaya ini adalah perjalanannya menuju Pegunu­ngan Himalaya. Saat itu, ia hanya bertiga dengan dua teman wanita lainnya. Dari tiga hari yang ia habiskan untuk menyusuri gunung, sejuta pengalaman menarik yang ia alami. Mulai sulitnya menyesuaikan kondisi fisik dengan lingkungan, hingga cuaca yang buruk menghambat perjalanan.

”Ternyata pas sampai sana, di ketinggian 3.200 itu badai. Jadi, jam 13.00 siang sudah badai. Akhirnya ya kita stop, tidak lanjut. Kami berhenti di 3.200 meter,’’ terangnya.

Beruntung, di tempat tersebut terdapat pedesaan sehingga bisa digunakan untuk bersinggah. Meski sudah menginap semala­man, rupanya cuaca tak kunjung membaik. Suhu saat itu mencapai angka minus 18 derajat. Akhirnya, Suci bersama teman lainnya memutuskan untuk turun gunung lantaran awan pekat terus menghalangi jalan.

Briptu Evi Rastiani Hobi Motor, Polwan Penggila Moge

Setiap hari, Briptu Evi Rastiani harus mengamankan lalu lintas di jam-jam sibuk. Di momen itu pula, ibu dua anak ini harus mengurusi keperluan sekolah buah hatinya. Tapi bukan Evi namanya, jika ia tak mampu menjalani itu semua.

Caranya? Polwan di Satlantas Polresta Bogor Kota ini pintar-pintar membagi waktu. Dan agar bisa cepat ke sana-kemari, Evi menggunakan motor besarnya untuk menghindari macet. ”Untuk dua anak saya, Aqila (5) dan Dea (2), harus saya sendiri yang mengurus, bukan pengasuh. Memang capek, tapi begitu pulang, lihat senyum anak-anak, jadi seger lagi,’’ tutur Briptu Evi.

Rasa letih sepulang apel yang rutin ia lakukan setiap pukul 05.30 juga bukan alasan untuk tidak mengantar Aqila ke TK yang berada tak jauh dari rumahnya di Asrama Brimob Kedunghalang, Kecamatan Bogor Utara. Usai mengantar anak, biasanya ia lanjutkan untuk melakukan penjagaan lalu lintas di sekitaran Tugu Kujang.

Namun, setiap hari libur tiba, wanita yang hobi motor ini tak pernah absen mengajak buah hatinya untuk jalan-jalan. Kadang, salah satu di antaranya ia ajak berkeliling Bogor dengan mengendarai sepeda motor. ”Saya hobi motor.

Lebih senang ke mana-mana pakai motor daripada pakai mobil. Dari SMA, saya di rumah ada trail. Seneng jalan-jalan pas libur pakai motor, memang lebih nyaman saja. Kalau jalan-jalan pakai mobil tidak menikmati alam,” terangnya.

Briptu Evi pindah domisili ke Bogor ketika menikah dengan suaminya yang bertugas di satuan Brimob Kota Bogor pada 2011. Ia mengawali karier kepolisiannya pada 2009 lalu di Polda Kalbar.

Kemudian pindah ke Polresta Bogor Kota di bagian Propam. Meskipun baru sekitar satu tahun bertugas sebagai polisi lalu lintas, banyak pengalaman yang tak terlupakan saat melakukan penjagaan. “Misalnya, ketemu pelanggar ngeyel malah kita yang dimarahi, apalagi oleh ibu-ibu,” kata Briptu Evi.(don/fik/c)