25 radar bogor

84 Persen Warga Masih BAB Sembarangan

BOGOR–Tingkat non-open defecation free (ODF) alias tidak buang air besar (BAB) sembarangan di tempat terbuka di Kota Bogor masih sangat rendah. Tercatat baru 16 persen atau 125 rukun warga (RW) di Kota Hujan yang telah memenuhi cakupan jamban sehat secara 100 persen. Sementara 84 persen atau 655 RW lagi masih BAB sembarangan.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian (P2P) Dinkes Kota Bogor, Lindawati, menjelas­kan, faktor kemiskinan menjadi penyebab utama tingginya jumlah masyarakat yang masih BAB sembarangan.

“Mereka tidak memiliki kakus untuk buang hajat, sehingga memutus­kan untuk ke kebun atau kali. Meski bukan jadi penyebab satu-satunya, faktor kemiskinan tetap mendominasi,” kata Linda.

Faktor berikutnya yang tidak kalah penting, kata dia, adalah kebiasaan dan bahkan budaya di kalangan masyarakat tertentu. Sekalipun sudah dibangun fasilitas mandi, cuci, kakus (MCK) komunal, masih ada sejumlah warga yang merasa lebih nyaman saat BAB di kali. “Mengubah kebiasaan ini memang tidak mudah.

Dibutuh­kan edukasi intensif melalui pendekatan personal. Kami harus berikan pemahaman bahwa membuang air besar sembarangan bukan sekadar membuat malu, tapi dapat menimbulkan penyakit kulit,” bebernya.

Untuk lebih memaksimalkan pendekatan personal itu, dinkes sudah bekerja sama dengan beberapa lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang mem­punyai fokus dan visi sama terhadap kesehatan lingkungan masyarakat. Linda berharap, mereka bisa sama-sama meran­gkul warga untuk tidak BAB sembarangan.

“Tapi, secara umum, semua orang kesehatan harus bertanggung jawab atas pemahaman warga terkait BAB,” tutur Linda.

Dari enam kecamatan yang ada, Bogor Barat mempunyai RW ODF paling banyak, yakni 32 RW. Di antaranya, RW 12 di Kelurahan Kayumanis dan RW 11, 14 serta 15 di Kelurahan Ciba­dak.

Sementara itu, Bogor Selatan dan Tanahsareal memi­liki ma­sing-masing 31 RW ODF. Bogor Utara terdapat 20 RW ODF, dan Bogor Timur ada dela­pan RW ODF. Terakhir, Kecamatan Sem­pur mempunyai tiga RW ODF.

Terpisah, Wakil Wali Kota Usmar Hariman menjelaskan, rendahnya tingkat ODF itu dikarenakan masih kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya BAB di jamban yang dilengkapi septic tank.

Selain itu, sebagian besar masyarakat yang berada di sekitar aliran sungai juga masih memilih BAB di sungai. ”Di beberapa kawasan juga masih kurang dana dan lahan untuk pembangunan sanitasi, terutama di tengah masyarakat miskin,” ujar Usmar.

Dia menambahkan, pemkot terus berkomitmen menjadikan semua RW ODF pada dua tahun mendatang. Meski peker­jaan rumah masih ba­nyak, Usmar optimistis target ini bisa tercapai dengan kerja sama dari sejumlah dinas dan para pihak terkait.(wil/c)