25 radar bogor

Dadang-Tagor Segera Deklarasi, PDIP-Golkar Mengulang Sejarah

DEJA VU: Dadang Danubrata dan Tauhid J Tagor (salam komando) usai menyepakati koalisi melawan petahana, di markas DPC PDI Perjuangan, bilangan Tanahsareal kemarin (20/12).

BOGOR–Partai politik korban PHP (pemberi harapan palsu) petahana kembali bermanuver. Kemarin (20/12) giliran PDI Perjuangan dan Partai Golkar yang mulai me­nyama­kan visi melawan Bima Arya. Koalisi itu dideklarasikan di markas DPC PDI Perjuangan Kota Bogor, Jalan Jenderal Ahmad Yani, Kecamatan Tanahsareal, Kota Bogor.

”Kami sepakat membangun koalisi di Pilwalkot 27 Juni 2018 mendatang,’’ ujar Ketua DPC PDI Perjuangan Kota Bogor, Dadang Iskandar Danubrata kepada Radar Bogor.

Dadang menjelaskan, kesepakatan itu buah instruksi DPD masing-masing partai untuk berkoalisi di Kota Hujan. Juga, musabab PDIP tidak mendapat kepastian dari petahana, dan hanya diberi harapan palsu.

”Alhamdulillah setelah kita berkomunikasi dengan Golkar, kita setuju untuk melakukan koalisi. Minimal ini koalisi partainya dulu yang sepakat maju bersama, tinggal nanti kita bicarakan calonnya,’’ jelasnya.

Dadang mengatakan, dalam koalisi tersebut, Partai Golkar menunjuk sosok Tauhid J Tagor yang akan diusung sebagai F1 atau F2. Sedangkan PDIP masih menunggu hasil dari konvensi di internal partai. “Sampai saat ini masih ada tiga calon yang belum diputuskan. Saya, Teddy Risandi, dan Sugeng Teguh Santoso,” kata dia.

Koalisi merah-kuning tak lain mengikuti konstelasi politik yang terjadi di Jawa Barat. Musabab di Jabar pun sudah 90 persen menuju koalisi. “Sehingga kita yakinkan konstelasi ini akan diturunkan ke DPC se-Jabar,’’ kata dia.

Meski begitu, kedua partai tersebut juga membuka pintu koalisi untuk parpol lain yang ingin bergabung. Hanya, telah disepakati calon yang akan diusung berasal dari PDIP dan Partai Golkar. “Target kita koalisi besar. Semakin banyak yang bergabung bisa bekerja sama dengan kita. Intinya, kami sudah siap melawan petahana. Kami sudah menutup pintu dengan partai petahana,’’ tegasnya.

Sementara itu, Ketua DPD Partai Golkar Kota Bogor, Tauhid J Tagor mengaku, langkah tersebut sudah final dan tak bisa ditawar lagi. Sikap Golkar dalam Pilkada Kota Bogor adalah jelas melawan petahana. “Kami juga sudah berkomunikasi dengan DPD Jabar, pak Dedi Mulyadi. Beliau sudah mengetahui kalau kami melakukan pertemuan ini,’’ kata Tagor.

Soal calon yang akan diusung, Tagor menghargai proses yang masih berjalan di PDIP. ”Mungkin satu atau dua hari ini sudah ada keputusan dari mereka, dan setelah itu kami langsung deklarasi,’’ jelasnya.

Tagor berharap, setelah kese­pakatan berkoalisi, kedua partai bisa mengajak partai lain untuk bergabung melawan petahana. ”Apa pun namanya koalisi ini, yang penting kami sudah siap untuk melawan petahana. Kemungkinan koalisi besar, apalagi PDIP sudah bertemu dengan beberapa parpol,’’ tukasnya

Di bagian lain, pengamat politik Yusfitriadi menilai bahwa dua partai tersebut seperti ingin mengulang sejarah di Pilwalkot Bogor 2013. Saat itu, PDIP dan Golkar mengusung Dody Rosadi-Untung Maryono.

Hanya, pasangan tersebut harus meng­akui kekalahan dari pasangan Bima Arya-Usmar Hariman. “Agak sulit karena periode lalu PAN berkoalisi dengan Demokrat, partai penguasa. Sekarang kan PDIP,” ujar peneliti senior di Jaringan Pendidikan Pemilih Rakyat (JPPR) tersebut.

Sementara kondisi saat ini adalah PDIP sebagai partai penguasa. Sehingga, menurut Yus, dengan kekuatan politik di tingkat elite, bisa sangat mudah memengaruhi kekuatan politik di tingkat kota untuk memenangkan pilkada. “Walaupun saat ini kalau kita merujuk kepada hasil survei terkini, incumbent masih belum tertandingi,’’ kata dia.

Terlebih, kata Yus, Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto mempunyai hubungan baik dengan Presiden Joko Widodo dan elite PDIP. “Sangat mungkin terjadi (pengaruh elite). Walaupun memang di Golkar dan PDIP Kota Bogor mengalami krisis figur,” ujarnya.

Dengan kondisi seperti sekarang, Yus menyebut, pilihan terbaik adalah mengusung struktur partai, yakni Ketua DPC PDI Perjuangan Kota Bogor, Dadang Danubrata. Begitu pun dengan partai beringin, akan lebih baik Ketua DPD Golkar Kota Bogor Tauhid J Tagor yang direkomendasikan mengikuti kontestasi di Pilkada 2018.

Lantas, bagaimana nasib petahana, Bima Arya? Hingga saat ini, belum ada satu pun partai politik yang terlihat serius bakal mendampingi petahana. “Kalau lihat dari irisan kekuatan politik di tingkat pusat, PAN dimungkinkan untuk koalisi dengan PKS dan Gerindra. Entah dari PKS atau Gerindra yang akan direkomendasikan mendampingi Bima,” ujarnya.

Kemungkinan lainnya, Bima Arya akan disokong Zaenul Muttaqien dengan perahu Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Tapi soal ini, Zaenul masih irit bicara. ”Belum,” kata ketua DPD PPP Kota Bogor tersebut.(ded/c)