25 radar bogor

39 Lokasi Sarang LGBT

BOGOR–Alasan Euis Sunarti bersama 11 Guru Besar IPB lainnya mengajukan judicial review KUHP pasal kesusilaan soal lesbian gay, biseksual, dan transgender (LGBT), bukan mangada-ngada.

LGBT di Kota Bogor bahkan kini seperti sudah memiliki wadah tersendiri. Dinas Kesehatan mencatat ada 39 titik perkumpulan LGBT yang tersebar di Kota Hujan. Pengelola Program HIV Dinkes Kota Bogor, Nia Yuniawati, mengaku tercengang ketika melakukan pemeriksaan di Taman Sempur beberapa waktu lalu.

Dalam semalam, bisa terjaring sebanyak hampir 200 pria homoseksual untuk diperiksa VCT. “Mereka biasanya berkelompok, mulai remaja sampai dewasa,” ucapnya kepada Radar Bogor.

Meski sempat kelimpungan, hal itu dirasa membawa kebaikan. Artinya, para pria homoseksual tersebut bersedia untuk andil dalam mencegah penularan virus HIV khususnya di Kota Bogor. Karena hanya dengan cara seperti itu, pengendalian angka penderita HIV/AIDS bisa dikendalikan.

Taman Sempur bukan satu-satunya tempat yang menjadi tempat perkumpulan para kaum gay. Nia mengungkapkan, tempat terbanyak kedua yakni Terminal Laladon. Fakta tersebut berdasarkan hasil surveinya langsung ke lapangan. “Itu mulai dari sopir dan anak-anak nongkrong. Tukang ojek juga,” terangnya.

Berdasarkan hasil pemetaan sementara yang dilakukan Nia beserta timnya, 39 lokasi yang diyakininya sebagai tempat perkumpulan LGBT, 31 di antaranya merupakan perkumpulan gay, sedangkan 8 lainnya merupakan perkumpulan waria.

Tak heran, perkumpulan gay memang jauh lebih banyak dari homoseksual jenis waria. Setiap kali melakukan pertemuan, kelompok gay sering kali tidak terlihat masyarakat. Sebab, biasanya mereka berkumpul di rumah makan, food court ataupun kafe. Lain halnya dengan waria yang kerap kali berkeliaran di tepian jalan.

Selain pemeriksaan, pihaknya juga melakukan konseling terhadap para kaum homoseksual yang diperiksanya. Tak jarang pula, Nia mendapatkan kisah-kisah menarik dari hasil konseling dengan para kaum homo­seksual.

Yang sudah pasti ia tangkap, kelainan tersebut merupakan buah fantasi seksual dari masing-masing pria homoseksual. “Jadi, mereka tuh membayangkan lebih. Katanya gini, kalau sama wanita sudah biasa, rutin. Saya pernah konseling, dia punya istri punya anak, tapi pernah juga dengan laki-laki,” tuturnya.

Banyak Aplikasi di Playstore

LGBT diyakini sebagai penyumbang angka penyebaran virus HIV/AIDS. Tapi di sisi lain, rupanya, keberadaan kaum homosekual kian marak. Malahan, kini ditemukan banyak aplikasi layaknya biro jodoh kaum gay bertebaran di Playstore.

Penelusuran Radar Bogor, sedikitnya ada sebanyak 10 aplikasi yang beraroma gay. Tapi, yang terlihat dominan banyak diunduh, antara lain aplikasi berbasis chatting. Kondisi tersebut jelas memantik kekecewaan dari Komisi Penanggulangan Aids (KPA) Kota Bogor, Iwan Suryawan.

Ia mengaku kecewa, sudah bersusah payah untuk menekan angka penyebaran HIV/AIDS melalui kinerjanya timnya, tapi seolah dirusak dengan maraknya aplikasi berbasis Android berbau gay.

Karena menurutnya, beragam aplikasi yang memfasilitasi para gay untuk meluaskan jaringannya itu bisa menjadi pintu masuk terhadap berbagai penyakit seksual menular.

Untuk itu, ia juga getol menyo­sialisasikan kepada masyarakat serta keluarga agar tidak menggunakan berbagai aplikasi tersebut. “Itulah pentingnya ketahanan keluarga, supaya jangan sampai anak kita atau keluarga kita masuk ke area penyimpangan perilaku seksual seperti itu,” ucapnya.

Iwan pun meminta pemerintah turun tangan. Pasalnya, siapa saja bisa mengunduh aplikasi tersebut tanpa terkecuali. Padahal, dampaknya sungguh sangat besar jika aplikasi tersebut marak digunakan masyarakat Bogor khususnya.

“Mulai chatting, janjian dan ngedate. Harusnya pemerintah pusat bisa memblokir aplikasi-aplikasi seperti itu. Karena lebih banyak akibat yang ditimbulkan. Berikutnya juga nanti pemda ke pusat untuk menyampaikan info untuk meneliti masalah-masalah  ini jangan sampai dilepaskan,” kata Iwan.

Terpisah, pakar sosiologi, Fu Xie seperti merasa tak heran atas bermunculannya berbagai aplikasi untuk kaum gay. Pasalnya, dengan perkembangangan teknologi semuanya kini bisa dilakukan lewat sambungan internet.

“Mereka berkumpul karena mereka merasa senasib atau merasa enak atau nyaman bertemu bersama-sama,” jelasnya.(fik/d)