25 radar bogor

DPP PDIP Turun Tangan, Drama Bima-Dadang jadi Sorotan

BOGOR–Konstelasi politik di Pilwalkot Bogor mendidih. Seteru antara petahana dengan sang mantan calon pasangan, Dadang Danubrata, berbuntut panjang. Gagalnya duet Bima-Dadang musabab penolakan PAN, kabar­nya menjadi perbin­cangan para kader PDI Per­juangan dalam geladi resik Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Tiga Pilar Partai Bidang Ekonomi Kerak­yatan, di ICE, BSD, Tangerang, Banten, tadi malam.

Sejumlah petinggi PDI Perjuangan seperti terkejut mendengar kabar penolakan PAN. Terlebih penolakan itu dibumbui drama ’’nyaris berpasangan’’ yang membuat Dadang Danubrata bak korban PHP (pemberi harapan palsu). Soal ini, Dewan Pimpinan Pusat (DPP) partai besutan Megawati Soekarnoputri, memberi perhatian khusus.

Kepada Radar Bogor, Ketua Bidang Pemenangan Pemilu (Bapilu) DPP PDI Perjuangan Bambang DH mengaku masih menunggu laporan dari para kader di Kota Hujan.

Informasi itu sangat dibutuhkan DPP untuk mengalkulasi serta merumuskan strategi pemenangan di pilkada serentak. Juga, menyikapi sikap PAN yang dinilai melukai niatan baik untuk berkoalisi. ’’Belum ada info dari kawan-kawan di sana (Kota Bogor),’’ ujar Bambang kemarin (15/12).

Wakil Ketua DPC PDI Perjuangan Kota Bogor Vajireh Sitohang mengatakan bahwa pihaknya sudah sangat siap tempur menghadapi petahana yang sampai saat ini menduduki posisi teratas popularitas hasil survei berbagai lembaga. Langkah itu diambil PDI Perjuangan lantaran Bima Arya telah mengisyaratkan tak jadi berpasangan dengan kader PDI Perjuangan.

’’PDI Perjuangan wajib ada kader yang maju. SK sudah turun, (sebelumnya, red) diminta berpasangan bersama Bima,’’ ungkapnya.

Di internal PDI Perjuangan, ada tiga nama yang berpeluang maju melawan petahana. Yakni, Dadang Danubrata, Sugeng Teguh Santoso (STS), dan Ketua DPD Pospera Jabar Teddy Risandi. Tetapi, Vajireh mengisyaratkan Dadang yang mendapatkan SK tersebut.

Meski begitu, Vajireh menyebut PDI Perjuangan masih menunggu kepastian petahana terkait peluang berpasangan atau sebaliknya. ’’Apakah menerima atau tidak. Jika tidak, kami siap berpasangan dengan siapa pun. Apakah mengulang sejarah (PKS-PDI Perjuangan) di era wali kota Diani? Kita akan konfigurasikan siapa yang cocok untuk berkoalisi,’’ cetusnya.

Soal peluang bermitra, Vijareh mengaku, sudah ada beberapa partai yang intens berkomunikasi dan mengajak koalisi. Salah satunya, PKB. ’’Mungkin (PKB) ingin mengajak bikin barisan baru,’’ kata dia. Selain itu, ada juga Partai Hanura sudah siap berjalan bersama PDI Perjuangan untuk melawan petahana. Lalu melakukan koalisi politik berseberangan dengan konstelasi di pusat, semisal dengan Partai Demokrat.

’’Secara personal dengan PKS juga dekat. Jika koalisi dibangun ada peluang ke sana. Jadi, PKB, Hanura, Demokrat, dan PKS,’’ ujarnya.

Gerak cepat PDI Perjuangan itu diapresiasi kalangan pengamat. PDI Perjuangan seharusnya tidak berlama-lama larut dalam kesedihan setelah ditinggalkan petahana.

Sosok Dadang Danubrata yang cukup mumpuni sebaiknya segera bangkit dan membentuk koalisi baru yang kokoh untuk melawan kekuatan Bima Arya. ’’Atau PDI Perjuangan mengangkat person (figur, red) yang memiliki popularitas sama kuat,’’ ujar pengamat politik Yusfitriadi kepada Radar Bogor.

Di sisi lain, Yus –Yusfitriadi– mengimbau Bima Arya segera memutuskan koalisi dan calon pendamping di arena pilkada. Salah melangkah, Bima bisa ditinggalkan persatuan partai-partai yang pernah ’’disakiti’’ karena menjadi korban PHP.

Seolah membenarkan analisis itu, Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) PKS Kota Bogor Atang Trisnanto membocorkan rahasia PKS tidak terjebak dan menjadi korban PHP petahana. Menurut Atang, sedari Juli 2017, petahana sudah menunjukkan gelagat keragu-raguan berkoalisi.

’’Yang saya pahami di politik, kalau ada bahasa maybe yes, itu berarti bisa iya bisa tidak. Tapi kalau maybe saja, itu sudah pasti no. Daripada kami kalah cepat, kami harus melaju sendiri dengan sekutu (Gerindra),’’ kata Atang dalam Obsesi Radar Bogor di Graha Pena Bogor kemarin. Atang juga memastikan partainya menyambut siapa pun yang mau bergabung untuk melawan petahana.

Di bagian lain, harapan Dadang Danubrata untuk berdampingan dengan Bima Arya, tampaknya, memang harus dikubur dalam-dalam. Pasalnya, sang petahana memastikan tidak bakal menjadi ’’anak durhaka’’ dari rumah politiknya, Partai Amanat Nasional (PAN).

Bima tidak akan berontak dari titah pusat juga tidak akan mencoba meluluhkan hati Ketua Majelis Kehormatan PAN, Amien Rais, demi berdampingan dengan Dadang Danubrata.

Seperti diberitakan sebelumnya, gagalnya duet Bima-Dadang disebut-sebut lantaran sang pendiri PAN tidak mengizinkan putra mahkota berdampingan dengan kader dari PDI Perjuangan. ’’Saya tidak pernah bilang apa pun yang menyiratkan usaha untuk meluluhkan hati Pak Amien,’’ tegasnya kepada Radar Bogor.

Bima Arya seperti tengah mengatur strategi pascagagal duet dengan Dadang. Kabar yang beredar, ada usulan nama Aim Halim Hermana untuk menjadi pendamping Bima.

Kepala Inspektorat Kota Bogor itu dinilai pas menjadi F2, dengan latar belakang birokrat yang bisa melengkapi Bima Arya yang terlahir di dunia politik. Tapi soal ini, lagi-lagi Bima membantah. ’’Kata siapa? Tidak benar,’’ tukasnya.

Sikap sang petahana yang membingungkan itu pun membuat Ketua DPD PAN Kota Bogor Safrudin Bima sibuk mengatur strategi. Saprudin mengaku masih melakukan komunikasi politik sampai akhirnya mitra koalisi petahana Bima Arya terbentuk. ”Saya tidak mau mendahului waktu, tapi berharap tetap dalam kerangka itu (Koalisi Pandawa Lima, red),” ujarnya.

Safrudin berharap, dengan adanya hasil survei, Bima Arya mendapat semacam keyakinan untuk menentukan pilihan. ”PAN sepenuhnya mendukung pilihan Bima Arya, tidak ada keraguan sama sekali,” katanya.(ded/d)