25 radar bogor

Warga Puncak Bergantung pada Ghat

Romadhoni Radar Bogor TEMUAN: Penemuan ladang ghat di pekarangan vila di Jalan Pra Asia Afrika kawasan Lembah Cisampay, belum lama ini.

TEMUAN: Penemuan ladang ghat di pekarangan vila di Jalan Pra Asia Afrika kawasan Lembah Cisampay, belum lama ini. (Dhoni/Radar Bogor)

CISARUA–Pasca peng­ge­rebekan dan pemus­nahan 150 batang pohon katinon atau ghat, beberapa warga di Desa Tugu Selatan, Kecamatan Cisarua, angkat suara. Mereka ber­pendapat banyak yang meng­gantungkan hidupnya dari tanaman candu tersebut.

Permintaan dan kebutuhan ekonomi yang tinggi, menjadi alasan warga menanam ghat secara sembunyi-sembunyi. Alasannya, tak ada sanksi pidana yang bakal menjerat mereka.

MF (42) salah satunya. Ia mengaku sudah turun-temurun menanam ghat di sekitar vila. Keberadaan turis Timur Te­ngah juga menjadi salah satu alasannya.

”Orang Arab suka ghat. Makanya nggak rugi juga buat masyarakat,” ujar warga RT 02/07 ini kepada Radar Bogor.

Namun, sambungnya, duan ghat hanya dikonsumsi warga asing. Sedangkan penduduk lokal enggan mencicipi daun yang serupa teh itu.

”Kalau dulu banyak, harganya lumayan murah. Bisa dijual Rp100 ribu. Sekarang jarang ditaman, jadi bisa Rp500 ribu per ikatnya. Kami tahunya itu obat,” ucapnya.

Terpisah, Kepala BNN Kabupaten Bogor Nugraha Setia Budi akan menindaklanjuti temuan tanaman ghat tersebut. ”Diduga masih ada yang lainnya. Kami masih melakukan penyelidikan, kemudian disampaikan kepada direktorat di BNN pusat bahwa tanaman itu masih ada,” tuturnya.

Sebelumnya diberitakan, Direktorat Narkotika Deputi Pemberantasan pada BNN RI melakukan penertiban ladang ghat di halaman salah satu vila di Jalan Pra Asia Afrika, Desa Tugu Selatan, Kecamatan Cisarua, Selasa (12/12) lalu. Lebih dari 150 batang pohon katinon/ ghat ini pun dimusnahkan dengan cara dibakar.(don/c)