25 radar bogor

Ekspor ke Israel Terus Merosot

Demonstran mengibarkan bendera Turki dan Palestina dalam sebuah demonstrasi menentang pengakuan Presiden AS Donald Trump terhadap Yerusalem sebagai ibukota Israel, di Istanbul, Turki pada 10 Desember 2017.
Demonstran mengibarkan bendera Turki dan Palestina dalam sebuah demonstrasi menentang pengakuan Presiden AS Donald Trump terhadap Yerusalem sebagai ibukota Israel, di Istanbul, Turki pada 10 Desember 2017.

BOGOR–Pemerintah Indonesia selalu lantang mendukung kemerdekaan rakyat Palestina serta mengecam pendudukan Israel. Meskipun tidak memiliki hubungan diplomatik, relasi dagang dengan negeri yang didirikan di atas kredo ”tanah yang dijanjikan” tersebut tetap berjalan.

Indonesia bahkan mencatat defisit perdagangan dengan Israel. Artinya, lebih banyak barang yang diimpor jika dibandingkan dengan ekspor. Pada periode Januari–Oktober 2017, neraca perdagangan antara Indonesia dan Israel defisit USD 2,11 juta.

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS) Yunita Rusanti menyatakan, pada periode Januari–Oktober 2017, nilai impor Indonesia dari Israel mencapai USD 102,94 juta. Impor itu didominasi peralatan listrik seperti heat exchange unit senilai USD 41,969 juta. Kemudian, steam maupun turbin untuk pembangkit 5–40 megawatt senilai USD 18,025 juta. Setelah itu, ada nafta dengan volume 10 ribu ton atau setara USD 6,122 juta.

Sementara itu, ekspor ke Israel mencapai USD 100,65 juta. Nilai ekspor tersebut terus menurun sejak 2012, yakni USD 183,56 juta pada tahun itu. Ekspor Indonesia ke Israel didominasi lemak/minyak dari hewan ataupun tumbuhan senilai USD 30,817 juta.

Setelah itu, adalah ekspor karet dan turunannya yang mencapai USD 11,176 juta serta alas kaki senilai USD 8,852 juta.

Penurunan ekspor disebabkan anjloknya ekspor bahan baku tekstil polyester staple fiber dari USD 34,905 juta pada 2012 menjadi USD 3,564 juta pada 2017. Bukan hanya itu, ekspor komoditas karet dan turunannya juga menurun cukup tajam, yakni USD 32,860 juta pada 2012 menjadi USD 11,176 juta pada 2017.

Dia menambahkan, neraca dagang dengan AS masih surplus. ’’Tetapi, untuk beberapa komoditas, impor kita dari sana cukup besar seperti impor kedelai dan jagung. Nah, kalau hubungan dagangnya nanti memburuk, dikhawatirkan kita belum bisa mencari substitusi yang lain,’’ terang Yunita dalam workshop Peningkatan Wawasan Statistik di Bogor, akhir pekan lalu. BPS mencatat surplus neraca dagang dengan AS mencapai USD 7,904 juta.

Presiden AS Donald Trump baru saja mengakui Yerusalem –kota suci umat Yahudi, Kristiani, dan Islam– sebagai ibu kota Israel. Pemerintah Indonesia mengecam keras pernyataan sepihak yang sekaligus mengubah arah AS yang selama ini mengedepankan ’’solusi dua negara’’ tersebut.

Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Hubungan Internasional Shinta W Kamdani menyebutkan bahwa Israel selama ini belum menjadi mitra bisnis strategis bagi Indonesia.
Dengan demikian, tren penurunan neraca dagang dengan Israel tidak berpengaruh banyak terhadap aktivitas bisnis bilateral Indonesia.(ind/mer/jp)