25 radar bogor

Bertaruh Nyawa di Atas Roda

DALAM KENANGAN: Nafal berfoto di perbatasan Phnnom Penh, Kamboja, dalam perjalanannya menuju Nepal.Instagram
DALAM KENANGAN: Nafal berfoto di perbatasan Phnnom Penh, Kamboja, dalam perjalanannya menuju Nepal. (Instagram)

Akhir pekan kemarin, publik kembali dikejutkan dengan kabar pesepeda yang meninggal saat menggowes pedal. Yang bikin heboh, sang pedalis, Umartono Nafal Quryanto (28), adalah pemuda asal Bogor yang tewas setelah jatuh ke jurang di perbatasan Negeri Hindustan. Nafal mengembuskan napas terakhir dalam perjalanannya mempromosikan Tanah Air ke berbagai negara.

SATU yang menjadi ciri khas Nafal, ia selalu mengenakan topi sekolah dasar bercorak merah putih. Ini sebagai penanda bahwa ia adalah putra Indonesia, di mana pun berada. Sebagai bukti kecintaannya pada bangsa, di tengah waktu senggang penggarapan skripsinya di Universitas Ibn Khaldun (UIKA) Bogor, ia bertekad menggowes sepeda ke Nepal, Asia Selatan.

Sang kakak ipar, Wahyu Indarto memastikan niat tulus Nafal mengenalkan bangsa kepada siapa pun yang ditemuinya di negara lain. Nafal pun melakukan semuanya sendiri, tanpa sponsor. Selama beberapa bulan, kata Wahyu, Nafal sibuk mempersiapkan segala sesuatunya, termasuk materi dan perbekalan. ”Dia mulai jalan Mei 2017. Semuanya dibiayai sendiri,’’ tutur Wahyu, ditemui Radar Bogor kemarin, di kediamannya di kawasan Semplak, Bogor Barat, Kota Bogor.

Nafal memulai perjalanannya melalui Batam lalu menyeberang ke Singapura. Dari sana, Nafal menggowes sepeda menyusuri sejumlah negara, seperti Malaysia, Thailand, Vietnam, Laos. Tujuan akhirnya, negeri di kawasan Himalaya, Nepal. ”Dia terus posting selama perjalanan. Ini (perjalanan sepeda keliling dunia) memang mimpinya sejak lama,” tutur Wahyu.

Seperti diberitakan Radar Bogor sebelumnya, Wahyu terakhir berkomunikasi dengan sang adik ipar, November lalu. Itu sebelum Nafal hendak memasuki wilayah minim sinyal telepon selular. Saat itu, akunya, tak ada firasat buruk, dan keluarga terus menyemangati perjuangan Nafal.
”Terakhir kasih kabar sedang ada di India. Dia posting foto di tepian Sungai Gangga 26 November. Setelah itu tak ada kabar. Di perbatasan Nepal tidak ada sinyal,’’ kata dia.

Beberapa hari setelah itu, kata Wahyu, sang istri, Dewi –kakak kandung Nafal– mengaku tak tenang dan mulai seperti merasakan firasat buruk. Tak lama kemudian, Wahyu menerima kabar buruk dari Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di India. Adik iparnya itu diketahui mengalami kecelakaan, jatuh ke jurang saat melintasi jalanan terjal perbatasan India-Nepal.

Rupanya perjalanan Nafal memang harus berhenti, beberapa kilometer dari tujuan akhirnya, Nepal. “Dugaannya, dia kecelakaan sudah beberapa hari baru ditemukan,’’ kata Wahyu.

Saat ini, pihak keluarga sedang mengusahakan untuk membawa pulang jenazah Nafal ke Indonesia. Pihak KBRI di India sudah berangkat ke Uttarakhand untuk mengambil jenazah Nafal. ”Kalau (jenazah) sudah tiba, akan dimakamkan di Taman Makam Rimbawan, Loji,’’ tuturnya.

Meski begitu, upaya Nafal mengharumkan bangsa dan Kota Bogor, tampaknya, minim apresiasi. Hingga akhir hayatnya, mendiang Nafal tak mendapat perhatian dari pemerintah. Untuk memulangkan jenazah dari India, keluarga bahkan harus menanggung sepenuhnya. Karena minimnya biaya, pihak keluarga inisiatif menggalang dana lewat media sosial.

”Kami memang tak muluk berharap bantuan dari pemerintah. Sampai sekarang pun kita tidak tahu, sejauh mana pemerintah mengetahui insiden yang merenggut nyawa adik ipar saya. Kami sendiri tidak ada upaya untuk minta ke Pemkot Bogor,’’ jelasnya kepada Radar Bogor, kemarin (10/12).

Pihak keluarga, menurutnya, memang sudah membuat pernyataan terkait kesanggupan membiayai kepulangan jenazah Nafal. Khusus untuk biaya kepulangannya saja, membutuhkan biaya kisaran Rp20 juta hingga Rp40 juta. ”Saya udah minta ke KBRI tapi belum dapat rinciannya, supaya bisa kami siapkan uangnya dan mekanisme cara membayarnya,’’ terangnya.

Beruntung, Nafal aktif di beberapa komunitas sepeda Bogor maupun internasional. Sehingga, tak sedikit yang mengulurkan bantuan ketika pihak keluarga menggalang dana lewat medsos. ”Dari teman-teman seprofesi, dari teman-teman komunitas dan teman-teman almarhum. Termasuk dari komunitas pesepeda internasional, karena kan almarhum masuk juga di dalamnya,’’ kata Wahyu.

Kini, pihak keluarga masih menunggu kedatangan janazah Nafal yang rencananya baru tiba di Jakarta Selasa (12/12). Setelah tiba di bandara pukul 11.00 siang, jenazah akan dibawa ke RSUD Ciawi untuk dimandikan dan dikafankan. Dari situ, sebelum dimakamkan di Taman Makam Rimbawan, jenazah akan terlebih dahulu disalatkan di kediamannya di kawasan Semplak, Bogor Barat, Kota Bogor.(fik/d)