25 radar bogor

Warga Minta Pabrik Sawit Ditutup

TERCEMAR: Warga memanfaatkan aliran Sungai Cikalong dan Cidurian yang tercemar untuk MCK.
TERCEMAR: Warga memanfaatkan aliran Sungai Cikalong dan Cidurian yang tercemar untuk MCK.

JASINGA–Habis sudah kesa­baran masyarakat yang sungainya dicemari limbah pabrik sawit milik PTPN VIII Cikasungka Cigudeg. Pasalnya, sudah tiga tahun lebih, Sungai Cikalong yang menjadi tempat MCK tersebut, tak layak pakai lagi. Tak hanya itu, Sungai Cidurian yang ada di hilirnya pun ikut dicemari limbah ber­warna hitam dan berbau kotoran manusia tersebut.

”Kami atas nama warga yang terkena imbas limbah pabrik sawit, meminta pemerintah me­nutup pabrik itu. Sudah keter­laluan. Parahnya, pem­buangan limbah ke Sungai Cikalong dilakukan secara masif dan sengaja,’’ ujar Sekretaris Koalisi Pemuda Antilimbah (Kapatil) Bogor Barat Dede Misbahudin kepada Radar Bogor, kemarin (06/12).

Dede mengungkapkan, puncak kemarahan warga terjadi pada Rabu dan Kamis (29-30/11) lalu. Penyebabnya, pabrik tersebut membuang puluhan liter kubik limbah cair berwarna hitam dan berbau ke sungai. Dam­paknya pun sangat luar biasa. Limbah itu mengalir belasan hingga puluhan kilometer ke sungai-sungai di Jasinga. Dam­pak lain, masyarakat Cikalong, Mede, Tarikolot, Cikadu Desa Mekarjaya Cigudeg, lalu Kalong Dagul, Kalong Sawah, Desa Kalong Sawah hingga Jasinga tak bisa memanfaatkan sungai tersebut.

”Sangat luar biasa limbah itu. Sangat bau, berlendir dan berwarna hitam. Bagaimana mau mandi dan nyuci? Masya­rakat kan jadi takut,” imbuh Dede.

Buangan limbah yang sangat masif itu direaksi masyarakat dengan luar biasa. Jagat medsos bahkan dipenuhi foto Sungai Cikalong dan Cidurian yang dikotori limbah.

”Saat itu kami ingin demo. Cuma, kami masih sabar dan kami memberi kesempatan pabrik agar sadar dan insyaf. Makanya, jika limbah itu masih dibuang ke Sungai Cikalong, kami minta pabrik itu ditutup saja,” tegas mahasiswa pascasarjana Universitas Pancasila tersebut.

Sebenarnya, lanjut Dede, kondisi Sungai Cikalong dikotori limbah sudah berlangsung lama. Sejak pabrik itu berdiri sekitar 2013. Namun, masyarakat masih sabar menunggu upaya dan niat baik pabrik melakukan antisipasi. ”Tapi makin kami diam, pabrik makin cuek. Terus saja buang limbahnya ke sungai. Ini sudah sangat memprihatinkan,” sambungnya.

Merespons reaksi warga, Muspika Cigudeg rapat mendadak pada Kamis (30/11) lalu dan memanggil pihak PTPN VIII. Dalam rapat itu, disepakati niat pabrik melakukan perbaikan dan membuat bak limbah. Serta menghentikan sementara proses produksi, seperti pengolahan CPO.

”Kami pikir hasil rapat itu bukan solusi terbaik. Terkesan mereka kebakaran jenggot. Padahal limbah itu sudah dibuang tiga tahun lebih ke sungai itu. Solusi terbaik, pabriknya ditutup, pihak perkebunan minta maaf ke warga yang sungainya dikotori limbah serta memberikan ganti rugi,’’ tukas Dede menanggapi rapat tersebut.

Sebelumnya, PTPN VIII Cikasungka melalui bagian umum, Alif Firmansyah mengatakan, pencemaran disebabkan karena limpahan air hujan yang meningkat memenuhi bak kolam penampung limbah. ”Hal itu mengakibatkan meluapnya limbah organik cair (bukan B3) dan mengalir ke Sungai Cidurian,” ujarnya.

Firmansyah bahkan mengklaim, limbah cair tersebut tidak berbahaya karena merupakan limbah organik. Meski demikian, dia mengakui limbah membuat warga terganggu. Pihak PTPN VIII Cikasungka yang dipanggil camat Cigudeg juga sepakat akan menutup pabrik untuk sementara waktu.(aan/all)