25 radar bogor

Doa Keselamatan untuk Korban Gunung Agung

KOMPAK: Umat Hindu di Bogor mendoakan keselamatan bagi saudara sesamanya yang terdampak Gunung Agung, kemarin.
KOMPAK: Umat Hindu di Bogor mendoakan keselamatan bagi saudara sesamanya yang terdampak Gunung Agung, kemarin.
BOGOR–Umat Hindu bersembahyang serta doa bersama di Pura Giri Kusuma Kota Bogor, untuk para korban Gunung Agung di Bali, kemarin (3/12).
Kegiatan tersebut digelar karena aktivitas Gunung Agung yang makin meningkat dan banyak masyarakat terdampak yang mengungsi. Humas Banjar Hindu Kota Bogor, Niluh Puspasari menjelaskan, doa bersama ini sebagai bentuk empati terhadap sesama yang sedang menghadapi ujian.
“Kami mengartikan ujian ini sebagai cara Tuhan mengingatkan kepada kita semua bahwa Tuhan adalah yang maha sempurna, maha agung, sehingga kita harus terus mengingat-Nya dan melakukan perbuatan sesuai jalan Dharma, jalan kebenaran. Kami juga mendoakan supaya warga Bali yang terkena bencana diberikan ketenangan dan keselamatan,” tuturnya.
Doa bersama dimulai pukul 17.00 hingga 20.00, dipimpin Pemangku Dewa Suarsa dan Pemangku Wayan Gelgel. Doa bersama ini, kata dia, dilakukan bersamaan dengan saat jatuhnya purnama (bulan penuh), dan seperti biasanya umat Hindu di mana pun berada akan melakukan persembahyangan di pura.
Sementara itu, guna meng­amankan jalur evakuasi di perbatasan Kecamatan Selat dan Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem, Minggu (3/12) Dinas PUPR Bali mengeruk material letusan Gunung Agung dari Sungai Yeh Sah.
Instansi tersebut mengambil langkah cepat lantaran harus berkejaran dengan lahar hujan atau biasa disebut lahar dingin. Mengingat beberapa hari bela­kangan lahar dingin men­dominasi aliran sungai tersebut.
Koordinator Wilayah Pembantu Karangasem–Bali Dinas PUPUR Bali I Nyoman Winaya menjelaskan, Jembatan Tukad Yeh Sah yang menghubungkan Kecamatan Selat dan Kecamatan Rendang sangat penting. ”Itu kan akses masyarakat. Jalur provinsi, jalur evakuasi,” terang dia ketika diwawancarai kemarin. Untuk itu, pemerintah wajib memastikan jembatan tersebut tetap kokoh berdiri meski tiang penyangganya tidak henti diterjang lahar dingin.
Sesuai keterangan PVMBG, material letusan yang turut terseret lahar dingin dapat merusak kontruksi jembatan. Menurut pria yang akrab dipanggil Winaya itu, keterangan tersebut sudah terbukti. ”Baru batu-batu yang kecil saja keluar. Sudah kelihatan besi (tiang penyangga) jembatan itu,” terang dia. Padahal, sebelumnya jembatan sepanjang seratus meter itu tidak pernah bermasalah. ”Makanya, kami amankan biar nggak terlalu parah,” imbuhnya.
Agar proses pengerukan material letusan lebih cepat, Dinas PUPR Bali mengerahkan dua ekskavator sekaligus. Sejak pagi sampai sore kemarin, salah satu alat berat itu tidak henti bekerja. ”Kemarin belum sempat. Baru bersihin pinggirnya saja udah keburu datang laharnya,” ungkap Winaya. Lantaran kemarin hujan deras tidak mengguyur, aliran lahar dingin tidak terlampau deras. Kesempatan itu mereka pakai untuk menyelesaikan pekerjaan yang sempat tertunda.
Demi menjaga tiang penyangga Jembatan Sungai Yeh Sah dari terjangan lahar dingin berikutnya, Dinas PUPR Bali akan membuat sodetan. Tujuannya tidak lain untuk mengatur alur aliran lahar dingin tersebut. ”Biar alurnya betul-betul di tengah,” kata Winaya. ”Intinya biar aman kaki-kaki jembatan itu, biar nggak ambrol,” tambahnya. Selain membangun sodetan, untuk mengantisipasi kemungkinan buruk setiap tiang penyangga jembatan juga dipasangi ban bekas.
Menurut Kepala Bidang Mitigasi Gunung Api PVMBG I Gede Suantika, keputusan mengeruk material letusan dari Sungai Yeh Sah sudah tepat. Demikian pula rencana Dinas PUPR Bali membangun sodetan. Sebab, jika terus-menerus dihantam lahar dingin bukan tidak mungkin jembatan yang membentang di atas sungai tersebut ambruk. ”Sepuluh kali lagi saja dihajar bebatuannya, bisa rusak,” ucap dia kepada Jawa Pos (Grup Radar Bogor).
Berdasar pantauan di lapangan, pasir yang terbawa arus lahar dingin sudah memangkas kedalaman Sungai Yeh Sah. Tinggi timbunan pasir bisa mencapai dua meter dari dasar sungai tersebut. Bukan hanya pasir, dahan kayu serta material letusan lain seperti batu-batu dengan ukuran cukup besar juga ikut terseret lahar dingin. Tapi, batu-batu itu bukan material letusan baru. ”Itu bebatuan lama,” kata pria yang biasa dipanggil Suantika tersebut.
Berkaitan dengan aktivitas Gunung Agung, sampai pukul 18.00 WITA masih terekam sejumlah gempa vulkanik. Petugas Pos Pengamatan Gunung Api Agung juga mengidentifikasi tremor menerus dari seismogram.
Kasubbid Mitigasi Gunung Api Wilayah Timur PVMBG Devy Kamil Syahbana menyampaikan bahwa tremor menerus yang terjadi mengindikasikan magma masih terus bergerak di dalam tubuh gunung tertinggi di Bali itu. ”Pusat tekanan masih tetap direservoir magma,” ujarnya.(syn/)