25 radar bogor

Menikmati Fasilitas Sauna di Tempat Pembuangan Akhir Sampah

BYE-BYE BAU: Para pegawai TPA Manggar, Balikpapan, bersantai di ruang sauna (29/11).
BYE-BYE BAU: Para pegawai TPA Manggar, Balikpapan, bersantai di ruang sauna (29/11).

Sauna di TPA Manggar, Balikpapan, memanfaatkan gas metana yang diolah dari sampah. Lebih mirip jujukan wisata ketimbang tempat pembuangan akhir karena dilengkapi pula dengan taman, galeri, arena outbound, dan taman bacaan.

ULIL MU’AWANAH, Balikpapan

Ruangan itu bak oase bagi mereka yang bekerja di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Manggar, Balikpapan. Setelah seharian bertempur dengan sampah, menjelang pulang kerja, ke sanalah mereka melarikan diri.

Menyegarkan badan, menghi­lang­kan bau, sehingga sesampai di rumah bakal membuat istri, dalam istilah Kepala UPTD (Unit Pelaksana Teknis Dinas) TPA Manggar Tonny Hartono, ”kian nempel”.

”Karena dulu dia (sang istri, red) kerap tutup hidung dan menyuruh saya mandi bila sampai rumah karena bau, hehehe,” ujarnya kepada Kaltim Post (Jawa Pos Group).

Ruangan yang dimaksud adalah sauna. Sauna dan sampah. Terlihat paradoksal memang. Tapi, di TPA Manggar yang menampung sampah dari kota yang jumlah penduduknya mencapai 22 persen dari keseluruhan populasi di Kaltim itu, keduanya bisa berpadu padan.

Sudah sejak Juli tahun lalu fasilitas yang tampak kontras dengan tempatnya berada itu dibuka. Siapa saja boleh mengaksesnya, bukan hanya mereka yang bekerja di TPA Manggar. Meski sejauh ini mayoritas yang memanfaat­kannya tiap hari memang para pekerja setempat.

Tidak ada pungutan biaya. Tapi, pengunjung maupun warga yang ingin menggunakan ruang sauna harus membawa sendiri rempah-rempah untuk bahan aroma. Pegawai TPA Manggar biasanya mengguna­kan kunyit, kencur, jahe, atau pandan sebagai bahan aroma. Kadang ada pula yang mengguna­kan mawar. Semua tanaman itu ditanam di kompleks TPA.

Rempah-rempah tersebut bakal direbus dalam dandang dengan menggunakan gas metana hasil pengolahan sampah TPA. Kaltim Post yang ikut menjajal bersauna di sana sama sekali tak merasakan bau dari gas itu. ”Dengan inovasi terus-menerus, termasuk keberadaan ruang sauna, akan dijadikan percontohan untuk TPA lain bahwa gas metana tersebut juga bisa digunakan untuk sauna,” sebutnya.

Tonny mengklaim, sauna memanfaatkan gas metana hasil olahan sampah di TPA Manggar merupakan satu-satunya di Indonesia. Survei sejenak melalui Google tadi malam (1/12) memang membenarkan klaim itu.

Ruang sauna tersebut berukuran 4 x 4 meter. Tinggi antara lantai ke plafon mencapai 3 meter. Sebelum ditutup plafon, dulunya digunakan plastik untuk membungkus area sehingga uap tidak keluar.

Bangunan itu bisa ditemukan di belakang galeri produk kerajinan. Dikelilingi taman yang menambah suasana segar setelah melakukan sauna. ”Kapasitas ruangan bisa mencapai 20 orang, tapi normalnya digunakan 10–12 orang. Biar tidak berimpitan saat duduk,” tutur Tonny.

Awalnya sauna tersebut diperuntukkan buat pegawai sebagai ruang sterilisasi. Terutama mereka yang bekerja di area kompos. Namun, banyak staf kantor yang kemudian memanfaatkannya. Termasuk Tonny.

Hampir saban hari. ”Saya jadi percaya diri ketika pulang dan bertemu istri setelah bersauna, hehehe,” katanya.

Keberadaan sauna itu kian menguatkan kesan bahwa TPA Manggar lebih mirip jujukan wisata. Betapa tidak, selain sauna, di tempat yang terletak di sisi timur Balikpapan tersebut, juga bisa ditemukan taman hijau, gazebo, galeri, area pembibitan, hingga arena outbound.

Arena outbound itu dilengkapi ayunan, jungkat-jungkit, jembatan gantung, flying fox, dan ATV (all-terrain vehicle). Terdapat pula bus wisata yang dimodifikasi berbahan dasar sampah. Juga motor cross. Pengelola juga menyiapkan area taman bacaan lengkap dengan ratusan koleksi buku bertema lingkungan hidup.

Pengunjung juga bisa melihat langsung proses pengolahan sampah. Mulai pemilahan sampah organik dan anorganik; pelaksanaan program 3R (reduce, reuse, recycle); proses pengolahan sampah menjadi gas metana; sampai penggunaan sampah sebagai tenaga pembangkit listrik.

”Setiap tahun ataupun bulannya pasti ada pengunjung, baik dari dalam maupun luar daerah. Mereka bisa masuk tanpa membayar tiket,” kata Tonny.

TPA Manggar dibangun pada 1997 dan rampung pada 1998. Dana pembangunannya berasal dari dana program pembangunan perkotaan wilayah Kalimantan. Fasilitas milik Pemerintah Kota Balikpapan itu berdiri di atas lahan seluas 27,1 hektare. TPA Manggar resmi beroperasi pada 13 Januari 2002 dan hingga kini terus bersolek.

Mengutip Balikpapan Pos (Jawa Pos Group), baru berada di pintu masuk saja, tanaman rimbun yang berjejer langsung menyambut. Melewati pos penjagaan, dekat jembatan timbang armada sampah DKPP, juga tampak asri dengan adanya taman. Bergeser mendekati zona sampah, terdapat ruang terbuka hijau yang dimanfaatkan untuk kantin.

Di sana segala makanan dimasak atau dihangatkan dengan menggunakan api dari bahan bakar gas metana. Gas tersebut didistribusikan melalui pipa dengan ukuran 1 inci. Bukan hanya untuk kebutuhan TPA, tapi juga untuk warga yang berdomisili di sekitarnya.

Tonny memastikan bahwa inovasi tak akan berhenti di sini. ”Kita berharap mindset masyarakat bisa berubah. TPA kini bukan sekadar tempat pembuangan sampah, tapi juga tempat rekreasi yang menyenangkan,” tuturnya.

Salah satunya dengan menjajal sauna yang tersedia. Menyehat­kan dan bisa bikin istri kian nempel. Gratis lagi. Tinggal bawa rempah-rempah saja. (*/riz/K15/JPG/c9/ttg)