CISARUA–Inayat Qudsy adalah salah seorang penggemar kopi. Kecintaannya terhadap kopi pun mendorong keinginannya membuka Rumah Seduh di bilangan Bogor Baru, Kota Bogor. Namun bukan kedainya yang ingin diceritakan, melainkan perburuannya mencari kopi.
Usy -sapaan karibnya- mengaku sengaja datang ke Cisarua hanya untuk mendapatkan kopi Cibulao. Ia bahkan berniat menambahkan kopi lokal ini dalam daftar menu di kedai kopinya.
“Rasanya lebih segar dan bisa bersaing dengan kopi produk luar negeri,” ujarnya kepada Radar Bogor.
Untuk menikmati secangkir robusta Cibulao, butuh perjuangan luar biasa. Usy dan beberapa rekannya bahkan sempat kesulitan saat menempuh medan terjal demi biji kopi yang banyak dibudidayakan di daerah perbukitan ini.
Sesampainya di atas bukit, ia menuju saung kecil. Di lokasi inilah para petani memilah biji kopi atau sekadar melepas lelah sambil menikmati segelas kopi.
“Kopi itu jangan diaduk, tetapi digoyang (gelas) biar menjaga rasanya,” kata Ketua Himpunan Petani Kopi Cibulao (HPKC), Jumono.
Ia juga menjelaskan, menjadi petani kopi sejak 2009 lalu, adalah bentuk kepeduliannya terhadap kelestarian hutan.
“Di sini sudah ada 15 hektare lahan kopi arabika dan robusta. Sebentar lagi memasuki masa panen. Untuk satu pohon bisa menghasilkan 7-10 kilogram biji kopi,” bebernya.(don/c)