25 radar bogor

Tepat Menangani Cedera Leher, Kretek-Kretek Bisa Bahaya

AKIBATKAN NYERI: Cedera pada leher umumnya disebabkan gerakan leher yang keras, mendadak, serta ekstrem.

CEDERA leher sering kali terabaikan. Padahal, menurut dr Ananda Haris SpBS, cedera leher bisa berakibat banyak hal. Mulai nyeri, rasa kesemutan, sampai lumpuh. Hal tersebut tidak lepas dari struktur leher. ’’Leher itu kompleks dan komplet. Di dalamnya ada otot, jaringan lunak, dan saraf medula spinalis (sumsum tulang belakang),’’ paparnya.

Menurut spesialis bedah saraf RS Husada Utama tersebut, tidak semua cedera leher punya gejala sama. Bergantung bagian mana yang terkena dan tingkat keparahannya. Ananda menyebut bahwa gejala antara trauma atau cedera kepala itu berbeda. ’’Kalau kepala, biasanya ada penurunan kesadaran dan disertai muntah hebat. Kalau cedera leher saja, tidak ada gejala seperti itu,’’ jelasnya.

Ananda menjelaskan, bagian tulang belakang di leher berfungsi mengatur motorik kasar. Jadi, jika mengalami cedera hingga mengenai bagian tersebut, pasien dipastikan sulit menggerakkan tangan dan kaki. ’’Biasanya, hal itu terjadi karena benturan keras waktu jatuh dari ketinggian atau mengalami tabrakan,’’ ujarnya.
Meski begitu, dokter yang tergabung di Surabaya Neuroscience Institute (SNeI) tersebut menuturkan bahwa cedera leher tidak melulu disebabkan kecelakaan kendaraan. ’’Prinsipnya, gerakan leher yang keras dan mendadak berisiko menimbulkan cedera,’’ kata Ananda.

Hal itu juga ditegaskan dr Primadenny Ariesa Airlangga MSi SpOT (K). Spesialis ortopedi RKZ Surabaya tersebut mengungkapkan, pada kasus kecelakaan, leher korban umumnya mengalami gerakan ekstrem. Bisa melengkung ke depan maupun belakang.

Secara medis, hal itu disebut whiplash injury. Jika tingkat benturannya parah, korban sangat mungkin berisiko sulit bergerak. ’’Mereka masih sadar, tapi kaki dan tangannya sulit digerakkan atau lumpuh,’’ terangnya.

Denny, sapaan Primadenny, menambahkan bahwa kesulitan gerak itu kadang disertai gejala lain. Misalnya, sensasi kesemutan pada tangan atau kaki serta genggaman tangan yang lemah. Dia menegaskan, ketika kecelakaan terjadi, pasien harus mendapat penanganan medis secepatnya. ’’Mutlak panggil bantuan medis atau ambulans,’’ tegasnya.

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah pengangkutan korban. Sering kali korban kecelakaan diangkat tanpa tata cara yang benar. Diusung bagian tangan dan kaki serta dilakukan tanpa tandu yang memadai. ’’Sebaiknya korban diangkat, tidak diusung. Tujuan nya, posisi tubuh stabil dan tidak memperparah kondisi leher,’’ tutur Denny.

Dia menjelaskan, dalam kondisi cedera leher, korban juga sering mengalami sesak napas. Sebab, jalur pernapasan terganggu oleh cedera, terlebih jika muncul patah. Sayangnya, hal itu kurang dipahami masyarakat. Ketika terjadi kecelakaan, penabrak maupun yang ditabrak justru diminta duduk dan minum. ’’Meski kelihatannya membantu, minuman atau makanan justru bisa berdampak fatal karena dapat menutup jalur napas,’’ jelas Denny.

Lebih parah, makanan atau minuman tersebut bisa ’’salah masuk’’ ke paru-paru, bukannya tenggorokan. Akibatnya, korban justru makin merasa sesak.

’’Cedera atau trauma leher memang tidak menimbulkan kematian mendadak (sudden death). Yang terpenting, korban ditangani dengan tepat dan cepat,’’ tegas Denny.(fam/c14/ayi)