25 radar bogor

1.021 Warga Bogor Sakit Jiwa

 

BOGOR–Masalah gangguan jiwa kini semakin mudah ditemui di Kota Bogor. Hingga bulanb ini mencatat ada 1.021 warga yang mengalami gangguan kejiwaan berat.Penyebabnya pun tak hanya karena depresi, putus cinta atau pun masalah ekonomi. Dinkes menemukan beberapa pasien gangguan jiwa karena faktor genetik.

Seksi P2PTM, Kesjiwa dan Kes-Olahraga pada Dinkes Kota Bogor, drg Firy Triyanti menuturkan, 1.021 orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) tersebut merupakan hasil laporan di setiap wilayah kerja puskesmas kota bogor tahun ini.”prediksi memang bakalan meningkat tiap tahun, apalagi di tahun 2020,”jelasnya kepada radar bogor.

Berbicara penyebab ganguan jiwa, menurut dia, sangat kompleks. Namun, faktor genetik cukup berperan. Di samping adanya pencetus berupa gangguan kejiwaan, seperti depresi, kecemasan yang berlebihan, halusinasi dan lainnya.

Dari data yang diamiliki,penyakit gila paling banyak ditemukan di daerah Sindangbarang dengan jumlah temuan sebanyak 184 orang. Selanjutnya di Bondongan sebanyak54orang,dandiMerdeka sebanyak 50 orang. Sayangnya, dari data yang terkumpul, tidak ada klasifikasi umur ” yang pasti itu, umur 15 tahun keatas, rata-rata,”tambah firy.

Dari jumlah tersebut, firi mengatakan semua pasien sudah dirujuk ke Rumah Sakit Marzuki Mahdi dengan status rawat jalan atau rawat inap paling lama 40 hari. Setelah itu pengobatan bisa dilakukan di puskesmas. “Kebanyakan, biasanya pasien baru dirujuk langsung ke RS Marzuki Mahdi, baru pengobatannya bisa ke puskesmas,” ucapnya.

Apalagi, lanjut Firy, orang dengan gangguan jiwa tersebut hampir semua agresif yang menimbulkan keresahan sosial. Makanya, langsung dilakukan evakuasi di RS Marzuki Mahdi dengan koordinasi puskesmas, camat atau lurah setempat.

“tapi, ya hanya bisa di rawat 40 hari, selebihnya mereka harus kembali ke (dinas) sosial didampingi oleh puskesmas,” ucap Firy.

Untuk mengantisipasi kenaikan jumlah orang gila, puskesmas terus melaksanakan deteksi aktif pencarian ODGJ secara rutin sekaligus menangani adanya kasus orang gila yang dipasung. Dinkes pun bekerja sama dengan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia (FIK-UI) Pascasarjana dalam praktik kerja lapang di puskesmas sejak 2006 sampai sekarang. Sehingga di puskesmas tersedia layanan kesehatan jiwa maupun pendampingan pasien jiwa.

“Dinkes juga menjalin kerja sama dengan RS Marzuki Mahdi dalam pembentukan Assertive community treatment (ACT) di 12 puskesmas, yaitu Tanahsareal, Bogor utara, Cipaku, Kayu Manis, Pondok Rumput, Sindangbarang, Gang Kelor,Pancasan, Merdeka, Bogor Selatan, Bogor Timur, dan Pulo Armin,” ungkapnya.

Dengan program pelayanan kesehatan jiwa tim multidisiplin, pihaknya memberikan pelayanan yang komprehensif dan fleksibel serta dukungan dan pelayananrehabilitasi untuk individu dengan gangguan jiwa berat. Seperti keterampilan hidup, living skill, learning skill, social skill, dan vocational skill atau pelatihan pembuatan keterampilan. “Kami juga bekerja sama dengan litbangkes dalam hal validasi terhadap pedoman kesehatan jiwa bagi layanan kesehatan tingkat pertama,” tukasnya.(ran/c)