logo-radar-bogor

Tradisi Percintaan dan Pernikahan Suku Sasak di Dusun Sade, Lombok Tengah

SANTAI: Talim bersama salah satu penduduk dusun yang tengah menenun FOTO SEKARING RATRI/JAWA POS

Mayoritas suku Sasak masih menjalani tradisi kawin culik hingga sekarang. Di Dusun Sade seluruh penduduk melakukan kawin culik sesuai adat istiadat yang berlaku. Untuk menjaga keaslian garis keturunan serta menghemat biaya pernikahan, mereka memilih menikah dengan sepupu sendiri.

SEKARING RATRI A., Lombok

DUSUN Sade berlokasi di Kabupaten Lombok Tengah. Di dusun itu, adat suku Sasak masih dipegang teguh. Mulai tempat tinggal, upacara adat, gaya berpakaian, hingga tradisi pernikahan. Lokasi Dusun Sade juga strategis. Dari Bandara Internasional Lombok, hanya dibutuhkan waktu berkendara sekitar 20 menit. Tidak heran, hampir setiap hari dusun itu tidak pernah sepi pengunjung.

Dusun dengan lahan seluas 5,5 hektare tersebut juga sudah dikelola secara propesional. Mayoritas laki-laki di dusun itu adalah petani yang nyambi sebagai guide atau pemandu wisata. Mereka cukup mahir dan fasih dalam memandu setiap pengunjung dari dalam maupun luar negeri. Setiap pengunjung yang datang, baik secara individu maupun kelompok, mendapat seorang pemandu. Mereka juga tidak dipatok biaya khusus untuk tiket masuk maupun tip bagi guide.

Semuanya serba seikhlasnya. Karena itu, begitu memasuki kawasan dusun tersebut, pengunjung akan digiring untuk mengisi buku tamu sekaligus bale kotak amal. Setelah itu, pengunjung diajak duduk sejenak di bale-bale yang beratap alang-alang.

Talim,guide yangjugapenduduk asli Dusun Sade, menyebutkan, berdasar cerita leluhur, dusunnya ada sejak 1079 Masehi. Nama Sade berasal dari bahasa Sanskerta yang berarti obat. Di dusun itu terdapat 150 rumah dengan jumlah penghuni sekitar 730 orang. Yang menarik, penduduknyabisadibilang masih saturumpun atau satu keturunan. ”Sebab, seluruh warga dusun selalumenikah dengan sepupu sendiri,” papar dia.

Menurut Talim, tradisi menikah antarmisan bertujuan mempertahankan tali kekerabatan. Di samping alasan kekerabatan, ada penyebab lain yang membuat warga Sade, terutama kaum laki-laki, enggan meminang gadis dari luar dusunnya. Yakni mahalnya mahar yang harus dibayarkan bagi gadis dari luar dusun.

Sesuai dengan tradisi,jikaberniat meminanggadis dari luar dusun, mereka harus membayarmahar seharga satu atau dua kerbau. ”Satukerbau ituharganya sekitar Rp 20 juta. Kalau dia minta dua kerbau, jadi Rp 40juta. Itubelum biayauntuk acarapernikahannya. Jadi,jodoh kamiseringterhalang faktorekonomi,”tuturTalim,lantas terbahak.

Sedangkan jika menikahi sepupu sendiri, lanjutbapak satu putriitu, mahar cukup terjangkau. Maksimal Rp 2,5 juta. Kalau melebihi angka tersebut, si perempuan akan dikeluarkan dariadat. Kelebihanlain,besaran mahar tersebut bisa ditawar sampai kedua pihak sepakat.

Cara meminangnya pun harus sesuai dengan adat istiadat yang berlaku. Dalam adat suku Sasak, proses pernikahan harus didahului dengan tradisi kawin culik. Hingga saat ini, mayoritas suku Sasak masih menjalani tradisi itu. Bedanya, prosesi kawin culik di Dusun Sade masih sangat otentik alias tanpa pacaran. ”Karena kami dilarang ketemu dengan orang yang disukai, kecuali di rumahnya dengan didampingi kedua orang tuanya,” ungkapnya.

Namun, Talim mengakui, seiring berkembangnya zaman, laki-laki maupun perempuan yang tengahkasmaran di dusun tersebut sudah makin lihai. Mereka berupaya menyiasati larangan bertemu itu dengan berbagai cara. Salah satunya, memintaizin keluar untukwudu dengan didampingi saudara kandung. ”Di sinikan kalau mau wudu harus pergi keluar rumah.

Biasanya, kami sudah janjian dengan gadis yang kami suka atau pacar untuk ketemuan di tempat tertentu. Lokasi favorit muda mudi di sini adalahdekat pohon cinta,” ujar Talim sambil menunjukkan lokasi tersebut. Letaknya disebuah lorong sempit. Pohon yangdimaksud ternyata tak berdaun, hanya ada dahan kayu yang sudah gundul.

Selain itu, tidak ada budaya meminang atau melamar. Jika menyukai seorang perempuan dan berniat menikahinya, sipria harus menculik perempuan tersebut. Biasanya, durasi penculikan bisa sampai tiga hari dua malam. Penculikan itu harus dilakukan secara sembunyi-sembunyi alias tanpa sepengetahuan orang tua si gadis.

Jika ketahuan, si perempuan biasanya akan kembali diambil orang tuanya. Pernikahan pun tidak akan terjadi. Agar prosesi penculikan berhasil, menurut Talim, si pria dibantu teman-temannya.

Talim juga beberapa kali membantu teman-temannya untuk melakukan penculikan. Setelah diculik, si perempuan diinapkan di rumah si pria. Meski telah diculik, si pria sama sekali tidak boleh menyentuh si perempuan. ”Dia juga tidur dengan orang tua si pria,” tutur Talim.

Tahap selanjutnya, menurut Talim, pihakpria mengutus dua orang yangdisebutnyelabar atau rebak pepucuk. Utusan tersebut bertugasmenyampaikan kabar kepada orang tua pihak perempuan bahwaanak gadisnya telah resmi diculik pihak pria. Penyampaiankabar oleh utusan itu paling lambat tiga hari setelah si perempuan diculik.

”Ini untuk memberi tahu ke orang tuanya bahwa anaknya yang beberapa hari tidak pulang ke rumah itu bukan karena nyebur ke laut atau jatuh ke sumur, melainkan diculik. Kalau sudah ngomong seperti itu, orang tuanya sudah paham bahwa anaknya harus segera dinikahkan,” jelasnya.

Hari berikutnya, dua utusan tersebut kembali datangkerumah siperempuan untuk membicarakan wali yang akan ditunjuk guna menikahkanpasangan tersebut. Wali dari luar pihak keluarga dibutuhkan karena sebelumacara pernikahan, kedua pihak, baik orang tua si perempuanmaupun laki-laki,tidakdiperbolehkanuntuk bertemu.

Tahapan terakhir adalah acara puncak, yakni prosesi pernikahan ala suku Sasak yang disebut sorong serah aji krama. Dalam upacara itu, rombongan keluarga besar dari pihak laki-laki mendatangi keluarga si perempuan dengan membawa gegawan atau semacam seserahan.

Acara pernikahan tersebut akan langsung diikuti acara budaya nyongkolan atau iring- iringan pengantin dari rumah mempelai pria ke rumah mempelai perempuan. Acara arak-arakan pengantin itu biasanya diramaikan dengan musik gamelan, rebana, atau gendang beleq.

Tradisi percintaan muda mudi di Dusun Sade juga unik. Setiap perempuan muda boleh memiliki kekasih lebih dari satu. Makin banyak kekasih, si perempuan makin populer.

Cara para laki-lakimenunjukkan rasa cintajuga cukupunik. Mereka biasanya akan mengunjungi kediaman si perempuan. Saat menerima tamu, siperempuan ditemani kedua orang tuanya. Bahkan, tidak jarang,datang tiga sampai lima pria sekaligus. Namun, tidak semua orang tua lantas setuju ketika anaknya diculik.

Talim menceritakan bahwa dirinya sudah terbiasa menerima amukan orang tua perempuan yang diculik ketika membantu prosesi penculikan. Biasanya, mereka mengamuk jika putrinya diculik di usia yang masih sangat muda.

Misalnya yang dilakukan Wire Darje. Pemuda 24tahuntersebut menculik kekasihnya ketika si gadis belum lulusSD. Wire masih mengenyampendidikan sekolah menengah atas ketika memutuskan untuk melakukan penculikan tersebut. ”Keluarganya ngamuk waktu tahu saya menculik anaknya. Saya juga didenda satu juta (rupiah) oleh sekolah gara-gara belum lulusdan menculik,” ujar Wire dengan polos.(jp)