25 radar bogor

Kopi Tanjungsari Ungguli Robusta Lampung

POTENSIAL DIKEMBANGKAN: Inilah jenis kopi Lendong yang sedang dikembangkan di Desa Tanjungsari. Keunggulannya tak kalah dibanding kopi terkenal lainnya.meldrik/radarbogor
POTENSIAL DIKEMBANGKAN: Inilah jenis kopi Lendong yang sedang dikembangkan di Desa Tanjungsari. Keunggulannya tak kalah dibanding kopi terkenal lainnya.meldrik/radarbogor

BOGOR–Pembangunan infra­struktur dan pemasaran produk kopi Lendong Tanjungsari, menjadi harapan besar para petani kopi robusta Tanjungsari. Betapa tidak, kopi Lampung yang terkenal dengan robustanya, ternyata tak melebihi Bogor dalam penilaian rasa.

Kepada Radar Bogor, Kepala Desa Tanjungsari Didi Rosidi menerangkan, dalam acara kontes kopi nasional, kopi robusta Lendong Tanjungsari dapat menandingi kopi Lam­pung. Skor nilai dari beberapa juri profesional itu menandakan produk petani kopi Tanjungsari patut mendapat perhatian lebih dari pemerintah. “Siapa yang tidak kenal kopi Lampung, nyatanya, penilaian rasa kopi kita bisa menang dan menga­lahkan kopi Lampung. Jadi, wajar kami minta diperhatikan,” katanya.

Menurut dia, untuk me­maksimalkan produk kopinya, para petani membutuhkan infrastruktur dan pemasaran. “Kalau jalan menuju gunung diperbarui, para petani semakin mudah melakukan tanam. Terlebih lagi, jika pascaproduksi pemerintah membantu dalam pemasarannya,” ungkapnya.

Hal itu dibenarkan oleh UPT Pertanian, Tatang Mulyadi. Menurutnya, kopi Lendong pernah mendapat skor me­muaskan dalam Kontes Kopi Spesialti Indonesia ke-9 2017 di Grand Sahid Hotel, Oktober lalu. “Skor kita lebih tinggi dari Lampung Barat dan Lampung Timur,” tukasnya.

Ia menerangkan, skor kopi Lampung di angka 83,38 dan skor Lampung Timur mencapai angka 84,31. “Meskipun kopi kita masih kalah oleh kopi Tumanggung dan kopi Sumba, tapi kita mengungguli angka kopi Lampung,” ujarnya. Karenanya, Tatang melihat perkembangan kopi Lendong Tanjungsari berpotensi semakin baik.

Dengan ditunjang pemasaran dan faktor pendukung lainnya. “Yang kami upayakan saat ini. Para petani mendapatkan kepastian harga pasar. Sehingga produksi akan diimbangi dengan penjualan yang adil,” tuturnya.

Ketentuan harga yang sesuai dengan pasar, menurutnya, dapat menguntungkan petani. Lantaran, hingga saat ini para petani mendapatkan harga yang sangat minim. “Yang kami tahu harganya Rp22 ribu per kilo. Ternyata sangat memungkinkan harga lebih tinggi jika disesuaikan dengan harga pasar,” tuturnya.

Karena itu, UPT dan petani kini menjalin kerja sama dengan Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI) untuk menyetarakan kualitas kopi Lendong dengan harga yang berlaku. “Setelah kami berkomunikasi dengan AEKI. Ternyata sangat mungkin harga kopi kita tembus ke nilai Rp50 ribu per kilo. Seperti harga pasaran di Jakarta,” tuturnya.(azi/c)