25 radar bogor

Menikmati Perjalanan Bus Premium yang Lebih Cepat satu jam

 

(FOTO ATAS): Hari pertama uji coba bus Transjabodetabek Bogor-Jakarta sepi penumpang. (FOTO BAWAH) DI tengah kemacetan ibukota, bus premium dari Jakarta menuju Bogor mendapat pengawalan.nelvi/ radar bogor

Bus Transjabodetabek Premium Bogor–Jakarta resmi diuji coba pertama kalinya kemarin (31/10). Selama uji coba yang akan berlangsung hingga 10 November mendatang, keberangkatan bus Transjabodetabek Premium dari pool Damri Botani Square menuju Plaza Senayan dimulai pukul 05.00. Sedangkan kepulangan dari Plaza Senayan, terakhir pukul 17.00.

Radar Bogor pun ikut menikmati perjalanan bus premium.

Meski fasilitas yang ditawarkan cukup menggiurkan, semisalnya dilengkapi jaringan wifi, colokan listrik, kursi penumpang yang cukup nyaman, pun dikawal voorijder, nyatanya tak membuat bus premium ini ramai peminat.

Pantauan Radar Bogor pada hari pertama keberangkan menuju Plaza Senayan, bus pertama hanya ditumpangi dua orang. Begitu pula di keberangkatan bus kedua. Sedangkan keberangkatan ketiga sedikit lebih baik dengan empat penumpang.

Tak jauh berbeda saat kepulangan dari Plaza Senayan menuju pool Damri Botani Square. Di keberangkatan pertama, bus yang memiliki kapasitas 44 penumpang tersebut hanya diisi empat penumpang, lalu lima di bus kedua, dan empat di bus ketiga. Berapa pun penumpang yang ada, bus yang digadang-gadang mampu mengurangi pengguna kendaraan pribadi masuk ke Jakarta ini tetap berangkat.

Radar Bogor ikut menjajal bus dengan perjalanan pukul 06.00. Keluar dari pool Damri pukul 06.06 menuju Plaza Senayan, bus yang akan memasuki gerbang tol (GT) Jagorawi, masih melaju normal. Kemacetan mulai terlihat saat bus memasuki wilayah Gunung Putri, bahkan hingga memasuki Pasar Rebo. Berhasil menembus kemacetan di waktu sibuk, tak lama berselang, bus kembali dihadang kemacetan saat memasuki tol dalam kota. Mulai GT Cililitan hingga keluar GT Semanggi.

Lalu lintas pun terpantau macet, dan kadang padat merayap. Setelah itu, bus menyusuri Jalan Gatot Subroto, Jalan Jenderal Sudirman, U-Turn, Jalan Jendral Sudirman, Jalan Pintu Gelora 1, Jalan Asia Afrika, dan berhenti di Jalan Akses Sentral Senayan sebagai titik akhir, tepat pukul 08.00 WIB.

Pada jam pulang, Radar Bogor kembali melakukan pantauan selama kepulangan dari Plaza Senayan menuju pool Damri Botani Square. Di keberangkatan terakhir, tepat pukul 17.00, hanya diisi empat penumpang. Bus melaju perlahan menembus kemacetan Jalan Asia Afrika, voorijder yang bertugas mengawal tak mampu berbuat banyak.

Saat itu kondisi jalanan memang penuh sesak. Bus masih melaju perlahan hingga masuk ke GT Semanggi. Di beberapa kesempatan, kendaraan pribadi bahkan berkali-kali menghalangi jalannya Bus Transjabodetabek. Selama perjalanan di dalam tol, keberadaan voorijder sedikit banyak membantu lajunya bus dan berakhir di Botani Square, tepat pukul 18.50 WIB.

Bagi Wali Kota Bima Arya Sugiarto, bus premium ini bisa menjadi alternatif warga Bogor yang bekerja di Jakarta, sehingga tidak perlu menggunakan kendaraan pribadi maupun berdesak-desakan untuk menumpang KRL Commuter Line.

“Transjabodetabek Premium ini bus khusus yang melayani warga Bogor untuk bekerja di Jakarta. Jalurnya sendiri melewati lajur khusus di Jalan Tol Jagorawi. Ini masih uji coba hingga 10 November,” kata Bima.

Menurutnya, waktu tempuh juga akan lebih singkat dibanding menggunakan kendaraan pribadi. Sebab, bus ini melintasi lajur khusus dan dikawal voorijder, meski konsekuensinya, harga sekali perjalanan cukup menguras dompet, yakni Rp35 ribu. Dibanding tarif bus reguler Rp18 ribu dan KRL Commuter Line Stasiun Bogor-Jakarta Kota yang hanya Rp6.000.

“Bus ini secara tidak langsung merupakan bentuk implementasi misi Pemkot Bogor dalam menangani masalah transportasi, terutama penggunaan kendaraan pribadi,” tegasnya.

Sementara itu, Kepala Bidang Angkutan Dinas Perhubungan Kota Bogor Jimmy Hutapea menjelaskan, dalam uji coba ini dioperasikan tiga unit bus dengan masing-masing bus berkapasitas 44 penumpang, dilengkapi wifi, colokan listrik serta kursi yang bisa disandarkan.

Dengan tarif Rp35 ribu, bus yang diprakarsai Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) ini menyasar orang-orang yang bekerja di Jakarta namun kerap menggunakan kendaraan pribadi. “Sasarannya ke sana. Bukan menyasar pengguna Commuter Line. Karena perbedaan harganya juga sangat jauh,” kata Jimmy.

Meski penumpang masih minim, kata Jimmy, jika dalam taraf uji coba saja ada yang menggunakan, itu sudah cukup bagus. “Karena memang masih uji coba,” kata dia.

Sementara itu, General Manager Kantor Cabang Damri Bandara Soekarno-Hatta, Iryanto menjelaskan, atas dasar pembicaraan dengan BPTJ dan Wali Kota Bima Arya, diusulkan agar Damri mengoperasionalkan delapan unit busnya. Namun, sementara waktu hanya enam unit yang dijalankan.

“Enam ini terbagi dua. Tiga berangkat dari Bogor ke Jakarta dan tiga lagi dari Jakarta ke Bogor. Kita melayani dengan sistem premium, dengan harapan, kendaraan yang masuk Jakarta berkurang dan pemilik kendaraan pindah menggu­nakan bus,” kata dia.

Iryanto menerangkan, waktu tempuh yang disarankan berkisar antara 90 menit hingga 2 jam 10 menit. “Karena dari Kementerian Perhubungan sudah menyiapkan lajur khusus di tol. Jadi, waktu tempuh yang disarankan 90 menit hingga 2 jam sudah sampai Senayan.

Tarif Rp35 ribu sendiri, kata dia, juga masih dalam tahap uji coba dan telah dibicarakan dengan Organda Kota Bogor. Sebab, mereka meminta tarif dibedakan dengan bus reguler. “Tapi, masyarakat juga minta jangan terlalu mahal nanti sama dengan Bus Royal. Jadi, mereka minta tarif Rp35 ribu. Tapi, itu masih diuji coba dulu karena perhitungannya 60 persen titik impas kami dengan fasilitas disediakan. Malahan kita yang rugi dan menguntungkan konsumen dengan tarif segitu,” pungkasnya.

Di sisi lain, salah seorang pengguna Bus Transjabodetabek Premium, Siska Apriani (26) mengungkapkan, tarif yang dipatok cenderung mahal, terlepas dari fasilitas yang ditawarkan. Selain itu, waktu kepulangan dari Plaza Senayan dinilainya terlalu cepat. Di sisi lain, jam kerja kantor-kantor di Jakarta, rata-rata pukul 09.00 hingga 17.00.

“Kalau jam 4 sore itu mubazir, terlalu cepat. Kan rata-rata kantornya, nine to five. Jadi harus buru-buru. Kalau sudah begitu, jadi lebih banyak yang memilih naik Commuter Line. Harganya juga sih terlalu mahal,” terangnya.

Meski begitu, dirinya tetap berharap, setelah tahap uji coba hingga 10 November mendatang, ke depannya Bus Transjabodetabek Premium akan beroperasi sepenuhnya.

Di tempat terpisah, BPTJ menargetkan 1.500 penumpang beralih dari mobil pribadi ke Bus Transjabodetabek Premium. Jumlah tersebut merupakan 50 persen dari total 3.000 kendaraan yang melintas di jam-jam sibuk.

“Target kami memindahkan 50 persen dari 3.000 mobil pribadi. Saya rasa kita bisa mengangkut 1.500 penumpang,” kata Kepala BPTJ Bambang Prihartono di Wisma PMI, Jalan Wijaya, Jakarta Selatan, kemarin (31/10).

Agar target tercapai, Bambang akan mengundang perusahaan bus untuk bekerja sama dalam melayani rute tersebut. Sebab saat ini, bus yang disediakan baru dari Damri. Bus premium ini sengaja disediakan untuk mengurangi kepadatan di ruas jalan karena volume kendaraan pribadi. Masyarakat menengah atas diharapkan dapat beralih ke angkutan umum premium tersebut.(wil/d)