CIBUBUR–PT Adhi Karya Tbk (ADHI) masih terus mengejar pengerjaan proyek kereta api ringan atau light rail transit (LRT) Jabodetabek Fase I agar bisa beroperasi sesuai target. Hingga September 2017, progres konstruksi fisik LRT Jabodetabek secara keseluruhan mencapai 21,9 persen.
Perkembangan yang paling signifikan terjadi di lintasan Cawang-Cibubur. “Progres lintasan tersebut sudah mencapai 40,4 persen,” kata Ki Syahgolang, sekretaris Adhi Karya dalam keterangan resminya, beberapa waktu lalu.
LRT sebagai moda transportasi angkutan massal berbasis rel, dinilai akan sangat membantu dan memang sudah sangat mendesak kebutuhannya bagi masyarakat Jakarta dan daerah sekitarnya. Masyarakat sedang menunggu transformasi dalam dunia transportasi ini.
Dikatakan pengamat transportasi asal Universitas Ibn Khaldun Bogor, Teddy Murtedjo, LRT yang memiliki banyak keunggulan dibandingkan moda angkutan massal lain yang beroperasi saat ini, khususnya dari dan menuju Cibubur, harus terus dimaksimalkan. Baik segi pembangunan maupun pengoptimalannya.
“LRT ini sekaligus sebagai tulang punggung transportasi perkotaan yang dapat mengangkut jumlah penumpang dengan kepastian pelayanan berbasis jadwal yang ketat dan tepat. Di antaranya karena berbasis rel dan memiliki lintasan khusus, maka sudah pasti LRT lebih memberikan kepastian dalam hal pelayanan,” urainya saat diwawancarai kemarin (26/10).
Selain kepastian pelayanan tersebut, LRT juga akan terhubung dengan fasilitas pendukung lainnya dalam satu kawasan TOD (transit oriented development). Tentunya hal ini akan memberikan minat tersendiri bagi berbagai kalangan masyarakat.
“Baik dari ketepatan waktu, kecepatan dan tentunya kenyamanan yang lebih baik dibandingkan dengan moda angkutan umum lainnya,” sahutnya.
Dikarenakan dengan konsep TOD, maka jarak jangkau untuk memenuhi kebutuhan sehari hari atau untuk cari tempat makan dan kumpul yang representatif juga semakin mudah. “LRT juga akan terhubung dengan fasilitas mal, apartmen, condotel, perkantoran, rumah sakit, pusat kursus dan pendidikan, dan stationary serta merchant kebutuhan masyarakat dekat sekali dan dapat ditempuh hanya dengan jalan kaki, karena berada dalam satu kawasan yang sama dengan stasiun,” urainya lagi.
Untuk itu, lanjut dia, dalam stasiun LRT yang berkonsep pada kawasan TOD harus benar-benar diatur sirkulasi kendaraan park and ride-nya, perlu diatur sirkulasi sistem integrasi dengan moda angkutan umum lainnya.
“Sehingga dapat memberikan kemudahan, kenyamanan, dan keamanan bagi penumpang untuk melakukan perpindahan moda dari angkutan umum berbasis jalan dengan LRT dan sebaliknya,” bebernya lagi.
Begitu pula tidak kalah penting mengatur fasilitas pendukung dalam kawasan mix land used. “Di mana jalur pejalan kaki dan jalur sepeda yang nyaman, aman, dan asri harus disediakan dan ditata sebaik mungkin,” tukasnya.(dka/c)