Hubbul wathon minal iman menjadi kalimat yang dipegang teguh para santri. Jargon yang dicetuskan pendiri NU, KH Hasyim Asyari ini menjadi fondasi yang sangat kokoh dalam memadukan antara keindonesiaan dan keislaman. Lantas, di era milenium ini, seperti apa santri saat mengiplementasikan jargon itu?
Laporan: Muhammad Arifal Fajar
Dewasa ini, tidak sedikit pondok pesantren yang anti-NKRI. Hilangnya upacara bendera hingga pembakaran bendara mewarnai dunia santri saat ini. Semboyan hubbul wathon minal iman pun kini seakan mulai hilang.
Namun, di sejumlah daerah, masih banyak pondok pesantren yang terus menanamkan cinta tanah air, menjadikannya sebagian dari iman. Seperti di Pondok Pesantren (Ponpes) Cinta Rasul, Jalan Cijujung, Kampung Cijujung RT 02/02, Nomor 13, Kecamatan Cibungbulang. Para santrinya wajib cinta NKRI dan Pancasila.
“Sejatinya cinta NKRI dan Pancasila merupakan bagian dari iman. Dalam dunia pondok pesantren, itu tidak terpisahkan,” ujar pengasuh Ponpes Cinta Rasul, Abdul Basit Mahfuf kepada Radar Bogor.
Menurutnya, santri di era saat ini harus tetap menampakkan kecintaannya kepada NKRI. Jika zaman penjajahan dahulu ikut merebut kemerdekaan, begitu pun di era saat ini, harus tetap eksis.
“Harus gemar berinovasi, melek teknologi, memperjuangkan prestasi dan selalu cinta negeri dengan memberi manfaat kepada orang lain,” terangnya.
Sehingga, pengamalan hubbul wathon minal iman bisa dilakukan dengan berbagai cara. Contohnya, santri turut membangun bangsa dan berada di berbagai bidang. Mulai dari bidang olahraga, politik, seni hingga di bidang-bidang lainnya.
“Saat ini santri sudah kembali muncul. Menjadi atlet nasional, seniman, dan tokoh-tokoh politik. Ini merupakan salah satu pengamalam hubbul wathon minal iman,” tukasnya.(*/b)