25 radar bogor

Smart City Terkendala Birokrasi

BOGOR – Konsep kota modern berbasis teknologi informasi atau smart city saat ini banyak diterapkan di sejumlah kota besar di seluruh dunia. Di Kota Bogor sendiri, smart city sudah berjalan pada masa Wali Kota Bogor Bima Arya. Namun, pada penerapannya ada beberapa kendala. Mulai sumber daya manusia, anggaran, hingga birokrasinya.

“Banyak fitur smart city yang sedang diperjuangkan. Namun, PR-nya pun masih banyak. Kendala smart city itu, pertama dari human resources, kemudian political will,” ujar Wali Kota Bogor Bima Arya dalam Seminar Smart City dan Tata Kelola Kota, di Hotel Savero, kemarin (20/10).

Pemkot, kata dia, banyak dibantu lewat CSR karena pemerintah pusat tidak memiliki anggaran untuk membangun smart city. Meski begitu, dengan teknologi yang berkembang cepat, birokrasi masih daja berjalan lambat. “Jadi birokrat itu yang harus serba bisa. Makanya, smart city harus juga didukung tim kuat yang tidak berubah walau ada pergantian orang,” ungkapnya.

Ciri menjadi smart city sejauh ini sudah bisa terlihat. Salah satunya adalah Pemkot Bogor memiliki website terbaik se-Indonesia mengalahkan website negara. Bukan soal penampilan tapi juga update informasi. “Sekarang juga sedang membangun similar perencanaan penganggaran. Agar masyarakat bisa tahu realisasi pembangunan. Ada berapa pembangunan rumah tidak layak huni (RTLH), jembatan dan jalan. Kalau belum transparan maka belum smart,” tukasnya.

Sementara itu, Pembina Yayasan CIC Foundation dan GIZ Indonesia, M Iman Santoso, yang menginisiasi Seminar Smart City, menuturkan, alumni GIZ memiliki ide ingin mengem­bangkan kota di Indonesia tidak hanya berbasis IT tapi juga menyejahterakan rakyat. “Di balik konsep itu, tentu diperlukan dukungan dari pemerintah, sebab ada beberapa program GIZ yang dimanfaatkan untuk smart city dan tata kelola,” urainya. (wil/c)