CIBINONG–Indonesia masih kekurangan industri geospasial. Padahal pengembangan berbagai bidang di negara kepulauan ini sangat membutuhkan informasi geospasial. Tapi para pelakunya masih di bawah 100 perusahaan. “Kita jauh kalah dari Singapura,” ujar Kepala Badan Informasi Geospasial (BIG), Hasanuddin Zainal Abidin kepada Radar Bogor usai menghadiri Hari Informasi Geospasial ke-48 di Lapangan BIG Cibinong, kemarin (18/10).
Menurut Zainal, kondisi itu membuat Indonesia belum sepenuhnya mandiri. Terutama ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang menangani geospasial dan menghasilkan data serta informasi akurat. “Kita ingin kemandirian dalam hal Iptek, seperti Google Maps. Kita inginnya semakin banyak pihak-pihak dari Indonesia yang melaksanakan ini. Peran BIG adalah menyiapkan data dan informasi yang bisa dimanfaatkan publik untuk berkreasi demi kemaslahatan bangsa dan negara,” cetusnya.
Untuk bisa mewujudkan itu, Zainal menyebut Indonesia masih memerlukan banyak entrepreneur di bidang teknologi. Itu juga termasuk kriteria suatu negara maju, yakni minimal dua persen dari jumlah penduduk merupakan entrepreneur. Sedangkan Indonesia belum mencapai satu persen pun. “Kita masih nol koma sekian. Yang paling tinggi Korea Selatan sudah lebih dari empat persen,” tukasnya.(rp2/c)