25 radar bogor

Indonesia Minim Ahli Geospasial

CIAMIK: Aksi mengagumkan keluarga besar Badan Informasi Geospasial (BIG) merayakan Hari Informasi Geospasial ke-48, kemarin. Mereka berbaris membentuk angka 48 di Lapangan BIG Cibinong.
CIAMIK: Aksi mengagumkan keluarga besar Badan Informasi Geospasial (BIG) merayakan Hari Informasi Geospasial ke-48, kemarin. Mereka berbaris membentuk angka 48 di Lapangan BIG Cibinong.

CIBINONG–Indonesia masih kekurangan industri geospasial. Padahal pengembangan berbagai bidang di negara kepulauan ini sangat membutuhkan informasi geospasial. Tapi para pelakunya masih di bawah 100 perusahaan. “Kita jauh kalah dari Singapura,” ujar Kepala Badan Informasi Geospasial (BIG), Hasanuddin Zainal Abidin kepada Radar Bogor usai menghadiri Hari Informasi Geospasial ke-48 di Lapangan BIG Cibinong, kemarin (18/10).

Menurut Zainal, kondisi itu mem­buat Indonesia belum sepe­nuhnya mandiri. Terutama ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang menangani geospasial dan menghasilkan data serta informasi akurat. “Kita ingin keman­dirian dalam hal Iptek, seperti Google Maps. Kita inginnya semakin banyak pihak-pihak dari Indonesia yang melak­sanakan ini. Peran BIG adalah menyiapkan data dan informasi yang bisa dimanfaatkan publik untuk berkreasi demi kemasla­hatan bangsa dan negara,” cetusnya.

Untuk bisa mewujudkan itu, Zainal menyebut Indonesia masih memerlukan banyak entrepreneur di bidang teknologi. Itu juga termasuk kriteria suatu negara maju, yakni minimal dua persen dari jumlah penduduk merupakan entrepreneur. Sedangkan Indo­nesia belum mencapai satu persen pun. “Kita masih nol koma sekian. Yang paling tinggi Korea Selatan sudah lebih dari empat persen,” tukasnya.(rp2/c)