25 radar bogor

Petualangan Unik sang Hijabers Syar’i

SENANG: Meski perempuan dan berhijab, tak menyurutkan Nia menjalani hobi ekstremnya.
SENANG: Meski perempuan dan berhijab, tak menyurutkan Nia menjalani hobi ekstremnya.

Untuk sebagian besar perempuan, mendaki gunung bukan perkara mudah. Terlebih, ketika menggunakan hijab syar’i. Selain harus siap fisik dan mental, pakaian yang digunakan dan barang bawaan pun menjadi tantangan tersendiri. Lalu, bagaimana dengan Nurina Kurnianingsihsiwi Atmono yang mengaku keranjingan naik gunung, sementara dia pun berhijab panjang.

Nurina Kurnianingsihsiwi Atmono atau akrab disapa Nia, sudah melakukan pendakian ke 18 gunung di Indonesia. Awalnya, Nia mengaku, harus banyak melakukan adaptasi hingga akhirnya terbiasa dan ”nagih” untuk mendaki.

Pada 2007, saat masih berseragam putih abu-abu, gadis kelahiran Surabaya, 11 Juli 1992, ini mengikuti kegiatan wajib sekolah yaitu pendakian ke Gunung Salak bersama teman satu angkatan. Awalnya, Nia mengaku, belum suka mendaki. Sampai akhirnya ketika memasuki 2011, karena perkuliahan yang mewajibkan untuk naik gunung, Nia harus kembali mendaki ke Gunung Patuha saat melakukan praktikum. Kebetulan, saat itu Nia mengambil jurusan Biologi Unpad Bandung.

Semenjak itulah Nia mulai ketagihan melakukan pendakian. Nia sering diajak teman untuk mendaki gunung dan selalu ikut serta. Tidak hanya ketika tidak ada teman yang ingin naik gunung, Nia juga mengikuti open trip ketika ingin mendaki. Dan pada saat itu Nia banyak mendapatkan teman baru.

“Naik gunung itu membuat nagih. Saat sudah mencoba sekali, ketika naik, memang akan terasa capek. Tapi ketika turun malah pengen lagi. Asyiknya naik gunung, kita bisa dapet banyak teman baru dan bisa langsung kenal karakter orng itu seperti apa,” tutur Nia yang sudah mendaki 18 gunung.

Awal mendaki memang terasa sulit. Nia mempersiapkan diri dengan melakukan latihan fisik secara bertahap. Nia memulai latihan fisik seperti lari dan berenang. Selain itu, secara bertahap, Nia juga menyesuaikan pakaiannya karena memang sering menggunakan hijab syar’i.

Awal mula Nia mendaki menggunakan celana panjang. Kemudian, dia mengetahui cara berpakaian yang benar seperti apa. Lalu, secara bertahap Nia mulai mengubah gaya berpakaian. Setelah itu, dia mulai beradaptasi menggunakan pakaian bermodel rok celana. Setelah itu menggunakan rok dan terakhir menggunakan gamis.

Meski awalnya mengaku agak ribet ketika menggunakan hijab syar’i, setelah melakukan penyesuaian, Nia mulai lebih memilih gamis yang akan dia gunakan untuk mendaki. Seperti, gamis yang tidak terlalu panjang dan lebarnya disesuaikan, agar tetap nyaman ketika dipakai melangkah.

Nia pernah mengalami hal kurang menyenangkan ketika mendaki menggunakan hijab syar’i. Dia pernah mendapat komentar negatif salah seorang pendaki karena menggunakan hijab syar’i. “Saya sih senyum aja, saya nyaman dengan pakaian saya seperti ini. Tapi, lebih banyak orang yang melihat saya dengan sisi positif. Seperti, wanita berpakaian syar’i ternyata bisa ya mendaki gunung,” tuturnya.

Sampai saat ini, Nia pernah mendaki ke Gunung Salak, Gunung Gede, Gunung Pangrango, Gunung Cikuray, Gunung Ceremai, Gunung Lawu, Gunung Papandayan, Gunung Karang, Gunung Lembu, Gunung Patuha, Gunung Semeru, Gunung Merapi, Gunung Merbabu, Gunung Prau, Gunung Arjuno, Gunung Argopuro, Gunung Semeru, dan Gunung Rinjani.(cr6/c)