25 radar bogor

Pengajuan Kredit Masih Melambat

JAKARTA–Permintaan kredit pada triwulan ketiga 2017 berjalan melambat. Hal itu terlihat dari hasil survei perbankan yang dilakukan Bank Indonesia (BI). Saldo bersih tertimbang (SBT) permintaan kredit baru pada kuartal III 2017 sebesar 77,9 persen atau melambat jika dibandingkan dengan kuartal sebelumnya 84,8 persen. Namun, jika dibandingkan dengan permintaan kredit pada kuartal III 2016 yang SBT-nya 62,6 persen, permintaan pada kuartal III 2017 masih lebih baik.

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Agusman menyatakan, permintaan kredit yang lambat pada kuartal III berada pada kredit modal kerja dan konsumsi. Sementara itu, permintaan kredit investasi justru menguat. ”Perlambatan pertumbuhan terutama terjadi pada kredit pemilikan rumah dan apartemen (KPR/KPA), kartu kredit, dan kredit tanpa agunan (KTA).

Sedangkan permintaan baru untuk kredit kendaraan bermotor (KKB) masih tumbuh positif sesuai angka penjualan motor dan mobil mulai Juli sampai Agustus yang juga membaik,” urainya akhir pekan lalu.

Meski melambat, hasil survei perbankan memprediksi permintaan kredit akan membaik pada kuartal ini dengan SBT 98,1 persen. Perbaikan per­mintaan kredit didorong oleh perkiraan membaiknya pertumbuhan ekonomi dan adanya penurunan suku bunga kredit. Hal itu sejalan dengan pelonggaran kebijakan ­moneter yang dilakukan BI dengan memotong suku bunga acuan.

”Kredit modal kerja masih akan menjadi prioritas penyaluran kredit dari sisi penggunaan. Sedangkan dari sisi sektoral, yang menjadi prioritas adalah perdagangan besar dan eceran, industri pengolahan, serta realestat, jasa persewaan, dan jasa perusahaan,” tutur Agusman. Untuk keseluruhan 2017, pertumbuhan kredit diperkirakan 10,6 persen atau lebih rendah ketimbang hasil survei sebelumnya yang memprediksi pertumbuhan kredit 12,4 persen.

Dalam laporan indikator ­likuiditas yang disusun Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) disebutkan bahwa lembaga tersebut memprediksi pertumbuhan kredit pada kuartal III sebesar 9 persen dan kuartal IV tumbuh tipis menjadi 9,2 persen.

Kepala Grup Risiko Perekonomian dan Sistem Keuangan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Dody Arifianto meng­ungkapkan, bank masih sangat ­selektif dalam me­nyalurkan ­kredit hingga akhir tahun. Di samping itu, pelaku usaha ­masih wait and see. ”Hal itu membuat kondisi likuiditas cukup longgar hingga akhir tahun,” ucapnya. (rin/c6/sof)