25 radar bogor

Menteri Yasonna Kepincut Kantin Jempol Pondok Rajeg

MEMBANGGAKAN: Menteri Yassona Laoly saat mencoba Kantin Jempol di Pameran Legal Expo di Graha Pengayoman Kementerian Hukum dan HAM, Jakarta, belum lama ini.
MEMBANGGAKAN: Menteri Yassona Laoly saat mencoba Kantin Jempol di
Pameran Legal Expo di Graha Pengayoman Kementerian Hukum dan HAM, Jakarta, belum lama ini.

CIBINONG-Dua jempol untuk pengelola Lapas Kelas II A Pondok Rajeg, Cibinong. Inovasi berupa ”Kantin Jempol’’ di lembaga pemasyarakatan ini dilirik Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly sebagai program percontohan.

“Inovasi itu dipamerkan dalam pameran Legal Expo di Graha Pengayoman Kementerian Hukum dan HAM, Jakarta, mewakili Jawa Barat,” ujar Kepala Lapas Kelas II A Pondok Rajeg, Agung Gde Krisna, kepada Radar Bogor, kemarin (16/10).

Krisna menjelaskan, Kantin Jempol adalah warung atau tempat belanja di dalam lapas yang seluruh transaksinya menggunakan sidik jari. Penghuni lapas yang telah memiliki virtual account bisa berbelanja di dalam kantin dan membayar dengan cara mengonfirmasi sidik jari. Setelah berbelanja, saldo yang ada otomatis terpotong.

Sistem itu juga berlaku pada pengiriman uang oleh pihak keluarga kepada kerabat mereka yang tengah menjalani masa hukuman. “Jika ada kerabat yang ingin mengirimkan uang kepada warga binaan, mereka tak perlu repot datang ke lapas. Cukup transfer melalui ATM ataupun ke virtual account keluarga yang ada di dalam lapas,” jelasnya.

Program yang telah berjalan sejak April 2017 itu diharapkan bisa meringankan beban keluarga yang mesti repot membawa makanan atau keperluan lainnya ke lapas. Pihak lapas sendiri terus meningkatkan fasilitas dan kebutuhan warga binaan di kantin tersebut.

“Tentunya bisa menghemat keuangan keluarga yang ingin menjenguk dan mengefisiensi waktu. Mekanismenya, waktu wabin (warga binaan, red) itu masuk ke sini, dia didaftarkan di kantin. Nanti dia mendapatkan virtual account yang kemudian di-print out untuk diserahkan dan diinformasikan kepada keluarganya. Seluruh tahanan sudah pegang itu,” tuturnya.

Krisna tak menyangka program yang digagasnya tersebut mendapat apresiasi langsung dari Menteri Hukum dan HAM RI Yasonna Laoly. Bahkan pada saat pameran, alatnya diuji coba langsung oleh Yasonna dengan cara berbelanja menggunakan sidik jari. Sang menteri pun melirik program ini dibuat secara nasional.

“Oleh karena itu, kami diminta memamerkan ini di tingkat nasional dengan tujuan agar bisa diimplementasikan di lapas lain. Bahkan pak menteri mengatakan bahwa Lapas Pondok Rajeg menjadi tempat yang cocok untuk melakukan studi banding atau studi tiru,” pungkasnya.(rp2/c)