BOGOR–Khusus untuk wilayah Jawa, termasuk Jawa Barat, harga beras medium masih di angka Rp9.450 per kilogramnya. Sedangkan untuk harga beras jenis premium dibanderol Rp12.800 per kilogram.
Dengan patokan harga tersebut, beberapa pedagang beras yang ada di pasar tradisional Bogor masih menjual beras di bawah harga eceran yang telah ditetapkan pemerintah atau HET (harga eceran tertinggi).
“Kayaknya belum pernah harga lebih dari Rp9.450 per kilogram. Paling tinggi itu beras medium Rp9 ribu,” kata penanggung jawab TB Dewi Sri, Irawan kepada Radar Bogor, kemarin (16/10).
Meskipun ada beberapa beras medium yang melebihi harga Rp9.450, beras tersebut masuk dalam jenis premium. Sedangkan harga beras premium tertinggi yang dijual di TB Dewi Sri masih jauh di bawah HET premium, yakni berkisar Rp11 ribu per kilogram, dengan beras merek Cianjur.
Lebih lanjut Irawan menjelaskan, harga beras yang dijual di pasar tradisional cenderung jauh lebih murah dibandingkan harga beras di mal atau supermarket. Ia mencontohkan harga di mal, satu paket beras seberat 5 kilogram dibanderol berbeda mulai dari Rp60.000 hingga ratusan ribu.
Ia menambahkan, meski saat ini pemerintah sudah menetapkan HET untuk komoditas beras, masih diperlukan standar mutu untuk komoditas yang lainnya. Sebab, ada beberapa jenis beras medium yang sudah memiliki kualitas mendekati premium. Hingga harganya juga sedikit lebih tinggi dari HET. Namun, menurut Irwan, akan sulit untuk menetapkan standar mutu tersebut. Sebab, terdapat berbagai jenis beras di Indonesia dengan ketingkatan kualitas yang berbeda.
Pedagang beras lainnya di Pasar Anyar, M Deni Hasan mengatakan, sejak satu tahun lalu, harga beras di Bogor relatif stabil. Khususnya jenis beras medium, yang dijual antara Rp8.500 hingga Rp9 ribu per kilogramnya.
Meski mengalami kenaikan harga, kata dia, paling mahal berkisar Rp11.500 hingga Rp12 ribu. Apalagi, dengan adanya Satgas Pangan yang dibentuk pemerintah, hampir seluruh komoditas saat ini aman terkendali.(mer/c)
