25 radar bogor

Nur Aini Iswati Hasanah, Doktor Muda IPB yang Lulus di Usia 26 Tahun

PRESTASI: Nur Aini Iswati Hasanah diapit oleh para rekan mahaiswa yang juga mengambil gelar doktor di IPB.

Nur Aini Iswati Hasanah baru menginjak 26 tahun. Namun, gelar doktor sudah digenggamnya. Lulusan IPB ini hanya kalah dua tahun dari Grandprix Thomryes Marth Kadja yang merupakan doktor termuda di Indonesia.

Aini resmi menyelesaikan sidang doktornya pada tanggal 30 Agustus 2017. Aini meraih dua gelar sekaligus hanya dalam kurun waktu empat tahun, yakni gelar Magister Teknik Sipil dan Lingkungan dan gelar Doktor Ilmu Keteknikan Pertanian melalui program fast track Pendidikan Magister Menuju Doktor untuk Sarjana Unggul (PMDSU).

Semangatnya dalam menempuh pendidikan tertan­am pada sebuah prinsip bahwa ilmu itu tidak pernah habis. Dunia penelitian merupakan hal yang sangat akrab dalam kehidupan Aini. Tidak heran jika berbagai karyanya telah terpublikasi, baik skala nasional maupun internasional.

“Alhamdulillah, saya dapat menyelesaikan studi tepat waktu dengan dua publikasi di jurnal nasional yang terakreditasi dan dua publikasi di jurnal internasional yang terindeks Scopus. Selain itu, bagian dari disertasi saya juga terpilih dalam 107 Inovasi Indonesia,” ungkap Aini, salah satu penggagas sawah portabel otomatis untuk pertanian Indonesia, dalam rilis IPB.

Aini mengaku menghadapi berbagai tantangan dalam menempuh pendidikan S-3. Mulai menyelesaikan penel­itian tesis dan kuliah S-3 hingga menerima tantangan dari profesor. “Profesor saya selalu men-challenge saya, mulai dari joint di Inovasi Indonesia, mengirim saya ke universitas di United States dan perguruan tinggi terbaik di Jepang, menulis disertasi berbahasa Inggris, hingga challenge on the spot pada saat sidang tertutup untuk presentasi dalam bahasa Inggris,” terang doktor bimbi­ngan Prof Budi Indra Setiawan tersebut.

Sebagai mahasiswa termuda di kelas, Aini sangat bersyukur karena teman-teman yang ada di kelas umumnya terbuka dengan orang yang lebih muda seperti dirinya. Aini mengaku bahwa, meskipun terpaut umur yang jauh, rekan-rekan kuliah­nya di program S-3 tetap perha­tian dan selalu menye­mangatinya.

Ketertarikannya pada dunia sains dan teknologi membuat Aini sering mengorbankan waktu tidurnya. “Saya tidur tidak teratur karena sering begadang. Biasanya saya bisa begadang hingga dua hari, lalu beristirahat selama satu hari,” ungkapnya.

Aini menghabiskan waktu begadangnya untuk belajar engineering dengan buku yang full bahasa Inggris. Baginya, buku bahasa Inggris mudah untuk dipahami sekaligus untuk belajar bahasa.

Tidak heran, jika pada tahun pertama, Aini dapat menyele­saikan tesis S-2-nya bersa­maan dengan kuliah S-3. Aini bahkan sempat mendapat penghargaan wisudawan terbaik pada Juli tahun lalu dengan indeks prestasi kumulatif (IPK) 4,00 dengan masa studi 23 bulan. Tepat pada usia 26 tahun, gelar doktor berhasil disandangnya. (*)