25 radar bogor

Di Atas HPP, Petani Pilih Tengkulak

Azis/Radar Bogor/c PERTANIAN: Kapolsek Sukamakmur Iptu Hendra Kurnia (tengah) saat berbincang dengan petani yang tengah panen padi di Kampung Cibeureum, Desa Sukawangi, kemarin.

PERTANIAN: Kapolsek Sukamakmur Iptu Hendra Kurnia (tengah) saat berbincang dengan petani yang tengah panen padi di Kampung Cibeureum, Desa Sukawangi, kemarin.

SUKAMAKMUR–Para petani di Kecamatan Sukamakmur enggan menjual gabahnya ke Bulog. Pasalnya, harga gabah di Kabupaten Bogor semakin melonjak di atas harga pembe­lian pemerintah (HPP). Maka­nya, para petani lebih memilih menjual gabahnya ke tengkulak.

Kapolsek Sukamakmur Iptu Hendra Kurnia mengatakan, daerah yang sedang memasuki masa panen adalah di Kampung Cibeureum, Desa Sukawangi. Dari pengakuan para petani, mereka lebih memilih menjual hasil panennya ke tengkulak.

“Mereka lebih memilih menjual ke tengkulak. Makanya, kami imbau agar para petani mau menjual gabahnya ke Bulog,” ujarnya usai berdialog dengan petani di Kampung Cibeureum, Desa Sukawangi, kemarin (15/10).

Menurut Hendra, penjualan beras ke Bulog akan menguntu­ngkan petani. Sebab, Bulog akan menyalurkan beras itu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Pantauan Radar Bogor, harga gabah kering panen (GKP) di tingkat petani sudah mencapai Rp5.500 per kilogram.

Sedangkan, harga gabah kering giling (GKG) menembus Rp6.500 per kilogram. Harga itu jauh di atas HPP yang ditetapkan peme­rintah. Dalam Inpres Nomor 5 Tahun 2015 disebutkan HPP GKP hanya Rp3.700 per kilogram.

Sedangkan HPP GKG sebesar Rp4.600 per kg di tingkat penggilingan dan Rp4.650 per kg di gudang Bulog. Kepada Radar Bogor, Camat Suka­makmur Zenal Ashari menga­takan, hasil panen para petani kali ini cukup bagus.

Dia mencontohkan hasil panen di beberapa desa menca­pai lima sampai delapan ton per hektare. Meski ada sejumlah lahan padi diserang hama tikus, serangan itu tidak terjadi secara massal. “Ada serangan hama, tapi tidak signifikan,” terangnya.

Disinggung mengenai pembelian gabah oleh Bulog, Zenal mengatakan, petani saat ini lebih memilih menjual ke tengkulak. Pasalnya, tengkulak berani membayar lebih mahal. “Kesaksian petani, memang harga Bulog di bawah harga pasaran. Makanya, wajar jika petani pilih yang lebih mahal,” tandasnya.(azi/c)