LESUNYA bisnis angkutan umum menimbulkan masalah sosial. Pengangguran dan kemiskinan pun jadi hal pertama yang akan terjadi. Maka dari itu, dibutuhkan solusi jangka panjang untuk mengatasi masalah tersebut. Salah satunya memanfaatkan jalur-jalur pedesaan. Masih banyak wilayah terpencil yang belum tersentuh transportasi angkutan massal.
Misalnya di Kecamatan Nanggung, banyak angkot berpelat hitam yang beroperasi. Penghasilannya pun cukup lumayan. Jauh lebih besar ketimbang angkutan yang berada di jalur-jalur utama.
Ferdi Ruslan (38) salah satunya. Sopir angkot pelat hitam asal RT 01/04, Desa Bantar Karet, Kecamatan Nanggung, itu baru satu tahun menekuni profesinya. Minim persaingan membuat penghasilannya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. ”Lumayan di jalur ini bisa dapat bersih Rp150-200 ribu,” akunya.
Selain jalur desa, jalur wisata pun menjadi peluang bagi para pengusaha angkutan. Seperti lokasi-lokasi wisata yang ada di wilayah barat Kabupaten Bogor. Salah satunya wisata Panorma Pabangbon. Hingga saat ini belum ada trayek yang masuk jalur tersebut. Padahal, kondisi jalannya cukup mulus.
Sementara itu, Camat Leuwiliang Chairuka Judhyanto menuturkan, sepanjang jalur Leuwiliang-Cikidang berpotensi menjadi jalur wisata. Sehingga dengan adanya trayek wisata bisa sangat menguntungkan. ”Jika ada angkutan wisata, akan sangat bermanfaat bagi warga maupun wisatawan,” tuturnya.
Terpisah, Kabid Angkutan dan Terminal pada Dinas Perhubungan (Dishub) Kabupaten Bogor, Dudi Rukmayadi menuturkan, kondisi angkot kian terpuruk. Indikasi ini terlihat dari tidak adanya penambahan trayek dalam satu tahun terakhir ini.
Selain itu, Dudi juga menerangkan jika lesunya angkutan massal ini di Kabupaten Bogor terlihat dari banyaknya angkot yang tak lagi beroperasi. Data dari Dishub Kabupaten Bogor mencatat, hingga September ada 1.825 unit angkot yang tidak beroperasi. Mereka gulung tikar dan memilih berhenti. ”Banyak yang nonaktif. Dari 6.445 unit, hanya 4.620 angkot yang masih beroperasi. Para pengusaha angkutan harus berbenah agar bisa kembali berjaya,” ujarnya kepada Radar Bogor.
Dudi mengakui tidak menutup kemungkinan adanya angkutan wisata. Hanya saja, infrastruktur pendukung lainya harus sudah siap. Terutama kondisi jalan. ”Namun dengan catatan menguntungkan bagi pengusaha angkutan,” tandasnya.
Kata dia, keluhan sepinya penumpang bisa diatasi andai para pengusaha angkot jeli melihat peluang.(all/c)