25 radar bogor

Permukiman Dekat Tebing Paling Rawan

WASPADA: Longsor terjadi di sejumlah wilayah di Kabupaten Bogor, salah satunya di Kecamatan Cijeruk. Warga harus lebih waspada, terlebih setelah keluarnya peringatan pergerakan tanah.

WASPADA: Longsor terjadi di sejumlah wilayah di Kabupaten Bogor, salah satunya di Kecamatan Cijeruk. Warga harus lebih waspada, terlebih setelah keluarnya peringatan pergerakan tanah.

BOGOR– Pergerakan tanah yang mengancam 38 kecamatan di Kabupaten Bogor tidak bisa dipandang remeh. Terlebih, memasuki musim penghujan yang akan berlangsung hingga akhir tahun.

Menurut ahli hidrologi Insitut Pertanian Bogor (IPB), Prof Hida­yat Pawitan, tanah akan menjadi labil saat musim hujan. Di situlah pergerakan tanah sering terjadi. Biasanya kecu­raman suatu lereng atau lahan tanah sangat berpotensi terjadi pergerakan tanah, yang ujung-ujungnya bisa memicu longsor.

“Jadi, kalau tanah kena hujan dan di bagian lapisannya mengalami kejenuhan, tanah akan mudah longsor. Namun, hal tersebut tidak akan jadi masalah kalau bukan daerah bertebing,” ujarnya kepada Radar Bogor.

Jika demikian, bagi warga yang permukimannya di tebingan atau yang tak jauh dari aliran sungai patut waspada. Karena potensi longsor yang disebabkan tanah bergerak sangat besar. Tapi yang perlu diingat, pergerakan tanah berkaitan erat dengan koefisien limpasan air hujan.

“Limpasan itu jumlah air hujan yang ada di permukaan yang tidak mengalami infiltrasi (perembesan). Dan, ini bisa diukur dengan koefisien air hujan, misalnya dari 100 persen air hujan yang turun, berapa persen yang menjadi limpasan,” jelasnya.

Lebih lanjut guru besar IPB itu menuturkan, kalau di daerah hutan, dari 100 persen air hujan yang turun, hanya 1 persen yang menjadi limpasan. Sedangkan di daerah lahan pertanian, ladang jagung misalnya, meningkat menjadi 10-20 persen limpasannya. “Kemudian jika menjadi perumahan dengan pekarangan, limpasannya 30-40 persen. Kalau dibangun gedung-gedung dan jalan, maka limpasannya bisa mencapai 70 persen,” jelas dia.

Hidayat menambahkan, limpasan air hujan dipengaruhi oleh jumlah tanaman yang tertanam pada suatu lahan tanah. Karena kalau tanamannya sedikit, air tidak terserap. Padahal, akar tanaman bisa menyerap air, karena tanah itu bersifat labil jika sudah terkena air.

Karenanya, dia mengimbau agar warga Kabupaten Bogor waspada terhadap potensi bencana yang sering terjadi pada musim hujan. “Terutama untuk warga yang tinggal di daerah tebing atau lereng curam, karena berpotensi longsor,” tukasnya.

Sebelumnya, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi telah mengingatkan Pemerintah Kabupaten Bogor untuk mewaspadai tingginya potensi pergerakan tanah. Dari 40 kecamatan, tercatat 38 kecamatan (sebelumnya 22) berpotensi terjadinya gerakan tanah.(cr1/c)