25 radar bogor

Calon Rektor Berebut Suara MWA

BOGOR – Sebulan ke depan akan menjadi hari terberat bagi Dr Arif Satria, Prof M Yusram Massijaya, dan Prof Yonny Koesmaryono. Ketiga calon rektor IPB ini harus bisa meyakinkan 17 ang­gota Majelis Wali Amanat (MWA) IPB, bahwa merekalah yang layak duduk di kursi IPB 1.

Wakil Ketua MWA IPB, Ahmad Mukhlis Yusuf menuturkan, pertengahan November mendatang, ketiga calon rektor akan baradu gagasan dalam sidang paripurna yang terbuka untuk umum. Sidang ini akan menjadi acuan bagi MWA untuk memutuskan siapa yang akan memimpin IPB hingga 2022 mendatang.

“Kegiatan dimulai dari pagi sampai siang. Setelah itu, sidang paripurna digelar tertutup untuk anggota,” ujarnya kepada Radar Bogor kemarin (10/10). Dalam sidang paripurna tertutup tersebut, akan diawali dengan musyawarah mufakat untuk menentukan satu nama yang memenuhi standarisasi menjadi rektor IPB sesuai kriteria yang ditetapkan.

Jika tidak tercipta mufakat, barulah dilakukan voting atau pengambilan suara. “Tidak tercapainya musyawarah mufakat, biasanya karena perbedaan pendapat. Akan ada adu argumetasi tentang calon-calon, berdasarkan kualifikasi yang disepakati,” ungkap dia.

Mukhlis menyebutkan, IPB mencari calon rektor yang setidaknya memenuhi tiga kualifikasi utama untuk memimpin IPB. Pertama, calon rektor yang visioner, memiliki visi kuat untuk memimpin perguruan tinggi pada era teknologi, perubahan lingkungan strategi dan sumber daya alam yang semakin terbatas.

Kedua, calon rektor yang memiliki rekam jejak yang memadai serta kemampuan manajerial yang baik untuk menghasilkan kinerja IPB sebagai salah satu perguruan tinggi terkemuka di Indonesia. “Yang ketiga adalah inklusi, artinya bisa diterima di semua kalangan, mampu bergaul dan tidak membeda-bedakan orang berdasarkan golongan, kasta atau hal lainnya,” imbuhnya.

Jika proses pemungutan suara dilakukan, sambung dia, ada beberapa hal yang harus dipahami oleh ketiga calon rektor. Di antaranya, mereka akan dipilih oleh 17 anggota MWA IPB yang terdiri atas satu orang menteri (Menristekdikti), satu rektor, delapan orang mewakili unsur Senat Akademik (SA), satu orang mewakili unsur tenaga kependidikan, satu orang mewakili mahasiswa, dan empat orang mewakili unsur masyarakat.

“Untuk masyarakat ada empat orang, antara lain, mantan Menteri BUMN Sugiharto, Chairul Tanjung, Erick Tohir, dan saya sendiri,” ucapnya. Nantinya, proses pemungutan suara dilakukan melalui 23 kartu suara yang masing-masing memiliki bobot nilai sebesar 4,35 persen.

Menristekdikti akan memperoleh delapan lembar kartu suara yang setara 35 persen, sedangkan setiap anggota MWA lainnya, kecuali rektor, memperoleh satu lembar kartu suara yang secara keseluruhan setara dengan 65 persen. Untuk terpilih menjadi rektor, setidaknya calon rektor harus mendapatkan suara lebih dari 50 persen.

“Pemberian suara pada salah satu calon rektor, dilakukan dengan menuliskan tanda silang pada kotak bertulis­kan nomor calon rektor yang bersangkutan,” tandasnya. Sementara itu, terpilihya tiga calon rektor yang akan melalui tahap akhir penjaringan November mendatang, mendapat tanggapan beragam dari civitas akademika IPB. Salah satunya, Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) IPB, Akhmad Solihin.

Menurut dia, ketiga calon rektor yang dipilih SA memanglah orang-orang yang tepat berdasarkan nilai kepercayaan panitia seleksi. “Sebenarnya tidak ada istilah layak atau tidak layaknya mereka terpilih, tapi adalah tergantung kepercayaan dari para senator kita dari Senat Akademik. Memilih siapa yang tepat, karena ini lembaga pendidikan, bukan politik,” ungkapnya.

Yang terpenting, kata Akhmad, rektor yang terpilih nanti dapat menciptakan IPB menjadi world class university yang sesungguhnya. “Jadi, perlu ada perbaikan sistem pendidikan, sistem pelayanan, fasilitas, dan masih banyak lagi. Jangan sampai kita mau menuju kelas dunia, tetapi pendidikan kita masih belum rapi, alat-alat laboratorium masih minim,” tegasnya.

Dari catatannya, masih ada sejumlah PR besar yang harus bisa diselesaikan oleh rektor terpilih. Di antaranya, kesejahteraan pegawai. Hal itu menjadi krusial, karena di tahun sebelumnya menjadi masalah, seperti sistem imbal jasa (SIJ) yang menurut dia masih belum clear. “Kalau bisa rektor yang baru membenahi SIJ supaya berkeadilan,” tuturnya.

Di sisi lain, Presiden Mahasiswa (Presma) IPB, Panji Laksono memandang tiga calon rektor IPB yang dipilih SA adalah kandidat dengan kapabilitas yang sudah sangat baik. Namun, dia berpendapat, sampai saat ini mekanisme penjaringan rektor IPB hingga tiga nama calon hanya melibatkan SA dan belum melibatkan mahasiswa.

“Maka ke depan, mahasiswa memiliki iktikad baik untuk dapat mengetahui lebih dekat terkait pemikiran ketiganya (calon rektor) dalam undangan kami di forum besar Keluarga Mahasiswa IPB,” ucapnya.

Dia menambahkan, rektor yang diinginkan mahasiwa secara umum adalah yang memiliki keberpihakan pada mahasiswa. Itu dapat dilihat dari kebijakan dan arah pandangnya yang memerhatikan kepentingan serta aspirasi mahasiswa.

“Kami ingin rektor yang baru dapat memberikan arahan yang tepat, agar institusi pendidikan ini mampu benar-benar memajukan pertanian Indonesia,” tandasnya. Sebelumnya diberitakan, pemilihan rektor IPB periode 2017–2022 tinggal selangkah lagi. Senin (9/10) Senat Akademik mengumumkan tiga nama yang melaju ke tahap selanjutnya.

Mereka adalah Dr Arif Satria, Prof M Yusram Massijaya, dan Prof Yonny Koesmaryono. Ketiganya menyisihkan Dr Agus Purwito, Prof Hermanto Siregar, dan Prof Luki Abdullah. Setelah mengumumkan tiga nama, SA menyerahkan surat keputusan SA Nomor 77 IPB K 2017 tentang penetapan calon rektor IPB periode 2017-2022 kepada pimpinan Majelis Wali Amanat (MWA).(wil/cr1/d)