25 radar bogor

Tanah Bogor terus bergerak, picu longsor dan banjir bandang

Peringatan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi atas potensi pergerakan tanah, benar terjadi. Akhir pekan kemarin (8/10), longsor kembali menerjang Kabupaten Bogor, tepatnya di Kampung Tajur Selawi, Desa Lemahduhur, Kecamatan Caringin. Oktober ini, pergerakan tanah di Bogor terus meningkat.

SABTU (7/10) malam, gemuruh dan getaran kencang membuat gempar warga Tajur Selawi, Lemahduhur. Suara itu muncul usai langit Caringin memuntahkan hujan lebat yang cukup lama. Setelah dirasa aman, warga pun berkumpul mencari sumber suara. Seperti yang dikhawatirkan, tebing di atas permukiman warga longsor dan mengakibatkan satu rumah ambles serta akses jalan desa terputus.

Pantauan Radar Bogor, tak ada korban jiwa dalam bencana ini. Tapi, sebanyak 22 kepala keluarga (KK) terpaksa diungsikan. Muspika setempat khawatir terjadi longsor susulan di lokasi yang sama hingga bisa menimbulkan korban.

“Berkoordinasi dengan petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bogor, kami mendata warga dan segera mengevakuasi 22 KK dari puluhan rumah,” ujar Kapolsek Caringin AKP Fitria Juanda kepada Radar Bogor.

Belum tuntas penanganan di wilayah ini, Fitria mendapat kabar adanya longsor di lokasi berbeda tetapi masih satu kecamatan. Longsor susulan terjadi di Desa Cimandehilir, tepatnya di belakang SDN Caringin 02. “Kami minta pihak sekolah mewaspadai keretakan tanah yang bisa mengakibatkan longsor lanjutan. Kami koordinasikan lagi dengan BPBD dan muspika,” pungkas Fitria.

Longsor Sabtu kemarin seperti berkaitan dengan pergerakan tanah sebelumnya. Rabu (5/10) malam, tebingan di Desa Ciherangpondok, Caringin, ambrol dan menimpa rumah warga. Satu orang ditemukan tewas tertimbun. Akibat minimnya akses menuju lokasi, muspika setempat kesulitan mendatangkan bantuan alat berat. Warga melakukan evakuasi korban hanya menggunakan alat seadanya.

Pekan kemarin, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi telah mengingatkan Pemkab Bogor untuk mewaspadai tingginya potensi pergerakan tanah. Tercatat ada 24 kecamatan yang berpotensi terjadi gerakan tanah. Bupati Bogor Nurhayanti memastikan peringatan itu sudah disampaikan ke seluruh muspika di Bumi Tegar Beriman.

“Informasi untuk kondisi pergerakan tanah sudah disam­paikan kepada para camat untuk meningkatkan kewaspadaan di lokasi rawan longsor,” ungkap Yanti -sapaan Nurhayanti- kepada Radar Bogor.

Ancaman longsor dan pergerakan tanah tersebut berdasarkan sejumlah faktor dan parameter. Mulai kemiringan lereng, tata guna lahan, keairan (apakah lahan basah, kering, atau sawah) serta kondisi geologi wilayah. Termasuk menambahkan prediksi cuaca dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), kemudian dimasukkan dalam peta dan dilakukan pembobotan.

“Barulah didapatkan hasil potensi ancaman. Untuk kondisi geologi, semisal tanah vulkanik atau tanah merah lebih rentan ketimbang tanah padat atau batuan yang masih belum lapuk,” beber pakar geologi dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Dr Adrin Tohari kepada Radar Bogor.

Adrin juga menjelaskan, potensi ancaman yang ada sesuai dengan kondisi geologi wilayah. Seperti contoh; pada wilayah perbukitan yang memiliki sungai dengan aliran cukup besar, maka jika ditemukan potensi pergerakan tanah, dapat menghasilkan longsor dan bencana banjir bandang. Sehingga masyarakat diminta waspada jika hujan lebat turun dan dengan durasi yang cukup lama.

“Masyarakat harus menerima informasi itu untuk meningkatkan kewaspadaan mereka. Ketika musim hujan cukup lebat, sebaiknya segera mengungsi ke daerah lebih aman. Pemerintah daerah harus siap siaga mun­culnya bencana,” jelasnya.

Dengan adanya informasi ini, kata Adrin, pemerintah daerah semestinya langsung melakukan langkah-langkah antisipasi dengan melibatkan seluruh aparat dan komunitas di wilayah-wilayah rentan tersebut. Terutama pada wilayah dengan potensi bencana menengah hingga tinggi. Antisipasi yang paling efektif adalah menyiagakan warga melakukan evakuasi dini ketika potensi ancaman datang.

“Evakuasi dini itu wajib. Tapi perlu dipahami juga, setelah evakuasi, lalu cuaca kembali cerah, jangan kembali (ke rumah masing-masing)  dulu sebelum dipastikan kondisi aman,” cetusnya.

Adrin mengingatkan, longsor tak hanya terjadi saat hujan lebat datang. Banyak kasus, masyarakat mengungsi ketika hujan lebat lalu kembali pulang ketika hujan reda. “Tapi saat itulah longsor baru menerjang. Kasus-kasus di Jawa Timur harus menjadi pelajaran. Pastikan dulu kondisi benar-benar aman sebelum kembali ke rumah,” kata dia.

Lantas, bagaimana cara memastikan kondisi sudah-benar-benar aman? Menurut Adrin, itu bisa dilihat dari tidak adanya indikasi-indikasi pergerakan lereng, tidak ada retakan, rekahan, dan tidak muncul mata air di tebing.

“Lalu, indikasi-indikasi lain seperti tidak ada pohon miring, tiang listrik miring, bebatuan jatuh. Kalau tidak teramati, tunggu sampai hujan cukup lama berhenti. Itu pun sifatnya aman sementara. Tidak jangka waktu lama. Sebaiknya tetap masih mengungsi. Sampai cuaca benar-benar dipahami sudah tidak menimbulkan potensi,” ujarnya.

Adrian menambahkan, masyarakat yang tinggal di lereng atau kawasan perbukitan mesti mewaspadai perubahan di lingkungannya. Semisal munculnya mata air di lereng secara tiba-tiba. Itu merupakan indikasi terbentuknya muka air tanah. “Faktor yang menyebabkan lereng longsor kan air tanah yang naik membuat lereng tidak stabil. Waspada kalau ada mata air di tebing, artinya lereng itu sudah jenuh,” imbuhnya.

Sementara jika telah ada indikasi kawasan tersebut benar-benar berbahaya, tentu relokasi menjadi solusi jangka panjang. Namun, selama masih potensi, Adrin mengingatkan warga dan pemerintah daerah memperhatikan hal-hal tersebut di atas.

“Karena melakukan relokasi juga tidak mudah. Kalau indikasi retak, tanah bergerak perlahan, baru bisa dibebaskan dari hunian. Relokasi pun harus mempertimbangkan berbagai aspek, terutama kesiapan di wilayah baru. Jangan sampai warga yang direlokasi justru dirugikan seperti kekurangan sumber air atau sulitnya mencari mata pencaharian,” tukasnya.(don/ric/d)