25 radar bogor

Banjir Bandang Seret Wisatawan

BOGOR tak hanya langganan longsor. Angin puting beliung dan banjir juga masih menghantui meski telah melewati musim pancaroba. Hujan deras disertai angin kencang sore kemarin juga membuat pohon setinggi 12 meter di Cigudeg tumbang. Akibatnya, belasan rumah warga rusak dan Jalan Raya Cigudeg sempat lumpuh akibat dahan pohon yang melintang. “Tidak ada korban. Ada 16 bangunan rusak akibat pohon tumbang,” ujar anggota Polsek Cigudeg, Aiptu E Kosasih kepada Radar Bogor.

Masih di Cigudeg, angin puting beliung terpantau merusak sejumlah rumah di Kampung Kebonkalapa, Desa Sukaraksa. Ada 14 rumah dan empat motor rusak tertimpa genting dan dahan pohon yang tumbang. “Atap-atap warga terbawa angin,” ujar Kepala Desa Sukaraksa, Supirta.Diakui sang kades, wilayahnya itu merupakan daerah rawan puting beliung dan longsor.

Pantauan Radar Bogor di wilayah barat kabupaten juga terjadi banjir bandang. Tepatnya di Sungai Ciparabakti, Kampung Cibeureum, Desa Ciasmara, Pamijahan. Akibat bencana ini, satu orang tewas terseret arus sungai, Sabtu (7/10).

“Korban atas nama Farizal Danang Rivai, warga Tegalasri Karanganyar. Korban ini rombongan backpacker dari Jakarta yang sedang melakukan wisata alam ke Cikawah,” jelas Kades Ciasmara Junaedi.

Dia menjelaskan, rombongan itu tiba di lokasi sekitar pukul 12.00 WIB, dan langsung menuju lokasi pukul 13.00 WIB. Sebagian peserta tiba di Cikawah sekitar pukul 15.00 WIB, dan sebagian lagi tiba selang satu jam kemudian. Saat menikmati alam, hujan turun deras di kawasan Pamijahan. Saat itu rombongan memutuskan untuk kembali pulang.

“Nah, saat menyeberang sungai untuk kembali itulah terjadi. Korban terpeleset dan jatuh terbawa arus. Korban diketemukan besoknya (Minggu 8/10) dalam kondisi meninggal dunia,” tukas Junaedi.

Di bagian lain, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bogor menyebutkan, sepanjang 2017 sudah terjadi 341 bencana. Sebanyak 53 kebakaran, 25 banjir, 68 pohon tumbang, 6 orang hanyut, 52 puting beliung serta 137 longsor.

“Untuk longsor banyak terjadi di wilayah barat, terutama di Pasirjaya. Jadi, di atas tebingan yang kemungkinan dalam kontur yang rawan longsor. Sebulan itu bisa tiga sampai empat kali longsor,” ujar Kasi Kedaruratan dan Logistik BPBD Kota Bogor, Budi Hendrawan.

Dia menjelaskan dari 341 kejadian bencana, korban meninggal berjumlah enam orang yang disebabkan tanah longsor dan terhanyut air bah. Menurut dia, ancaman longsor di Kota Hujan memang sangat tinggi. Lantaran banyaknya rumah warga yang berada di permukiman.

Tapi, bencana lain yang tidak bisa disepelekan adalah pohon tumbang. Karena itu, pihaknya menguatkan koordinasi dengan bagian pertamanan. “Misalkan ada pohon tumbang, akan saling koordinasi. Biasanya kami membantu dalam proses vakuasi jika ada korban,” beber Budi.

Soal bencana puting beliung, menurut Budi, tergantung musimnya. Sebab, puting beliung biasanya muncul di antara musim hujan ke musim kemarau. Dan tidak semua daerah mengalami puting beliung. Biasanya puting beliung muncul di daerah Bogor Utara. “Jadi kalau puting beliung pasti ada semacam rutenya, nggak kayak pohon tumbang,” tukasnya.(all/wil/c)