25 radar bogor

Chelsea Jaga Emosi

JAGA EMOSIMU, LUIZ: Kelengahan David Luiz dalam menjaga pertahanan Chelsea, dinilai menjadi penyebab ia sering melakukan pelanggaran dan menerima kartu.
JAGA EMOSIMU, LUIZ: Kelengahan David Luiz dalam menjaga pertahanan Chelsea, dinilai menjadi penyebab ia sering melakukan pelanggaran dan menerima kartu.

LONDON–Chelsea sedikit terhambat dalam upaya mempertahankan gelar di Premier League. Hal itu tidak terlepas dari ketidakdisiplinan para pemainnya dalam menjaga ritme permainan. Hingga pekan ke-7, The Blues bahkan sudah melakukan pelanggaran sekaligus mengoleksi kartu merah lebih banyak daripada tim-tim lain.

Perlu diingat, ini bukan lagi Chelsea yang diperkuat si bad boy Diego Costa. Striker Spanyol yang musim lalu mencatatkan 43 pelanggaran dan mengoleksi 10 kartu kuning itu sudah ‘dikembalikan’ ke Atletico Madrid (efektif per 1 Januari 2018).

Ini semua bahkan sudah dimulai sejak awal musim. Menjamu Burnley di Stamford Bridge seharusnya menjadi laga pembuka musim yang menyenangkan bagi Chelsea.

Namun itu tidak terjadi. Kartu merah langsung untuk bek Gary Cahill karena melanggar Steven Defour di menit 14 serta kartu kuning kedua untuk gelandang Cesc Fabregas di menit 81 membuat Chelsea main dengan sembilan orang dan akhirnya kalah 2-3. Itu adalah opening-day terburuk Chelsea dalam 19 tahun terakhir.

Meski begitu, Chelsea bangkit dan meraih tiga kemenangan beruntun atas Tottenham (2-1), Everton (2-0) serta Leicester City (2-1). Tak ada pengusiran di tiga laga tersebut, sampai kemudian Chelsea meladeni Arsenal di Bridge.

Derby London ini berkesudahan imbang 0-0. Perhatian tertuju pada David Luiz, yang dikartu merah langsung karena menerjang kaki Sead Kolasinac di menit-menit akhir. Tindakan Luiz itu berdampak buruk bagi Chelsea.

Yang krusial adalah melawan Manchester City, salah satu kandidat juara musim ini. Meski sukses melewati Forest dan Stoke tanpa kesulitan berarti, duel melawan Manchester City levelnya jelas lain. Walau main di kandang sendiri, Chelsea kalah 0-1 oleh gol tunggal Kevin De Bruyne dan kehilangan tiga poin.

Manajer Chelsea, Antonio Conte, membandingkan level kesulitan mempertahankan scudetto dengan gelar juara Premier League. Liga Inggris dinilai lebih sulit.
Saat masih menangani Juventus, Conte mempunyai pengalaman menjadi juara Liga Italia selama tiga kali berurutan. Dia meraih scudetto musim 2011/2012, 2012/2013, dan 2013/2014.

Conte pun mengungkapkan perbedaan situasi dengan saat dia menangani Chelsea saat ini. “Itu sangat berbeda. Juventus menjadi juara melawan tim yang sangat kuat seperti AC Milan (pada 2011/2012). Lalu mereka menjual Thiago Silva dan (Zlatan) Ibrahimovic (ke Paris Saint-Germain). Mereka menjadi lebih lemah. Itu bukan menjadi lebih sederhana, tapi lebih mudah (untuk memenanginya lagi),” kata Conte di ESPN FC.(rur/net)