25 radar bogor

Nikah SIrri “Mati” sekarang Ayopoligami

Pascaribut-ribut situs nikahsirri, aplikasi AyoPoligami lahir kembali. Diluncurkan 5 Oktober kemarin, aplikasi pencari jodoh ini langsung menjadi sorotan media-media internasional. Reuters menyebut aplikasi kencan bergaya Tinder di Indonesia itu telah menimbulkan kontroversi dan perdebatan.

IYUS Yusuf Fasyiyah (37), warga Bogor, memberikan kesaksiannya sebagai pengguna AyoPoligami. Menggunakan aplikasi tersebut, dia kini telah menikah dan hidup dengan dua wanita. Iyus menyebut, aplikasi itu juga menjadi wadah diskusi dan berbagi pengalaman sesama penganut poligami.

“Saya dan istri saya, kami ber­ko­mitmen untuk menunjukkan kepada orang bahwa poligami ti­dak seserius yang mereka pi­kirkan,” katanya seperti dilaporkan Reuters. Sementara sang istri yang juga mendampingi wawancara, menolak berkomentar.

Sedangkan bagi mereka yang kontra, aplikasi ini rawan penya­lah­gunaan seperti yang terjadi pada situs nikahsirri.com. Aktivis hak-hak perempuan Zakia Tunisa menyebut aplikasi ciptaan Lindu Cipta Pranayama itu mengecewakan dan mengejutkan.

“Aplikasi ini memberi rangsangan poligami untuk diterima di masyarakat dan mungkin bahkan memaksa perempuan untuk menerimanya,” cetusnya.
Komisioner Komisi Nasional Antikekerasan terhadap Perempuan, Indriyati Suparno, mengatakan bahwa aplikasi tersebut mencoba untuk menormalkan poligami.

“Kenyataannya adalah wanita cenderung menjadi korban kekerasan rumah tangga dalam sebuah pernikahan poligami-poligami adalah sebuah bentuk kekerasan terhadap wanita,” ujarnya.

Sementara itu, perwakilan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Hasan, mengatakan bahwa seluruhnya bergantung pada individu masing-masing jika mereka ingin menggunakan aplikasi tersebut, karena poligami adalah hal yang legal selama dilakukan dengan adil. “Bagi kami yang terpenting adalah apakah para wanita dan anak-anak terlindungi dalam pernikahan poligami tersebut,” ujarnya.

Sebagai informasi, aplikasi ini lahir Agustus lalu dan sempat ditutup sementara karena berbagai masalah. Di antaranya terdapat celah bagi anggotanya yang sekadar iseng dan hanya berniat untuk mencari kepuasan syahwat. Setelah diperbaiki, si empunya, Lindu Cipta Pranayama, meluncurkan kembali aplikasi pencari jodoh ini, dengan jaminan tampilan lebih baik dan menutup berbagai kelemahan yang ada sebelumnya.

Lindu menjamin aplikasi AyoPoligami lebih aman bagi pengguna pria maupun wanita yang ingin mencari pendamping hidup maupun wanita yang ingin dipoligami. Keamanan pengguna yang ingin menikah dilakukan secara berlapis.

Pertama, bagi pria atau wanita bujang yang ingin menikah, maka diharuskan mendaftarkan diri dengan nama akun di aplikasi tersebut, sesuai dengan nama yang ada di KTP. Selain itu, pengguna mengirimkan foto KTP asli ke medium aplikasi tersebut. Sedangkan untuk pria atau wanita yang sudah beristri dan bersuami, maka syaratnya lebih susah dan banyak.

Bagi pengguna yang sudah menikah, harus menyertakan surat izin persetujuan menikah lagi resmi dari RT, RW, kelurahan, kecamatan sampai pengadilan agama setempat. KTP asli dan KTP asli istri difoto. Pria yang ingin poligami harus mendapat persetujuan dalam bentuk tanda tangan resmi dari istri.

“Bagi duda atau janda, maka mengirimkan KTP asli, kemudian akta cerai difoto dikirimkan,” jelas Lindu seperti dilaporkan laman viva.

Setelah data masuk, maka pengelola Ayopoligami.com akan memverifikasi data pengguna yang ingin mencari jodoh tersebut. Lindu mengaku, dengan data resmi kependudukan itu maka verifikasi akan lebih mudah. Pengguna akan dilacak data KTP dan dokumen lainnya apakah benar atau tidak.

“Foto dokumen yang dikirimkan kami moderasi semua, misalnya, kita verifikasi kan bisa lihat di situs Dukcapil,” jelasnya.

Belajar dari kekurangan pada aplikasi sebelumnya, pengelola akan menjaga data pengguna secara rahasia. Lindu mengatakan, data pengguna akan dijamin privat dan hanya akan dibuka jika diminta oleh pengguna yang berminat.
Pembaharuan pada versi anyar Ayopoligami.com yakni percakapan antara pria dan wanita bisa lebih dalam. Dalam aplikasi sebelumnya, chatting antara keduanya ini sebatas percakapan yang sederhana dan biodata, maka dalam versi aplikasi yang baru ini keduanya akan difasilitasi oleh tim Ayopoligami.com.

“Setelah itu kalau (pria dan wanita) sama-sama mau, maka dihubungin di aplikasi Telegram, kami istilahnya di tengah-tengah sebagai mak comblang,” katanya.
Lindu mengatakan alasan menggunakan medium Telegram untuk mencomblangkan pria dan wanita adalah pertimbangan keamanan.

Aplikasi ini berbasis ID dan tak mensyaratkan nomor ponsel, dipandang aman bagi privasi masing-masing. Dalam hal komunikasi mereka tak mengalami kecocokan, tidak akan terjadi saling teror akibat kemungkinan kekecewaan.Penggunaan Telegram sekaligus untuk media verifikasi data-data yang dikirimkan pria dan wanita.

“Kami cross check lagi (data dan dokumen) di Telegram, dilihat lagi. Benar atau tidak. Kalau menipu bisa kena tindak pidana penipuan, itu berat lho bisa kena 7 bulan kurungan,” katanya.

Untuk mengantisipasi oknum pengguna yang menipu, Lindu menuturkan, Ayopoligami.com sudah menyiapkan ‘pasukan’ pengacara dan bekerja sama dengan penegak hukum nantinya.

Dalam medium Telegram ini, pria dan wanita akan saling bertanya dan mengenal satu sama lain, mulai pekerjaan, kesiapan menikah, slip gaji harus dikirimkan, sampai kemudian taaruf atau perkenalan ke rumah orang tua masing-masing.

Dalam kunjungan ke rumah orang tua calon yang diminati, Lindu mengatakan, aplikasinya tidak akan terlibat mengawal proses tersebut secara offline. Alasannya, proses tersebut sudah berada pada ranah pria dan wanita yang ingin menikah.

Setelah kunjungan ke orang tua, pria dan wanita akan diberikan kesempatan waktu tiga hari sampai sepekan untuk berpikir matang, apakah akan meningkatkan dan melanjutkan hubungan atau tidak.“Kalau lanjut (hubungan) perkiraan saya tak ada sebulan (untuk keputusan menikah),” katanya.

Lindu menuturkan, selama pre-launching aplikasi Ayo­Poligami, timnya sudah mencoba melihat respons pengguna. Dari uji coba itu, dari 100 orang yang mendaftar hanya satu orang yang serius dengan mengirimkan dokumen KTP asli.

Meski sangat kecil proporsinya dalam uji coba itu, Lindu yakin ke depan medium yang ia hadirkan ini akan berkembang. Paling tidak, ujarnya, dibanding situs pencari jodoh daring lain, Ayopoligami.com menawarkan perspektif lain.

“Kami terpercaya dibanding situs jodoh yang lain, yang mungkin ada juga akun palsu (fake account). Untuk aplikasi ini, insyaallah 100 persen akun enggak fake, kita di tengah-tengah untuk comblangin,” jelasnya.

Lindu menuturkan, dengan peluncuran kembali aplikasi AyoPoligami, dia ingin membawa pesan bahwa layanan perjodohan melalui medium aplikasi ini benar-benar sesuai kaidah hukum.

“Relaunching ini niatnya baik. Kami ingin pada 2017 ini, poligami (atau perjodohan melalui aplikasi ini) yang benar-benar legal. Dari awal memang sulit (ngurus dokumen) tapi akhirnya gampang,” jelasnya.(ric)