25 radar bogor

Menikmati Laksa Khas Bogor di Jalur Alternatif

Dhoni/ Radar Bogor LAKU : Yuningsih sedang membuat laksa untuk para pelanggannya.

LAKU : Yuningsih sedang membuat laksa untuk para pelanggannya.

Jika hendak ke Kecamatan Cigombong atau Cijeruk melalui jalur alternatif Cihideung, Anda bisa mampir ke salah satu penjual laksa khas Bogor yang sudah berjualan turun-temurun selama puluhan tahun.

Laporan:
Muhammad Aprian Romadhoni

Sejumlah mobil mewah terparkir di depan warung laksa milik Inin, tepatnya simpang Desa Palasari, Kecamatan Cijeruk. Kendati ruang makan hanya terbuat dari anyaman bambu, pengunjungnya tak pernah sepi.

Almarhum Inin dan istrinya, Idah, sudah berjualan sejak 1953. Dari dulu, lokasinya bahkan tidak pernah berubah. Hanya, ada beberapa bagian yang mengalami renovasi. Inin memiliki tiga anak. Nenah, Syahrudin, dan Dadan.

Nenah -anak sulungnya- menekuni bisnis bengkel sandal. Sedangkan anak bungsunya, Dadan, adalah mandor angkutan umum. Sejak meninggal 2007 lalu, putra kedua Inin yang mewarisi resep. “Harganya Rp10 ribu saja per mangkuk,” ujar Yuningsih, istri Syahrudin.

Menurutnya, dalam sehari bisa menghabiskan 600 mangkuk. Laksa dikenal sebagai kudapan yang terdiri dari ketupat disiram kuah berwarna kuning. Di dalamnya, terdapat kemangi, bihun, oncom merah, tahu dan telur ayam. “Ini sejak awal tungku tidak pernah ganti, tetap pakai kayu bakar. Sebab, kalau pakai kompor gas bisa kehilangan rasa,” ucapnya kepada Radar Bogor sambil melayani tamu.

Sementara itu, Syafrudin mengatakan, dulu kakeknya yang dikenal Mang Aut, lokasi lapaknya di Bondongan, Kecamatan Bogor Selatan. “Kena gusur, jadi ke sini. Tapi di sini jauh lebih ramai,” ucapnya.

Laksa Mang Inin buka sejak pukul 07.00 WIB. Jika sudah lewat jam makan siang, warung sudah kembali tutup. Syafrudin mengatakan pantang jualan malam. “Jadi, pesen bapak saya, usaha jangan sampai malam, karena waktunya istirahat,” tuturnya.(don)