25 radar bogor

Tujuh Tewas di Bak Beracun

TELAN KORBAN: Petugas gabungan, terdiri dari Tim SAR, Basarnas, polisi, dan TNI berusaha mengevakuasi korban yang tewas di bak penampungan.
TELAN KORBAN: Petugas gabungan, terdiri dari Tim SAR, Basarnas, polisi, dan TNI berusaha mengevakuasi korban yang tewas di bak penampungan.

Bak penampungan bahan trey (kardus tempat telur) di Kampung Cibunar, RT 02/03, Desa Cibunar, Kecamatan Parungpanjang, Kabupaten Bogor, menelan korban. Kemarin (30/9), tujuh orang tewas lantaran diduga menghirup gas beracun.

Informasi yang dihimpun, peristiwa bermula saat Iwan, pekerja di pabrik pembuatan tempat telur tersebut, hendak menguras bak penampungan dengan kedalaman sekitar 5 meter. Tak lama kemudian warga Kampung Cibunar Kasdun RT01/04, Desa Cibunar, Parungpanjang, tersebut pingsan dan diketahui rekannya Ahmad Holil.

Melihat temannya masuk ke bak penampungan, Holil panik serta berteriak minta tolong. Para pekerja dan warga sekitar yang mendengar teriakan Holil berusaha menolong korban dengan cara masuk ke dalam bak.

Namun, korban Mulyadi (19), warga Kampung Mancak, Desa Labuan, Kecamatan Mancak, Kabupaten Serang, Joko (30) asal Surabaya, Jawa Timur, Ade Setiawan (40), Dedi Junaedi (45), dan Samsuri (45) warga Kampung Cibunar Kasdun RT01/04, Desa Cibunar, Parungpanjang, malah ikut berjatuhan ke dalam bak dan tewas di lokasi. Satu korban, Ahmad Holil meninggal di rumah sakit.

Pantauan Radar Bogor di lokasi, evakuasi terus dilakukan hingga tadi malam. Bahkan hingga pukul 20.00 WIB baru bisa diangkat dua korban. Sedangkan sisanya masih berada di kolam penampungan.

Salah satu keluarga korban, Jumadi (40) mengaku tidak tahu-menahu perihal peristiwa tersebut. Meski demikian, dia memastikan semuanya masih satu keluarga. “Kalau menurut info mereka sedang ngurusin limbah dengan kedalaman kolam 5 meter. Karena semuanya masih saudara yang kerja di situ,” ujar Jumadi kepada Radar Bogor.

Ia melanjutkan, usaha saudaranya baru berjalan setelah Lebaran dengan produksi tempat telur yang biasa dipasarkan ke warung kecil dan pasar sekitar. “Semua warga Cibunar, dan saya salah satu adik ipar korban,” ujarnya.

Sementara itu, Wakapolsek Parungpanjang AKP Asikin mengatakan, pihaknya langsung mengevakuasi korban dibantu Basarnas dan anggota lain. Para korban lalu dibawa rumah sakit untuk diautopsi.

“Total ada tujuh orang semuanya meninggal dunia, satu korban sudah dimakamkan. Selanjutnya, kami menggelar olah TKP mendata saksi dan membawa korban diidentifikasi terlebih dahulu,” kata Asikin. Polisi pun masih menyelidiki kasus tersebut.

Hal senada diungkapkan Ketua RT 02/03 Kocik (48). Menurut dia, pihaknya tidak terlalu mengetahui lebih jelas yang pasti semua korban masih saudara dengan pemiliknya. “Semuanya masih saudara, bahkan pemasarannya juga baru di area perkampungan dan pasar sekitar saja,” tutupnya.

Peristiwa tragis juga menggegerkan warga Desa Ngadas, Kecamatan Poncokusomo, Kabupaten Malang, kemarin pagi (29/9). Tujuh orang ditemukan tewas di dalam kantor balai desa. Diduga kuat akibat keracunan setelah menghirup gas buang genset yang menyala sepanjang malam.

Sontak, desa yang terletak di ketinggian 2.100 meter dari permukaan air laut (mdpl) dan berudara dingin itu langsung ramai. Warga berdatangan ke kantor balai desa untuk memastikan ketujuh orang tersebut, yang ternyata bukan warga setempat (Ngadas).

Ketujuh korban adalah Nurokhim (33), Ahmad Saifudin (38), Imam Syafi’i (19), Irawan (35), keempatnya warga Desa Wonorejo, Kecamatan Poncokusumo. Lalu Jumadi, 34 warga Desa Gedogwetan, Kecamatan Turen, Malang. Lima orang itu diketahui sudah 15 hari bekerja membangun kantor Desa Ngadas.

Dua korban lainnya adalah Hasrul Prio Utomo (29) warga Desa Mojodadi, Kecamatan Kedungpring, Kabupaten Lamongan; serta Muhammad Yusuf (18) warga Jalan Jaksa Agung Suprapto, Samaan, Klojen, Kota Malang. Kedua korban terakhir adalah teknisi yang akan memperbaiki base transceiver station (BTS) di kantor desa tersebut. Ketujuh korban ditemukan oleh warga sekitar pukul 06.30 WIB.

Warga sempat tidak mengira bahwa ketujuh orang itu telah tewas saat kali pertama ditemukan di dalam kantor balai desa. Sebab, mereka masih terlihat seperti orang yang tertidur pulas. Masih mengenakan jaket dan bersarung untuk menahan hawa dingin.

’’Sekitar pukul 06.30 saya masuk (ke ruang balai desa, red). Ada teman korban yang semula mencoba membangunkan,” kata Sampetono (42), salah seorang warga yang kali pertama menemukan para korban.

’’Mereka seperti orang yang sedang tidur pulas. Namun saya sempat kaget ketika melihat satu korban yang mengeluarkan busa dari mulutnya,” tambahnya.

Melihat ada ketidakwajaran, Sampetono langsung menghubungi perangkat desa dan polisi. ’’Namun karena BTS di sini rusak, tidak ada sinyal telepon. Saya lalu pakai radio (HT), menghubungi BPBD agar dilanjutkan ke polisi,” jelasnya.

Kepala Desa Ngadas Mujianto sempat tidak percaya atas kejadian itu. Sebab, Kamis (28/9) malam dirinya masih melihat ketujuh korban dalam keadaan sehat walafiat. ’’Tadi pagi (kemarin, red), pas nganter anak sekolah dan lewat balai desa, ada warga yang bilang kalau ketujuh orang itu belum bangun,” kata dia.

’’Spontan saya jawab, tidak apa-apa karena mereka (korban, red) semalam tidurnya malam, mungkin kecapekan,” lanjut Mujianto.

Namun, saat mendapatkan laporan bahwa salah satu korban mulutnya berbusa, Mujianto langsung kaget. Dia buru-buru melihat ketujuh korban di dalam ruangan. ’’Saya lihat sudah tidak ada napasnya. Saya langsung minta dilaporkan ke polisi,” jelas Mujianto kepada Jawa Pos Radar Malang.

Kasat Reskrim Polres Malang AKP Azi Pratas Guspitu mengatakan, indikasi kuat meninggalnya tujuh korban karena menghirup gas buang dari knalpot genset.(nal/adk/ari/d)