25 radar bogor

Top Up dalam Tol Belum Maksimal

NON TUNAI: Presiden Jokowi meresmikan beroperasinya Tol Bawen Salatiga, ditandai dengan tap kartu tol elektronik di GTO Salatiga arah Bawen, Semarang, Senin sore (25/9).
NON TUNAI: Presiden Jokowi meresmikan beroperasinya Tol Bawen Salatiga, ditandai dengan tap kartu tol elektronik di GTO Salatiga arah Bawen, Semarang, Senin sore (25/9).

JAKARTA–Pemberlakuan pembayaran nontunai di semua gerbang tol tinggal sebulan lagi. Namun, jumlah pengguna jalan tol yang melakukan transaksi dengan uang elektronik masih belum besar. Menurut Kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Herry TZ, saat ini, baru 49 per­sen pengguna jalan tol yang meng­gu­nakan uang elektronik.

Meskipun jumlahnya masih minim, Herry mengaku yakin target penggunaan uang elektronik 100 persen per 31 Oktober nanti akan berhasil. ”Waktu 2008 dulu kan kita biarkan tumbuh alami. Tapi sekarang, kita seriusi. Sosialisasi secara intensif, memastikan kebutuhan kartu, dan juga ketersediaan alat,” tutur Herry kepada wartawan di kantor BPJT.

Kendati begitu, masih banyak keraguan mengenai keberhasilan pembayaran nontunai tersebut. Salah satunya mengenai bagaimana para pengguna jalan tol tersebut melakukan top up jika ternyata saldo di kartu mereka tidak mencukupi. Menurut Herry, sejauh ini, pihaknya sudah berkoordinasi dengan bank untuk mencarikan solusinya.

Herry mengatakan, pihak bank sudah berkomitmen untuk menyuplai starter pack uang elektronik yang disebar ke semua gerbang tol. Jika ada pengguna jalan tol yang saldonya tidak mencukupi atau belum memiliki uang elektronik, mereka bisa membeli langsung tidak jauh dari gerbang tol.

”Jumlah kartu uang elektro­niknya harus sesuai kebutuhan. Sudah ada hitungannya dari BUJT dan sudah disampaikan ke pihak bank. Jumlah itu akan dibagi ke bank-bank penyedia uang elektronik,” jelas Herry.

Terkait fasilitas top up, Herry mengatakan, idealnya ada tempat untuk top up tidak jauh dari gerbang tol. Mungkin bentuknya bisa berupa kios atau yang lainnya.

”Saya lihat di Australia ada kios untuk pengguna jalan tol menukar uang elektronik,” tuturnya. Namun, langkah ini masih perlu didalami lagi dan dikomunikasikan dengan pihak bank penyedia uang elektronik.

Herry juga mengatakan, pihaknya masih perlu mengkaji usulan Ombudsman mengenai penyediaan gerbang tol hybrid untuk mengantisipasi pengguna jalan tol yang belum menggu­nakan uang elektronik. Herry menilai, usulan tersebut bisa saja direalisasikan. Namun, tidak di seluruh gerbang tol. Jumlahnya terbatas dan hanya di gerbang tol tertentu yang memungkinkan.

”Kalau di gerbang tol yang banyak, hybrid masih bisa. Kalau yang gerbangnya sedikit, bukannya malah menambah kemacetan jika ditambah yang hybrid,” terangnya.

Sementara itu, kalangan perbankan telah bekerja sama dengan pengelola jalan tol untuk memfasilitasi layanan top up uang elektronik di jalan tol. Salah satunya dengan menggan­deng PT Jasa Marga Tbk. Saat ini sudah ada 21 mesin top up uang elektronik di jalan tol. Jumlah mesin tersebut nantinya akan terus diperbanyak. “Saat ini sedang disiapkan pelayanan yang optimal kepada masya­rakat,” kata Ketua Himpunan Bank-Bank Milik Negara (Himbara) Maryono.

Di luar itu dia mengimbau masya­rakat sebaiknya banyak menggunakan kanal milik bank untuk top up (on us). Misalnya lewat kantor cabang, mesin anjungan tunai mandiri (ATM), mobile banking dan internet banking. Tujuannya, agar masyarakat tak perlu ribet isi ulang di jalan.(and/rin)