25 radar bogor

Sudah 75.673 Jiwa Mengungsi

BANTUAN: Presiden Jokowi mengunjungi pengungsi Gunung Agung di GOR Sewacapura, Klungkung, Selasa (26/9).I MADE MERTAWAN/BALI EXPRESS
BANTUAN: Presiden Jokowi mengunjungi pengungsi Gunung Agung di GOR Sewacapura, Klungkung, Selasa (26/9).I MADE MERTAWAN/BALI EXPRESS

Guna mengantisipasi letusan Gunung Agung, pemerintah terus memperkuat koordinasi. Baik pusat, provinsi, maupun kabupaten dan kota tidak henti berupaya menekan potensi kerugian masyarakat apabila gunung tertinggi di Bali tersebut meletus. Itu disampaikan langsung oleh Presiden Joko Widodo ketika berkunjung ke GOR Swecapura kemarin (26/9).

Jokowi menyampaikan bahwa koordinasi antar lini harus kuat. Sebab, tidak mudah berhadapan dengan bencana letusan gunung. “Karena tidak ada kepastian kapan akan meletus atau bahkan jadi meletus atau tidak,” kata dia setelah menemui ribuan pengungsi di GOR tersebut. Untuk itu, dia meminta seluruh rakyat Indonesia turut mendoakan masyarakat Bali.

Yang paling penting saat ini, sambung presiden, seluruh masyarakat yang berpotensi terdampak letusan Gunung Agung selamat. Mereka aman dari bahaya yang mengancam nyawa. “Untuk itu, saya meminta seluruh warga di sekitar Gunung Agung patuh kepada instruksi petugas,” jelas dia. Apalagi instruksi gubernur, bupati, wali kota, dan Badan Nasional Penang­gulangan Bencana (BNPB).

Khusus koordinasi pelayanan kesehatan, Menteri Kesehatan (Menkes) Nila Moeloek menyampaikan bahwa pihaknya melakukan sistem berjenjang. Sebab, RSUD Karangasem berpotensi turut terkena imbas apabila Gunung Agung meletus. “Dalam hal ini mereka harus digeser,” ungkap Nila. Untuk itu, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) meminta rumah sakit (RS) pelat merah di wilayah lain turut bersiap diri.

Tidak terkecuali RSUP Sanglah yang berada di Denpasar. Dengan begitu, pasien yang perlu dirujuk dari RSUD Karangasem tidak melulu harus dibawa ke RSUD Klungkung. Tidak hanya itu, mereka juga menyebar 114 posko kesehatan di sejumlah lokasi pengungsian. Seluruhnya dikerahkan untuk membantu para pengungsi. “Insyaallah stok obat cukup,” imbuhnya.

Nila tidak mengelak informasi sejumlah pengungsi yang sudah mulai mengeluh sakit. Di GOR Swecapura saja, jumlahnya ribuan. Angka tepatnya mencapai 5.321 jiwa. “Itu yang sakit dasar saja,” ucap dia. Misalnya mengalami gangguan pernapasan atau demam. Selain itu, data dari RSUD Klungkung mencatat tidak kurang 142 pengungsi masuk IGD.

Bahkan ada 59 pengungsi yang mesti dirawat inap.  Sedangkan pengungsi yang rawat jalan sebanyak 27 jiwa. Mereka berasal dari berbagai lokasi pengungsian. Juga ada yang dirujuk dari luar Klungkung. Kemarin, seorang pengungsi asal Karangasem meninggal dunia. “Ni Komang Rungeh usia 92 tahun alamat Amlapura,” jelas Direktur RSUD Klungkung I Nyoman Kesuma.

Menurut pria yang biasa dipanggil Kesuma itu, Rungeh meninggal dunia akibat sakit stroke dan kencing manis yang dia derita. “Ada infeksi yang meluas. Memang sakit yang diderita dari lama,” terang dia. Data RSUD Klungkung mencatat, Rungeh merupakan salah seorang pasien rujukan dari RSUD Karangasem. Dia dirujuk sejak Sabtu (23/9).

Rungeh adalah pengungsi kedua yang mengembuskan napas terakhir di RSUD Klungkung. Sebelumnya, empat hari lalu seorang pengungsi bernama Nengah Rianta yang sudah berusia 90 tahun meninggal dunia setelah mendapat perawatan di ruang ICU di RSUD tersebut. Serupa dengan Rungeh, Rianta juga meninggal akibat stroke yang dia derita sejak lama.

Sementara itu hingga berita ini ditulis, jumlah pengungsi Gunung Agung yang terdata oleh BPBD Bali sejumlah 75.673 jiwa. Pengungsi menempati 377 titik pengungsian di sembilan kabupaten di Bali. Angka tersebut sudah melampaui prediksi jumlah pengungsi dari kawasan rawan bencana. Besar kemungkinan angka pengungsi membludak lantaran banyak warga di luar kawasan rawan bencana ikut mengungsi.

Untuk membantu memenuhi kebutuhan air bersih dan sanitasi para pengungsi akibat mening­katnya aktivitas vulkanik Gunung Agung, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) telah mendistribusikan berbagai perlengkapan air minum dan sanitasi. Sebagian besar perlengkapan didatangkan dari tempat penyimpanan perlengkapan tanggap darurat Kementerian PUPR yang ada di Surabaya dan Bekasi yang dikirim sejak Minggu (24/9) malam.

Distribusi dilakukan di lima lokasi pengungsian utama. Yakni di Tanah Ampo berupa 1 unit mobil toilet dan 2 tenda hunian darurat (THD), di GOR Swecapura berupa 6 hidran umum (HU), 20 unit WC knockdown, 10 THD, dan 1 unit kontainer untuk sampah.

Di Ulakan berupa 5 HU, 10 WC knockdown, 1 mobil tangki air (MTA), 10 THD, dan melakukan pengeboran satu sumur. Di Manggis berupa 5 HU, 10 WC knockdown, 1 MTA, 10 THD, dan juga dibuatkan satu sumur bor. Sementara itu, di Les Buleleng sudah dilakukan pemasangan 5 HU, 5 WC knockdown, dan 10 THD.

Menurut Kordinator Pos Siaga Bencana Pusat Kementerian PUPR yang juga Staf Ahli Menteri PUPR Bidang Teknologi Industri dan Lingkungan Khalawi AH, penambahan berbagai peralatan tersebut sangat mungkin dilakukan bila dibutuhkan.

Untuk mendukung Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bali juga telah dibentuk Pos Siaga Bencana Gunung Agung yang diketuai oleh Kepala Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) VIII Ketut Darmawahana dan Ketut Jayada sebagai kordinator lapangan. Pos Siaga Gunung Agung tersebut berada di Balai Wilayah Sungai Bali Penida sebagai Pos Utama dan Pos Taktis Lapangan (PT) di Kantor O & P Tukad Unda.

”Saat ini, tim telah bergerak dengan penyiapan pos siaga dan organisasi, inventarisasi infrastruktur PUPR terdampak dan evaluasi kerentanan, pe­nyiapan peralatan dan sumber daya manusia, dukungan sarana prasarana air bersih dan sanitasi, dan penyiapan peringatan dini banjir lahar berbasis prediksi hujan,” jelas Khalawi.  (and/lyn/syn)