25 radar bogor

Taman Palupuh Jadi Arena Begadang sampai Konsumsi Miras

Wali Kota Bogor Bima Arya menemukan warung kelontong yang menjual miras di sekitaran Taman Palupuh, Bogor Utara, kemarin (25/9). Sidak itu sekaligus untuk mengusut kasus bullying di SMAN 7 Bogor.Nelvi/Radar Bogor
SIDAK: Wali Kota Bogor Bima Arya menemukan warung kelontong yang menjual miras di sekitaran Taman Palupuh, Bogor Utara, kemarin (25/9). Sidak itu sekaligus untuk mengusut kasus bullying di SMAN 7 Bogor.Nelvi/Radar Bogor

BOGOR–Terbongkarnya kasus tawuran ala gladiator SMA Mardi Yuana dan SMA Budi Mulia, serta bullying di ling­kungan SMAN 7, bikin Pemkot Bogor ”kebakaran jenggot”. Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto tak mau lagi ke­colongan. Kemarin (25/9) Bima langsung melakukan inspeksi mendadak di lokasi duel gladiator yakni Taman Palupuh, yang berada di lingkungan SMAN 7.

Berdasarkan laporan Komisi Perlin­dungan Anak Indonesia Daerah (KPAID) Kota Bogor, selain menjadi arena duel atau bomboman, Taman Palupuh juga kerap menjadi ”rumah nakal’’ bagi oknum-oknum pelajar. Berbagai aksi penyimpang seperti membolos, minum-minuman keras, bahkan begadang hingga pagi, kerap dilakukan di lokasi itu.

“Ada cerita dari park ranger, pelajar begadang sampai pagi, sampai yang membangunkan mereka itu gurunya sendiri. KPAID juga mendapati warung kelontong di sekitar lokasi yang menjual minuman keras,” kata Komisioner KPAID Kota Bogor Muhammad Faisal, usai kegiatan Rakornas III Persatuan KPAID di Hotel Salak Heritage, Kota Bogor, kemarin (25/9).

Faisal mengatakan, KPAID meminta pihak sekolah melakukan pengawasan yang insentif terhadap kondisi lingkungan mereka. Ketika di luar sekolah, siswa harus tetap diawasi. Sekolah harus bisa melakukan pemetaan (maping) di sekeliling lingkungannya. “Harus dilakukan terus-menerus, ada evaluasi berkelanjutan. Itu sangat penting,” kata dia.

Menurutnya, Pemkot Bogor harus dapat mengantisipasi kenakalan remaja di lokasi-lokasi serupa dengan menempatkan beberapa petugas park ranger. Karena, dua orang park ranger yang ada dirasa kurang cukup, mengingat jumlah pelajar yang kerap berkumpul jumlahnya mencapai puluhan.

Mendapati laporan itu, Bima langsung mendatangi warung yang dimaksud. Di warung itu, Bima menemukan minuman keras (miras) dan bir yang diduga diperjualbelikan kepada siswa. Bima langsung menginstruksikan agar warung tersebut diproses secara hukum dan segera ditutup jika masih bersikeras menjual miras.

“Ada tuwak yang diracik untuk dioplos dan juga bir yang kadar alkoholnya tinggi, dan sudah pasti tidak ada izin. Yang di pusat kota saja kita tertibkan, apalagi ini jaraknya hanya beberapa meter dari sekolah,” tegas Bima Arya, saat mendatangi lingkungan SMA Negeri 7 Kota Bogor, di Jalan Palupuh Nomor 7, Kelurahan Tegal Gundil, Kecamatan Bogor Utara, kemarin (25/9).

Temuan minuman beralkohol itu pun segera diamankan petugas Satpol PP Kota Bogor. Bima mengatakan, saat ini konsentrasi pemkot akan mencari akar persoalan dari peristiwa bullying yang terjadi di sekolah-sekolah tertentu.

“Saya ingin lebih memastikan apakah kejadian ini merupakan tradisi atau bukan. Pasalnya jika ini tradisi, benar-benar menghancurkan norma, moral dan sebuah kecolongan. Kalau ini tradisi, harus kita potong. Sekalipun bukan tradisi, harus tetap didalami dan diperbaiki,” ujarnya.

Bima menuturkan, pengawasan dan pembinaan harus diperkuat dengan kegiatan preventif dan represif. Terutama menyasar sekolah-sekolah yang mempunyai catatan hitam. Bima juga sudah meminta kepada guru-guru untuk menyampaikan setiap informasi sedetail mungkin dengan sumber apa saja yang menjadi keluhan.

Evaluasi Satuan Petugas (Satgas) Pelajar juga akan dilakukan mengingat kurangnya penga­wasan dari Satgas Pelajar. Serta berkoordinasi dengan kepolisian dan TNI untuk masuk ke sekolah-sekolah memberikan wejangan jika nakal dan kriminal itu berbeda.

“Supaya meraka paham ada batasan antara nakal dan kriminal. Kalau kriminal hukumannya pidana. Saya juga minta kepada polisi untuk membersihkan tempat-tempat nongkrong seperti warung atau warnet,” tukasnya.

Kepala Dinas Pendidikan Jawa Barat Ahmad Hadadi menyesalkan bullying yang terjadi di SMAN 7 dan duel gladiator dua sekolah elite. Hadadi menilai tindakan para pelajar itu sudah mengarah pada perilaku kriminal. “Cuma kan namanya anak-anak, tidak bisa menyalahkan sepihak.

Diperlukan peran orang tua, sekolah, media juga yang begitu dahsyat, lingkungan yang membuat anak-anak kondusif,” bebernya.

Hadadi meminta agar semua pihak untuk lebih peduli, terlebih peristiwa bullying itu terjadi di sekolah negeri. Peristiwa yang terjadi di luar jam sekolah, menurut dia, erat kaitan dengan pendidikan karakter yang lemah.

“Ini yang menjadi fokus kami. Jadi, kan nanti anak full day selama di sekolah. Itu menjadi salah satu solusi,” ungkapnya.(wil/rp1/d)