25 radar bogor

Beli Rokok Harus Ber-KTP

BOGOR–Pelajar masih menjadi sasaran empuk yang paling mudah dimasuki industri rokok. Dengan promo menarik juga harga terjangkau biasanya membuat pelajar tergiur mencicipi rokok. Terlebih, di usia mereka yang tengah mencari jati diri. Mencegah hal itu, muncullah gagasan menarik dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bogor, yakni mewajibkan pembeli rokok menunjukkan KTP bahwa mereka telah berusia 18 tahun.

“Ke depan, untuk pembeli rokok harus ber-KTP, dan tidak boleh menjual eceran. Semua ini akan kita masukkan dalam poin-poin revisi Perda Kawasan Tanpa Rokok (KTR),” ujar Kepala Dinkes Kota Bogor Rubaeah di sela-sela pencanangan Program Promotif Preventif Kampanye Ti-Rock (Tinggalkan Rokok) bekerja sama dengan BPJS Kesehatan Kota Bogor, di gedung Kusnoto LIPI, Jalan Ir Djuanda, kemarin (25/9).

Dia menuturkan, dilihat dari survei, tren perokok di kalangan pelajar terus meningkat. Karena sasaran industri rokok adalah para pelajar yang paling mudah dimasuki. “Kita pernah menga­da­kan survei pada 2015. Dari sasaran 9.437 siswa SMP dan SMA, perokoknya mencapai 15 persen. Angka ini lumayan tinggi, kira-kira ada 1.500 pelajar dan ada perempuannya juga,” ujar Rubaeah.

Dia menjelaskan, industri rokok sudah dilarang membuat iklan-iklan besar. Sebabnya, mereka menggunakan warung-warung kecil, yang bisa saja masuk ke warung sekolah tanpa diketahui. Untuk sementara pihaknya belum melarang penjualan rokok ke pelajar. “Tapi baru mau ke arah sana. Makanya tadi, untuk pembeli rokok harus ber-KTP,” ungkapnya.

Sementara itu, Kepala BPJS KCU Bogor, Yerry Gerson Rumawak mengatakan, pihaknya ingin mengedukasi pelajar SMP dan SMA di Kota Bogor untuk bisa berhenti merokok sedini mungkin. “Ada perwakilan enam sekolah yang kami undang, dengan jumlah 60 siswa yang kami pilih. Program ini berlaku selama tiga bulan, hingga Desember. Nanti dievaluasi,” kata Yerry.

Jadi, sambung Yerry, mereka yang diundang sedianya sudah dites, perokok atau bukan. Nantinya, setiap perwakilan sekolah ada yang menjadi pioner bagi sekolahnya. Namun, beberapa ada juga yang ditunjuk sekolahnya serta didampingi gurunya, baik pembimbing maupun lainnya.

“Ini sebagai awal bagaimana edukasi bagi generasi penerus bangsa ini untuk mulai berhenti merokok. Pertama, kita ketahui bersama bahwa kesehatannya sangat akan mengganggu atau tidak baik bagi kesehatan. Kedua, kami juga mengedukasi, aktivitas apa yang bisa mereka lakukan untuk hidup lebih baik,” kata dia.

Khususnya bagi mereka yang merokok dan mau menjadi duta dari sekolahnya, kata Yerry, akan didukung oleh BPJS Kesehatan. Dengan harapan, program ini menjadi cikal bakal dalam program-program lainnya. “Anak-anak yang datang akan dipantau terus.

Misalkan dia perokok, untuk berhenti selama tiga bulan ini, ada tim yang datang ke sekolah mengevaluasi, mengedukasi sampai benar-benar berhenti merokok. Nanti ada pemeriksaan menggunakan alat smoke laser, guna mengetahui kadar nikotin yang memang merokok,” ungkapnya.(wil/c)