25 radar bogor

Bima Habiskan Waktu di Luar Negeri

BOGOR–Frekuensi Wali Kota Bogor Bima Arya melakukan kunjungan ke luar negeri bulan ini sungguh luar biasa. Belum genap sebulan, sudah tiga kali suami Yane Ardian itu ”plesiran’’ ke luar negeri.

Kunjungan pertamanya adalah ke Singapura pada 4-5 September. Di negeri singa itu, dia menjadi pembicara dalam pertemuan Asia Pacific Cities Alliance for Tobacco Control (AP-CAT).

Sepekan kemudian, Bima kembali ke luar negeri. Kali ini bukan kelas Asia, melainkan Eropa. Dia bahkan memborong sejumlah pejabat teras pemkot ke negeri kincir angin Belanda pada 12–17 September.

Di sana, Bima mencari jejak sejarah Bogor di Universitas Leiden Belanda. Setelah melakukan pertemuan selama tiga hari, Pemkot Bogor resmi menjalin kerja sama dengan Universitas Leiden Belanda terkait pendidikan dan pertukaran arsip sejarah.

Bima menuturkan, kerja sama dengan Universitas Leiden sangat strategis, karena perpustakaan Universitas Leiden memiliki koleksi terbesar tentang Asia di dunia barat. “Juga pemilik koleksi terbesar tentang Indonesia di dunia,” ujarnya.

Menurut dia, ada dua hal penting tentang kerja sama dengan Universitas Leiden. Pertama, kesempatan baik untuk mencari babak-babak sejarah Bogor yang hilang. Dia mengambil contoh lokasi Keraton Pajajaran atau gambaran infrastruktur era kolonial Belanda. “Hal kedua, penelusuran arsip sejarah Bogor ini penting dalam konteks penguatan salah satu identitas kota sebagai kota heritage, sekaligus penting dalam proses perencanaan kota ke depannya,” ucapnya.

Nah, agenda ’jalan-jalan’ Bima ternyata tidak berhenti di Belanda. Tak sampai sepekan, Waketum Partai Amanat Nasional (PAN) itu kembali terbang ke Thailand, Bangkok, Kamis (21/9). Di negeri gajah putih itu, Bima hadir sebagai narasumber dalam acara 3rd Asia Pasific Regional Forum on Smart Cities and E-Government and The Annual Internet of Things Asia Pacific Summit.

“Saya diundang oleh Interna­tional Telecommunication Union sejak lama untuk hadir di acara ini. Berbagi pengalaman beratnya per­juangan dan tantangan untuk program smart city. Juga, mem­bicarakan program capacity building untuk SDM IT di Bogor,” ujarnya.

Ia membantah jika kepergiannya ke Thailand itu menggunakan uang negara. Pasalnya, segala pembiayaan ke Thailand ditanggung pihak penyelenggara. “Semua biaya ditanggung panitia. Acaranya satu hari saja. Insyaallah Sabtu sudah beraktivitas di Bogor,” tandasnya.

Sementara itu, pengamat kebijakan publik, Yusfitriadi menilai, apa yang dilakukan Bima di luar negeri belum menjawab masalah yang terjadi di Kota Bogor. Pasalnya, bolak-balik kepergiannya ke berbagai negara hingga kini belum membuahkan hasil yang signifikan. “Selama ini saya tidak melihat implikasi yang signifikan hasil dari kunjungan kerja ke luar negeri. Justru lebih banyak muatan pencitraan dan plesirannya, dibandingkan iktikad baik untuk benar-benar mengimplementasikan apa yang mereka dapat di luar negeri,” jelasnya kepada Radar Bogor, kemarin (22/9).

Ia mengaku sepakat jika kepergian Bima ke Belanda ataupun Thailand untuk memperluas jaringan maupun memperkat investasi di Kota Bogor. Tapi, sayangnya, menurut Yus, hingga kini belum ada hasil signifikan hasil kunjungan Bima ke berbagai negara. “Sebenarnya saya sepakat bahwa membangun jaringan, menguatkan investasi itu hal penting bagi pemerintahan mana pun. Tapi, itu kalau ada implikasi yang positif bagi penguatan kinerja pemerintah, bagi penguatan masyarakat,” tegasnya.(rp1/c)