25 radar bogor

Yayasan Ibnu Mas’ud Dikosongkan

BOGOR–Puluhan personel Sabhara Polres Bogor kemarin bersiaga di kawasan Pondok Pesantren Ibnu Mas’ud, Desa Sukajaya, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor. Keberadaan mereka untuk mengawal rencana pengosongan ponpes, sekaligus mengantisipasi hal-hal yang tak diinginkan terjadi. “Saya menunggu kebijakan dari Pemda. Kalau warga, penginnya ponpes itu ditutup,” ujar Kepala Desa Sukajaya, Wahyudin, pada konferensi pers di halaman ponpes.

Pantauan Radar Bogor sejak pekan kemarin, kondisi yayasan yang kerap menjadi sorotan itu memang sudah berangsur sepi. Para santri telah pergi dan pulang ke rumah masing-masing. Kepulangan mereka disebut-sebut juga trauma mengingat demo massa pada 17 Agustus lalu.

“Padahal kami di sini tidak ada yang aneh. Kami hanya pesantren biasa, mengajarkan hafalan Alquran dan Hadits,” kata salah seorang pengajar, ustaz Abu, ditemui Radar Bogor pekan lalu.

Abu membantah isu yang beredar soal yayasan yang bersikap eksklusif kepada warga. Sembari menunjuk ke sebuah mobil ambulans, dia menyebut kendaraan itu bebas dipakai tanpa biaya oleh siapa pun yang membutuhkan. “Nah di sini, kami kemarin melaksanakan salat Idul Adha. Warga juga dibagikan daging di sini,” katanya menunjuk lapangan ponpes.

Sementara saat disinggung soal beberapa kasus yang menyeret nama Ibnu Mas’ud, pria berusia 30 tahun itu sempat terdiam. Disusul senyuman, ia berusaha menjelaskan bahwa yayasannya tidak demikian. Kata dia, ibarat ulah satu koruptor, maka satu institusi disebut korup. “Jadi, karena satu ini bukan berarti institusi itu koruptor semua kan.

Kami menyesalkan, tidak ada yang klarifikasi ke kami. Padahal mereka, hanya oknum yang kebetulan pernah bersinggungan dengan kami. Karena memang kami tidak pernah menutup diri untuk semua orang,” jelasnya.

Kemarin (17/9), Ketua Yayasan Ibnu Mas’ud, Agus Purwoko, menjelaskan bahwa pemulangan para santri sengaja dilakukan untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan. Apalagi sempat tersiar kabar akan adanya aksi demo massa ke ponpesnya. “Diliburkan dulu, rencana dua minggu. Tapi kalau anak-anak gak betah, seminggu sudah masuk lagi. Tinggal pengurus saja,” kata Agus kepada pewarta.

Pernyataan itu bukan tanpa alasan. Menurut Agus, para santri berpotensi kembali karena selama ini ponpes merupakan tempat berkumpul dan mencari ilmu bagi mereka.

“Kemarin juga saya suruh pulang, anak-anak tidak mau. Tapi, demi keselamatan dan tidak ada kesalahpamahan, biar kami bekerja dulu (menyelesaikan persoalan yang terjadi). Kalau sudah tidak ada masalah, anak-anak masuk lagi,” ucap dia.

Agus mengatakan, desakan pembubaran atau penutupan ponpes itu sangat tidak berdasar. Karena menurutnya, rencana itu adalah klaim yang sepihak dan penuh emosi. Andai saja ada dialog atau pertemuan yang diselenggarakan pihak mana pun, Agus bersedia memberikan klarifikasi utuh dan mendalam.

“Karena kemarin mungkin ada kebuntuan informasi sehingga terjadi kesalahpahaman. Karena itu, saya siap memberikan jawaban-jawaban apa pun dan menjelaskan duduk permasalahan yang sempat terjadi,” jelasnya.

Ia menuturkan, terkait 12 orang yang masuk ISIS dan mengaku dari Ponpes Ibnu Mas’ud, memang selalu seperti itu. Namun, jelasnya, perlu diluruskan bahwa status mereka sudah keluar dari ponpes. Karena siapa pun yang terlibat masalah, pasti sudah dikeluarkan oleh pengurus.

Musabab itu, ia menolak rencana pembubaran ponpes oleh pemerintah daerah. Mengingat apa yang dilakukannya adalah sesuatu yang benar, bukan aliran sesat dan sebagainya. Apa pun kesalahan yang dilakukan stafnya, itu adalah semata-mata tindakan pribadi yang perlu dimaklumi satu dan lainnya.

Menanggapi hal itu, Sekda Kabupaten Bogor, Adang Suptandar mengaku belum bisa berkomentar. Sebab, persoalan ini masih dibahas dalam tataran Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Kabupaten Bogor. “Belum ada keterangan secara resmi. Ibu (bupati) masih melakukan pembahasan,” singkatnya.(don/c)