SUKAMAKMUR–Keberadaan sumber garam di Kampung Jogjogan, Desa Wargajaya, yang berbatasan dengan Desa Sukaharja, Kecamatan Sukamakmur, menjadi keberkahan bagi warga setempat.
Selain bisa dimanfaatkan warga untuk kebutuhan sehari-hari, ke depan sumber garam ini dapat menunjang perekonomian warga. Demikian dikatakan Camat Sukamakmur, Zaenal Ashari.
“Saya yakin daerah di sekitar sumber garam itu akan diuntungkan. Selain bisa digunakan masak, garam juga bisa dikelola hingga diproduksi dan dipasarkan ke masyarakat luas,” ujarnya kepada Radar Bogor.
Keberadaan sumber garam itu, kata Zaenal, sangat membantu di tengah tingginya harga garam. Situasi ini, jadi peluang warga sekitar untuk memikirkan peningkatan ekonomi dengan memanfaatkan sumber daya alam.
“Saya yakin, setelah dimotivasi masyarakat bisa menjalaninya dengan baik,” terangnya. Tugas pemerintah selanjutnya mendorong masyarakat meningkatkan fungsi garam ini menjadi produk layak jual.
Setelah warga mampu memproduksi, pemerintah akan membantu pemodalan dan distribusi. “Bisa saja kami ajukan bantuan ke pemerintah pusat,” tuturnya. Rencana itu diamini Kepala Desa Wargajaya, Sumri Setiawan.
Dia menilai, sumur garam itu menjadi potensi desa dan dapat dikembangkan menjadi badan usaha milik desa (Bumdes). Pada intinya, Bumdes itu akan mengarah pada peningkatan ekonomi masyarakat.
“Sudah kami rencanakan. Masyarakat akan kami sejahterakan melalui Bumdes. Khususnya pada pengelolaan garam,” ucapnya kepada Radar Bogor. Ke depannya akan menjadikan daerah Wargajaya identik dengan area sentra garam.
Sehingga, warga Kabupaten Bogor memiliki garam lokal yang dikelola warga. “Haram kita pakai garam ekspor, karena Bogor sudah mampu memproduksinya,” terangnya.
Hingga kemarin, warga sekitar sumur sumber garam tak kehabisan air bahan garam. Umumnya, warga menggunakan metode perebusan air untuk mengubah air ke garam. Garam yang dihasilkan dianggap lebih bagus dari garam di pasaran.
“Garam yang kami buat lebih bagus. Cukup satu liter air kami rebus dan jadinya 1/4 kilogram garam murni yang bisa dikonsumsi,” kata Humadi (48), salah seorang warga setempat.(azi/c)