25 radar bogor

Awal Bros Terima Aspirasi Warga

BOGOR–Rumah Sakit Awal Bros, tampaknya, bakal urung diba­­ngun di bilangan Ahmad Yani, Kecamatan Tanahsareal. Itu setelah pembangunan rumah sakit ditolak warga sekitar mu­sabab risiko limbah dan dampak kemacetan yang berpotensi terjadi.

“Meskipun mereka mengatakan sudah memiliki teknologi, tetapi tetap memiliki risiko karena berdekatan dengan rumah kita. Kita tidak mau main-main de­ngan limbah itu,” ujar perwakilan warga, Prof Damayanti, usai audiensi dengan Manajemen RS Awal Bros di Majelis Thariq bin Ziyad Kecamatan Tanah­sareal, tadi malam.

Damayanti membeberkan, limbah rumah sakit bisa mem­bahayakan bagi warga sekitar. Kemudian, dampak kemacetan lalu lintas juga dianggap sebagai permasalahan yang tidak bisa dikesampingkan. Pasalnya, kini bilangan Ahmad Yani kerap macet setelah didirikannya Princess Cake yang berada tak jauh dari lokasi rencana pem­bangunan RS Awal Bros.

“Macetnya sudah parah, apalagi kalau ada Awal Bros. Itu pasti akan mengubah kenyamanan. Kalau ada gedung sebesar itu pasti kenyamanan kita terganggu,” ucapnya.

Guru Besar Hama Tanaman di Departemen Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian IPB itu, juga menganggap bahwa aksi penolakan warga setempat sebagai kampanye menolak masifnya pembangunan gedung tinggi di Kota Bogor. “Ketika kami menolak RS Awal Bros, itu bukan semata-mata kepentingan kami yang terusik karena adanya bangunan tinggi. Tapi, kami sebagai warga juga ingin menunjukkan bahwa stop pembangunan dengan gedung-gedung tinggi, itu tidak baik untuk Bogor, terutama Kebun Raya,” kata Damayanti.

Adanya gedung-gedung tinggi bakal membawa dampak negatif yakni menyedot air bawah tanah yang dibutuhkan Kebun Raya. “Bogor itu katanya kota pusaka, tapi sekarang gedung-gedung bertingkat semakin banyak. Padahal kita punya Kebun Raya. Itu harus diselamatkan. Makin banyak gedung tinggi, air tanah di kawasan Bogor ini akan semakin berkurang,” tuturnya.

Di tempat yang sama, perwa­kilan manajemen RS Awal Bros, Edwin Sasgunarto menerima aspirasi masyarakat tersebut. Menurutnya, hasil pertemuan akan disampaikan kepada para pemegang saham untuk disikapi. “Biarkan pemegang saham yang punya kuasa tertinggi secara operasional memutuskan,” ujarnya.

Edwin menyayangkan karena tidak bisa melakukan pam­bangunan RS Awal Bros di lokasi dengan lahan sekitar satu hektare itu. Padahal, penentuan lokasi, menurutnya, sudah berdasarkan hasil survei beberapa waktu lalu. “Memang waktu itu sudah melakukan survei dari tim teknis. Saat itu belum tahu, yang pasti, secara sertifikat tanah ini tidak cacat hukum,” ucapnya.

Dalam waktu dekat, pihaknya juga akan melakukan komunikasi dengan Lembaga Alkitab Indo­nesia (LAI) sebagai pemilik lahan. “Nanti kami akan komunikasikan lagi dengan LAI. Padahal, kami niat berkontribusi untuk kesehatan di Kota Bogor. Sebagai badan usaha juga kami menilai Kota Bogor cukup layak untuk berinvestasi,” ungkapnya.(rp1/c)